Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2008-03-20 15:34:59    
Saksi Mata dan Korban Kerusuhan di Lhasa Ceritakan Pengalamannya

cri

Dengan didalangi dan dihasut oleh klik Dalai Lama, sejumlah kecil biksu di Lhasa, ibukota Daerah Otonom Tibet Tiongkok baru-baru ini menimbulkan huru-hara, dengan serius telah merusak ketertiban sosial yang normal di kota Lhasa, serta menimbulkan kerugian besar jiwa dan harta benda bagi penduduk kota tersebut. Setelah peristiwa itu terjadi, pemerintah Daerah Otonom Tibet segera mengambil tindakan untuk menindak kegiatan kriminal kekerasan itu. Kini ketertiban sosial di kota Lhasa pada pokoknya sudah kembali normal. Bagaimana proses terjadinya peristiwa kriminal kekerasan itu? Wartawan CRI di Tibet sempat mewawancarai beberapa saksi mata dan korban peristiwa kerusuhan itu.

Tanggal 14 Maret sekitar pukul 11:00, sejumlah biksu bersenjatakan batu menyerang polisi yang sedang bertugas secara normal di Kuil Ramoche yang terletak di sebelah timur laut kota Lhasa. Kemudian, sejumlah perusuh mulai berkumpul di jalan dengan meneriakkan yel-yel pemisahan negara serta dengan kalap melakukan pemukulan, penghancuran, penjarahan dan pembakaran. Peristiwa dengan cepat menjalar. Anasir-anasir perusuh itu memukul, menghancurkan, menjarah dan membakar toko, sekolah, rumah sakit, bank dan kantor pers di jalan utama kota Lhasa, membakar kendaraan yang lewat dan memukuli pejalan kaki. Kepala Sekolah Dasar Haicheng Kota Lhasa, Nyima Tsering mengatakan, kaum perusuh menyerang sekolah mereka ketika mereka kembali ke sekolah setelah makan siang. Dikatakannya,"Kaum perusuh itu seperti orang gila menyerang gedung pengajaran sekolah kami sehingga membahayakan keselamatan jiwa para murid dan guru serta harta benda sekolah. Akibat serangan itu, sekolah kami menderita kerugian sebesar 1,4 juta yuan Renminbi, dan yang lebih parah ialah menimbulkan trauma sangat besar bagi para murid."

Bercerita tentang peristiwa yang terjadi hari itu, seorang murid kelas dua Dawa Yudron masih merasa ketakutan. Ia mengatakan,"Ketika itu saya melihat sejumlah orang sedang memukuli polisi dan ada yang menyerang toko. Saya ketakutan. Nenek melarang saya pergi ke sekolah, maka saya tinggal di rumah selama tiga hari."

Dalam peristiwa kekerasan itu, tercatat 210 rumah penduduk dan toko musnah dibakar perusuh, 56 mobil dihancurkan atau dibakar, dan 13 penduduk yang tak berdosa tewas dibakar atau dibacok. Di jalan-jalan utama kota Lhasa, barang-barang yang dihancurkan berserakan di jalan. Para perusuh selain menghancurkan toko, memukuli pula pemiliknya dan menjarah barang-barang di toko."

Di sebuah rumah sakit kota Lhasa, wartawan bertemu dengan seorang korban bernama Peng Xiaopo. Ia mengatakan, 4 toko miliknya dibakar oleh perusuh. Ia dan anggota keluarganya yang panik segera terjun dari lantai atas untuk menyelamatkan diri. Akibatnya, istrinya menderita luka parah, sedang paman dan adik iparnya yang tidak sempat melarikan diri mati terbakar. Peng Xiaopo mengatakan,"Adik perempuan saya yang berusia 18 tahun tidak berani terjun dari lantai atas. Ia ingin turun melalui tangga, tapi tangga yang terbakar patah begitu diinjak, sehingga ia terjatuh dan mati terbakar."

Masyarakat kota Lhasa yang kehilangan sanak keluarganya merasa sangat sedih dan marah, dan kejahatan para perusuh juga mengundang kemarahan dan kutukan keras di berbagai kalangan masyarakat Tibet. Para korban luka-luka akibat serangan perusuh itu kini sedang dirawat di rumah sakit.

Di distrik dan jalan utama kota Lhasa hari ini, wartawan menyaksikan lalu lintas kembali normal, sebagian besar toko sudah buka, perguruan tinggi serta sekolah menengah dan dasar telah berkuliah, ketertiban sosial di kota itu pada pokoknya sudah kembali normal.