Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2008-03-19 16:43:54    
Tokoh Terkemuka Tibet Kecam Kerusuhan di Lhasa

cri

Tokoh terkemuka etnis Tibet, Ketua Kehormatan Komite Konsultasi Pembangunan Daerah Otonom Tibet Raidi hari ini di Beijing mengecam keras peristiwa pemukulan, penghancuran, penjarahan dan pembakaran yang terjadi di Lhasa, ibukota Daerah Otonom Tibet baru-baru ini. Ia mengatakan, peristiwa tersebut sekali lagi membuktikan bahwa klik Dalai Lama sesaat pun tidak berhenti melakukan kegiatan separatis dan sabotase.

Tanggal 14 Maret pagi, sejumlah biksu bersenjatakan batu menyerang polisi yang sedang bertugas normal di Kuil Ramoche yang terletak di bagian timur laut kota Lhasa. Kemudian, sejumlah perusuh berkumpul di jalan, meneriak-neriakkan jel pemisahan negara dan dengan kalap melakukan pemukulan, penghancuran, penjarahan dan pembakaran, situasi dengan cepat berkembang. Menurut statistik, dalam peristiwa kekerasan itu, para perusuh telah membakar 210 rumah penduduk dan toko, menghancurkan dan membakar 56 mobil, membakar atau membacok sampai mati 13 penduduk yang tak berdosa.

Sehubungan dengan itu, tokoh terkemuka etnis Tibet, Ketua Kehormatan Komite Konsultasi Pembangunan Daerah Otonom Tibet Raidi menyatakan, ada cukup fakta untuk membuktikan bahwa peristiwa itu diorganisasi, direncanakan, didalangi dan dihasut oleh klik Dalai Lama. Dikatakan oleh Raidi,"Tujuan mereka adalah menimbulkan peristiwa pada masa peka sekarang ini dan sengaja membesarkannya menjadi peristiwa berdarah untuk mengganggu Olimpiade Beijing, serta merusak situasi sosial dan politik yang tenteram dan harmonis. Peristiwa kali ini sekali lagi membuktikan bahwa klik separatis Dalai Lama di luar Tiongkok tidak mengendurkan sedikitpun kegiatan penetrasi dan subversinya terhadap Tiongkok, klik Dalai Lama sesaat pun tidak berhenti melakukan kegiatan separatis dan sabotase."

Komite Konsultasi Pembangunan Daerah Otonom Tibet di mana Raidi bekerja adalah lembaga penyumbang pikiran yang terdiri dari para ahli dan ilmuwan berbagai kalangan. Mereka memberikan usul dan pendapat bagi pembangunan ekonomi dan sosial di Tibet. Raidi yang berusia 70 tahun dilahirkan dalam keluarga tani hamba. Ia telah menyaksikan perubahan-perubahan yang terjadi di Tibet sejak daerah itu dibebaskan secara damai pada tahun 1951. Raidi menyatakan, peristiwa di Lhasa itu terjadi bukan kebetulan. Selama belasan tahun ini, Tibet telah mengalami kemajuan paling cepat dan perubahan paling besar sepanjang sejarahnya, begitu pula rakyatnya mendapat keuntungan paling banyak dalam sejarah. Namun kekuatan separatis Dalai Lama tidak ingin menyaksikan kemajuan sosial, perkembangan ekonomi dan persatuan berbagai etnis di Tibet, juga tidak ingin menyaksikan rakyat Tibet menjadi tuanrumah atas negara dan menikmati kehidupan bahagia. Oleh karena itu, mereka berdaya upaya merusak dan mengganggu kestabilan dan perkembangan Tibet bahkan seluruh daerah etnis Tibet.

Setelah peristiwa itu terjadi, Daerah Otonom Tibet segera mengambil tindakan untuk memadamkan kebakaran dan menolong mereka yang luka-luka, serta menindak kegiatan kriminal pemukulan, penghancuran, penjarahan dan pembakaran itu berdasarkan hukum. Situasi di Lhasa dewasa ini sudah tenang, dan ketertiban sosial sudah kembali stabil. Namun klik Dalai dan sejumlah tokoh di negara-negara Barat bertindak begitu jauh menyebut tindakan pemukulan, penghancuran, penjarahan dan pembakaran sebagai "demonstrasi damai", dan menyebut tindakan untuk menangani tindak kekerasan yang dengan serius membahayakan keselamatan jiwa dan harta benda massa rakyat serta ketertiban sosial itu sebagai apa yang disebut "penindasan atas demonstrasi damai".

Dikatakan oleh Raidi, pernyataan seperti itu disamping menutup mata terhadap duduk perkara yang sebenarnya, juga memutar-balikkan antara hitam dan putih.

Raidi mengatakan, saya ingin bertanya: baik negara atau pemerintah mana pun, apakah mereka bisa bersikap acuh tak acuh terhadap peristiwa kriminal kekerasan seperti yang terjadi di Lhasa itu? Jelas, pemerintah mana pun tidak mungkin tidak mempedulikan keselamatan jiwa dan harta benda rakyatnya, tidak mungkin menutup mata terhadap tindakan para perusuh yang merusak ketertiban sosial yang damai dan stabil serta merusak situasi yang tenteram dan bersatu. Dapat dipastikan bahwa negara mana pun tidak mungkin bertoleransi atas tindak kriminal kekerasan itu." Demikian kata Raidi.

Kini sebagian besar toko di kota Lhasa sudah buka kembali, perguruan tinggi serta sekolah-sekolah menengah dan dasar juga sudah kuliah secara normal. Ketertiban sosial di Lhasa pada pokoknya sudah kembali normal.