Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2008-03-10 16:35:48    
CEO Hotel Bintang 5 Tianjin yang Dari Belgia

cri

Beberapa tahun terakhir ini, daerah eksploitasi ekonomi dan iptek pantai Tianjin, atau yang disingkat TEDA, telah berkembang pesat dan membawa peluang baru bagi industri hotel di Tianjin. Hotel Renaissance adalah salah satu hotel bisnis bintang 5 terbesar di daerah itu. CEO hotel tersebut bernama Hans Loontiens. Dalam acara hari ini, wartawan kami Yang Yuguo akan membawa Anda mengenal lebih dekat sosok CEO asal Belgia itu.

Pertama kali bertemu, sikap Loontiens yang santun sangat mengesankan wartawan. Sebelum Loontiens datang ke Tianjin, ia adalah seorang manajer umum sebuah hotel di Mesir. Pada bulan November tahun lalu, Loontiens dikirim ke Tianjin untuk bekerja. Loontiens mengatakan kepada wartawan, ketika mendapat kabar soal pengiriman dirinya, ia baru mulai mencari semua berita tentang Tianjin dan TEDA melalui internet. Ia merasa optimis terhadap masa depan usahanya.

"Dewasa ini, bila ditinjau dari fasilitas maupun pelayanannya, hotel kami masih tertinggal dari hotel lainnya. Namun begitu, kami optimis dapat menjadi yang terdepan, dan kami akan terus meningkatkan sistem pelayanan kami. Kalau Anda selalu berada yang terdepan, banyak saingan akan membidik Anda. Itulah yang menjadi dorongan yang memicu diri sendiri untuk terus meningkat dan berkembang serta selalu mempertahankan keunggulan diri sendiri."

Mempelajari daerah eksploitasi pantai Tianjin melalui internet kuranglah efektif. Loontiens mengatakan, ketika ia tiba di TEDA untuk pertama kali, kesan pertamanya terlukis hanya dengan satu kata, yaitu "dingin". Awalnya ia tidak betah dengan situasi di Tianjin. Di tengah cuaca dingin yang ia rasakan, Loontiens bisa mendeteksi panasnya kehidupan ekonomi daerah tersebut.

TEDA adalah sebuah tempat yang sangat aktif. Banyak 500 perusahaan top dunia dan pengusaha terbaik berkumpul di sana, sehingga membuat Loontiens berkeyakinan penuh pada prospek masa depan usahanya. Ia berpendapat, hotel bisnis bintang 5 di daerah itu tidak banyak, sehingga persaingan Hotel Renaissance di Tianjin juga tidak terlalu ketat.

"Pemerintah sangat mementingkan pembangunan daerah pantai yang baru. Kesempatan untuk bekerja di tempat yang berkembang pesat adalah sebuah hal yang menggembirakan. Saya berpikir, sebagai CEO di daerah yang perkembangan pasar industri hotelnya amat pesat adalah pengalaman terbaik bagi saya"

Tahun-tahun belakangan ini, seiring dengan meningkatnya taraf internasionalisasi regional, kini TEDA sudah menjadi daerah terbesar yang berhubungan dengan luar negeri. Di TEDA ada 2000 orang asing dari 33 negara yang tinggal dan bekerja di sana untuk jangka panjang. Mereka setapak demi setapak beradaptasi dengan daerah itu dan lama-lama menjadi penduduk daerah tersebut.

Sebenarnya, Loontiens sudah tidak asing lagi terhadap Tiongkok karena belasan tahun lalu ia pernah bekerja di Shanghai. Namun tetap saja ia tidak bisa membendung rasa terkejutnya melihat perubahan Tiongkok dalam beberapa tahun belakangan ini. Perubahan itu tidak hanya terlihat dari rupa tata kota, tapi juga dapat disaksikan melalui proses penanganan urusan konkrit.

"Belasan tahun lalu ketika bekerja di Shanghai, orang asing yang ingin mendapat izin tinggal di Tiongkok agar bisa memperoleh izin kerja harus menjalani proses yang sangat rumit. Namun kali ini, ketika datang ke Tianjin untuk bekerja, semua proses sangat mudah dan perolehan izin juga cepat. Itulah perubahan besar di Tiongkok. Tiongkok sudah menyediakan lebih banyak kemudahan bagi kehidupan orang asing dan menjadikan proses itu lebih sederhana."

Ketika menyinggung soal TEDA, Loontiens mengatakan bahwa kehidupannya sekarang sangat nyaman.:

"20 tahun yang lalu saat saya tinggal di Tiongkok, saya merasa hidup terasa tidak nyaman. Di toko-toko jarang sekali dijual barang kebutuhan orang asing. Namun sekarang, baik di toko maupun supermarket, sudah tersedia banyak barang kebutuhan orang asing. Dulu, kalau orang asing datang ke Tiongkok untuk hidup atau bekerja, barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari yang dibawanya harus lengkap dan banyak. Tapi sekarang sudah tidak perlu lagi."

Loontiens mengatakan, meskipun waktu kerjanya di Tianjin tidak panjang, tapi perasaannya terhadap Tiongkok sudah sangat mendalam. 23 tahun yang lalu, ia bertemu dengan istrinya, seorang wanita Tiongkok asal Shanghai. Sekarang usia pernikahan mereka sudah memasuki 21 tahun. Setelah menikah, mereka tinggal di Shanghai untuk beberapa tahun lamanya. Karena urusan pekerjaan Loontiens, istrinya menemani Loontiens pergi ke banyak negara di dunia. Pengertian dan dukungan dari istrinya membuat Loontiens memiliki pandangan pribadi terhadap wanita Tiongkok:

"Wanita Tiongkok sangat baik dan lapang menerima perubahan baru. Sikap tersebut tidak dimiliki semua wanita di dunia. Kalau ingin bekerja dengan baik, seseorang memerlukan keluarga yang stabil untuk mendukungnya supaya dapat semangat bekerja."

Loontiens memiliki rasa tertarik yang amat besar pada banyak tempat di Tianjin dan ingin sekali mengeksploitasi tempat-tempat kuno, dan jalan kuno bersejarah di Tianjin. Namun ketika menyebut makanan tradisional Tianjin, yang bernama "Go Believe", Loontiens mengatakan bahwa itu adalah makanan enak yang ia ingin cicipi sejak belasan tahun lalu

"Ketika saya pergi ke kota Tianjin untuk berpartisipasi dalam sebuah pertemuan, saya makan bakpao "Go Believe" untuk yang pertama kalinya. Kira-kira 15 tahun yang lalu, saya dan seorang teman pergi ke Beijing. Kami berencana mengendarai mobil ke Tianjin untuk makan bakpao "Go Believe." Tetapi waktu itu muncul kabut yang tebal sehingga jalan tol ditutup dan kami batal pergi ke sana."

Tianjin adalah tempat lahirnya industri zaman modern sekaligus seni drama Tiongkok. Bukan hanya orang Tianjin saja yang menyukai komik dialog, lukisan tahun baru imlek, dan opera Beijing, Orang asing juga sangat menghargai seni-seni budaya itu. Loontiens berpendapat, kebudayaan tradisional adalah jiwa sebuah kota. Ia berharap Tianjin dapat menyebarkan kebudayaan tradisionalnya dengan baik:

"Orang asing sangat menyukai kebudayaan kuno Tiongkok. Ketika membangun Tiongkok dan membangun Tianjin, saya berharap pemerintah bisa tetap melindungi beberapa kebudayaan kuno."