Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2008-03-17 15:03:06    
Jejak Seorang Pria Indonesia Dalam Pembangunan Pelabuhan Guigang.

cri

Saudara pendengar, Kota Guigang sebagai sebuah kota pelabuhan sungai di Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi Tiongkok adalah pelabuhan sungai dalam negeri terbesar di daerah Tiongkok Selatan dan Tiongkok Barat. Tahun-tahun belakangan ini, ekonomi pelabuhan Guigang telah berkembang pesat. Richard Joost Lino asal Indonesia adalah salah seorang yang berperan aktif dalam proses perkembangan tersebut. Mari kita ikuti laporan wartawan kami, Xushan dari Guangxi.

Kota Guigang terletak di daerah persinggungan antara Tiongkok Selatan dan Tiongkok Barat Daya. Sungai Xijiang di kota Guigang adalah jalur sungai emas daerah pantai Tiongkok Timur Laut. Bagian timur tengah Guigang berbatasan dengan Propinsi Guangdong, Hongkong, dan Makau yang memiliki perekonomian maju, sedangkan bagian barat Guigang adalah Tiongkok Barat yang kaya sumber alam. Guigang adalah kota strategis yang menjembatani negara Asia Tenggara.

Pada Mei tahun 2006, pemerintah Guigang dan Perusahaan Perseroan Terbatas (P.T) AKR melakukan investasi bersama dan mendirikan perusahaan peti kemas profesional terbesar di sungai Guangxi. Sebagai anggota dewan direksi, Lino juga menjabat sebagai manajer perusahaan tersebut. Sejak itulah, detak kehidupan Lino di Tiongkok pun dimulai. Lino mengatakan,

"Saya datang ke Tiongkok pada bulan Juli 2005. Setiap bulan saya bolak-balik antara Indonesia dan Guigang. Waktu itu tujuan utama kedatangan saya adalah untuk mengadakan uji kelayakan sebelum berinvestasi di Guigang."

Lino adalah pakar pembangunan pelabuhan di Indonesia. Perawakannya tidak tinggi, berkulit gelap, dan nampaknya baru berusia setengah abad, serta murah senyum. Sekarang sebagian besar waktu Lino dihabiskannya di Guigang. Dikatakannya,

"Sebagian besar waktu saya adalah di sini. Waktu saya di Indonesia kurang lebih hanya 20 hari setiap tahun, karena di sini ada banyak pekerjaan yang harus saya lakukan."

Soal kehidupannya di Guangxi, Lino mengaku bahwa ia tidak mengalami masalah dalam beradaptasi karena iklim Guangxi dan Indonesia tidak berbeda jauh.

"Meskipun saya tidak bisa bicara bahasa Tionghoa, tapi saya tidak merasa kesepian di sini. Orang-orang di sini sangat bersahabat, jadi kehidupan saya di sini juga sangat mudah. Saya benar-benar menyukai kehidupan di sini."

Lino sudah hidup dan bekerja di Guigang selama hampir 3 tahun. Ia rajin mengamati perkembangan ekonomi Tiongkok. Ia mengatakan, dirinya terkejut meyaksikan perkembangan Tiongkok. Dikatakannya,

"Menurut saya perkembangan Tiongkok sangat cepat. Lima belas atau 20 tahun terakhir ini, tidak ada negara mana pun yang bisa mempengaruhi ekonomi dunia.. Ambil contoh, saya mulai mengadakan kontak dengan pelabuhan Shanghai dan Guangzhou pada akhir tahun 80an, dan waktu itu pelabuhan Jakarta jauh lebih maju daripada kedua pelabuhan itu. Namun sekarang dua pelabuhan itu sudah mencapai taraf tertinggi dunia dan jauh lebih maju meninggalkan pelabuhan Jakarta. Itu baru dari satu aspek. Kemajuan pelabuhan ikut memperlihatkan laju perkembangan ekonomi Tiongkok yang pesat. Tiongkok akan menjadi bagian penting ekonomi dunia."

Kepada wartawan Lino memperlihatkan sikap apresiasinya terhadap perkembangan ekonomi Tiongkok. Lino mengatakan, perkembangan pesat ekonomi Tiongkok telah mendorong P.T.AKR Indonesia ikut berpartisipasi dalam pembangunan pelabuhan di Guigang. Kepada wartawan Lino menunjukkan keunggulan letak geografis Guingang di peta yang menurutnya sangat berperan dalam perkembangan ekonomi Dikatakannya,

"P.T.AKR Indonesia sudah mendirikan usahanya di Tiongkok selama 10 tahun. Usaha kami juga ada di Liuzhou. Perusahaan kami yang merupakan bagian penting dari pelabuhan dan logistik Indonesia, sangat mementingkan kedudukan strategis Guigang di Guangxi. Guigang yang terletak di pusat Guangxi menjadi jembatan penghubung Propinsi Yunnan, Guizhou, dan Sichuan yang letaknya jauh dari laut. Selain itu, Guigang juga berbatasan dengan pintu keluar laut Guangzhou. Jalur pengangkutan barang yang murah adalah melalui jalur sungai. Letak Guigang yang strategis mendorong kami mendirikan perusahaan di sini.

Sejak tahun 2000, Tiongkok melaksanakan strategi eksploitasi wilayah barat dengan menarik investasi, teknologi, serta tenaga profesional dalam dan luar negeri. Selain itu. Tiongkok juga mendorong perkembangan selaras penduduk setempat, sumber daya, lingkungan, ekonomi, dan sosial di sana. Daerah Tiongkok Barat yang luas dan kaya akan sumber alam adalah faktor pendukung perkembangan ekonomi Tiongkok Timur. Lino mengatakan, untuk menyesuaikan perusahaannya dengan perkembangan ekonomi Tiongkok, P.T.AKR Indonesia telah merevisi rencana pembangunannya.

"Sebelum perusahaan kami masuk ke sini, ketetapan pemerintah mengenai batas keluar masuk barang adalah 150 ribu peti kemas pertahunnya dan barang curah sebanyak 1,8 juta ton. Menurut saya pengangkutan barang mempunyai kebutuhan sangat besar terhadap pelabuhan. Setelah perusahaan kami masuk, rencana tersebut diganti. Sekarang kemampuan keluar masuk peti kemas kira-kira akan mencapai 200 ribu buah setiap tahun dan barang curah sebanyak 3 juta ton."

Lino berupaya sekuat tenaga untuk membangun pelabuhan. Semangatnya sangat mengesankan rekan Tiongkoknya. Pejabat pemerintah Guigang, Pang Zetao mengatakan,

"Pak Lino adalah seorang yang sangat kalem, bersahabat, praktis, dan giat bekerja. Ia sangat supel dan mempunyai kesan mendalam terhadap Tiongkok terutama Guigang. Ia mencurahkan seluruh tenaganya untuk membangun pelabuhan tersebut. Kami merasa Lino sudah sepenuhnya menyesuaikan dirinya ke dalam kehidupan kami."