Tiongkok tahun ini akan melaksanakan kebijakan moneter ketat, selang 11 tahun sejak kebijakan itu yang paling akhir dilaksanakan pada tahun 1996. Mengapa kebijakan itu kini kembali dilaksanakan? Apa latar belakangnya dan bagaimana pelaksanaannya? Ikutilah ulasan wartawan CRI:
Menyinggung tujuan pelaksanaan kembali kebijakan moneter ketat sekarnag ini, Perdana Menteri Wen Jiabao mengatakan,"Kebijakan moneter ketat dilaksanakan terutama dengan mempertimbangkan relatif besarnya tekanan kenaikan kembali investasi aset tetap dewasa ini, masih terlalu besarnya penyaluran kredit valuta, masih belum redanya kontradiksi kelebihan likuiditas, dan tekanan kenaikan harga, maka pengontrolan moneter perlu ditingkatkan untuk mengendalikan pertumbuhan volume pasokan valuta dan kredit yang terlalu cepat."
Anggota Dewan Nasional Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat (MPPR), pakar moneter Universitas Keuangan dan Ekonomi Pusat Tiongkok, He Qiang mengatakan, dalam tahun-tahun belakangan ini, pemerintah Tiongkok melaksanakan kebijakan pengontrolan makro untuk meredakan kontradiksi dan problem menonjol dalam proses perkembangan ekonomi seperti terlalu cepatnya pertumbuhan investasi dan kredit dan ketidak-seimbangan neraca pembayaran internasional guna menjamin kemantapan operasional ekonomi. Namun tekanan inflasi yang muncul dalam operasional ekonomi dewasa ini atau faktor kenaikan harga barang merupakan sebab langsung yang mendorong pemerintah Tiongkok kembali menjalankan kebijakan moneter ketat. Dikatakan oleh He Qiang,"Taraf kenaikan harga barang di Tiongkok sebelum Desember tahun 2006 relatif rendah, rata-rata di bawah 2 persen, sehingga terjadi situasi pertumbuhan tinggi dan inflasi rendah. Ada orang mengatakan bahwa masa itu adalah periode yang terbaik sejak berdirinya Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1949, namun harga barang mengalami kenaikan sejak memasuki tahun 2007. Kebijakan moneter ketat yang berlaku sekarang ini terutama ditujukan pada kenaikan harga barang yang terlalu tinggi sekarnag ini."
Dalam laporan pekerjaan pemerintah tahun ini, Perdana Menteri Wen Jiabao mengatakan, bank sentral Tiongkok akan menyesuaikan volume pasokan valuta dengan menggunakan instrumen-instrumen operasi pasar terbuka, rasio cadangan deposit dan tingkat suku bunga. Ditekankan pula bahwa tindakan pengendalian skala kredit tidak dilaksanakan secara membuta, melainkan disesuaikan dengan keadaan yang berbeda. Dikatakan oleh Wen Jiabao,"Struktur kredit harus dioptimalkan, ada yang dijamin, dan ada yang ditekan. Pertumbuhan kredit jangka menengah dan panjang harus dikendalikan, khususnya pinjaman untuk perusahaan-perusahaan yang banyak mengkonsumsi energi dan polutif serta sektor-sektor yang kapasitasnya berlebihan, dan meningkatkan dukungan kredit kepada pertanian, pedesaan dan petani, serta kepada industri jasa, perusahaan kecil dan menengah, inovasi mandiri, penghematan energi, pelestarian lingkungan dan perkembangan regional yang seimbang."
Ekonom terkemuka Tiongkok Lin Yifu yang akan menjabat Deputi Presiden merangkap ekonomi pertama Bank Dunia bulan Mei mendatang mengusulkan bank sentral Tiongkok lebih banyak menggunakan instrumen penyesuaian kembali suku bunga. Dikatakannya,"Ada dua cara untuk melaksanakan kebijakan moneter ketat, pertama menaikkan rasio cadangan deposito, dan yang lain meningkatkan suku bunga. Saya lebih cenderung menggunakan kebijakan suku bunga, karena kalau rasio cadangan deposito terus menerus dinaikkan, pertama-tama adalah perusahaan kecil dan menengah yang tersingkir setelah dana bank yang dapat dipinjamkan berkurang. Dan ini bertolak belakang dengan tujuan perkembangan ekonomi Tiongkok yakni baik dan cepat. Selain itu, bila suku bunga tidak dinaikkan, diukur dari harga barang yang tinggi sekarang ini, suku bunga deposito pada kenyataannya akan menjadi angka minus dan menyebabkan lebih banyak dana mengalir ke bursa saham dan pasar properti, dan ini juga bertolak belakang dengan tujuan kebijakan pemerintah Tiongkok yang mengharapkan perkembangan sehat pasar properti dan bursa saham. Maka perlu lebih banyak menggunakan kebijakan tingkat suku bunga."
Namun terdampak oleh faktor-faktor antara lain pertumbuhan ekonomi utama lain di dunia yang melamban dan permintaan eksternal yang berkurang, serta konsumsi domestik yang masih kurang di Tiongkok, bank sentral Tiongkok akan sangat hati-hati dalam menggunakan instrumen tingkat suku bunga. Gubernur Bank Sentral Tiongkok, Zhou Xiaochuan mengatakan, "Ruang kenaikan tingkat suku bunga sudah pasti ada, tapi perlu dipertimbangkan untung ruginya bika tingkat suku bunga sebagai pengungkit ekonomi itu digunakan. Selain itu, soal waktu dan taraf penyesuaiannya juga merupakan suatu seni tersendiri. Penurunan tingkat suku bunga di Amerika mempunyai pengaruh atas kebijakan suku bunga Tiongkok. Tiongkok ingin mengurangi tingkat deposito domestik dan memperbesar konsumsi. Dan ini perlu dipertimbangkan karena akan berpengaruh atas pelaksanaan kebijakan suku bunga."
Sejumlah bank di Tiongkok dewasa ini sudah menyatakan akan dengan sungguh-sungguh melaksanakan kebijakan moneter ketat dengan memperketat penyaluran kredit kepada investasi aset tetap serta proyek-proyek yang polutif dan banyak mengkonsumsi energi. Sementara itu mereka juga mengusulkan bank sentral mendorong pinjaman untuk konsumsi guna memperluas permintaan domestik.
Sejumlah pakar finansial menyatakan, untuk menyelesaikan kontradiksi menonjol dan problem mendalam dalam proses operasional ekonomi Tiongkok, seperti investasi yang terlalu panas, kenaikan harga barang dan ketidak-seimbangan neraca pembayaran internasional, tidak mungkin berhasil hanya dengan mengandalkan kebijakan moneter, melainkan perlu melakukan penyesuaian kembali atas kebijakan fiskal, kebijakan industri serta kebijakan impor dan ekspor dalam rangka pengontrolan atas operasional ekonomi. Dengan demikian akan dapat menjamin perkembangan ekonomi dengan baik dan cepat.
|