Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2008-03-21 15:31:33    
Catatan Tentang Peristiwa Kerusuhan 14 Maret di Lhasa, Tibet

cri

Televisi Nasional Tiongkok kemarin telah menyiarkan film dokumenter yang mencatat peristiwa kekerasan pemukulan, penghancuran, penjarahan dan pembakaran yang terjadi di kota Lhasa tanggal 14 Maret lalu dengan mengungkap lebih banyak detail tentang peristiwa tersebut. Dari film itu dapat diketahui bahwa banyak pejalan biasa dan massa yang tak berdosa mengalami serangan perusuh, banyak toko dan bangunan di sepanjang jalan musnah dibakar perusuh.

Tanggal 14 Maret pagi, sejumlah biksu menggunakan batu menyerang polisi yang sedang bertugas normal di Kuil Ramoche yang terletak di timur laut kota Lhasa. Kemudian, sejumlah perusuh berkumpul di jalanan, meneriakkan yel-yel pemisahan negara, dan dengan kalap melakukan pemukulan, penghancuran, penjarahan dan pembakaran. Peristiwa dengan cepat menjalar.

Di pusa kota Lhasa, kaum perusuh melakukan pemukulan, penghancuran, penjarahan dan pembakaran di mana-mana. Supermarket, pusat perbelanjaan dan restoran berturut-turut terbakar. Di sebuah toko pakaian yang terbakar, lima pegawai wanita yang sedang bekerja mati terbakar karena gagal meloloskan diri. Drolma adalah satu-satunya pegawai toko itu yang berhasil meloloskan diri dari maut. Ia mengatakan,"Pinto kaca toko kami hancur berantakan diserang perusuh. Kami menangis ketakutan dan gemetar. Tidak pernah saya membayangkan akan terjadi hal seperti ini. Pagi itu kami masih masuk kerja dengan hati senang, tapi tiba-tiba saja terjadi hal yang begitu mengerikan, sungguh di luar dugaan. Saya ingin bertanya kepada perusuh-perusuh itu, mengapa kalian membunuh begitu banyak orang yang tak berdosa." Demikian kata Drolma.

Dalam peristiwa kekerasan kali ini, para perusuh menggunakan cara yang sangat kejam. Seorang pria yang mengendarai sepeda motor dikepung dan dihajar habis-habisan, belasan orang memukuli kepalanya dengan batu bata sampai mata sebelah kanannya menjadi buta, bahkan daun telinganya sebelah kiri dipotong. Yang lebih sulit dibayangkan ialah, dokter yang datang menolong korban luka-luka juga menjadi sasaran serasngan kaum perusuh. Losel Tsering, seorang dokter rumah sakit rakyat kota Lhasa cedera dipukul perusuh. Ia mengatakan,"Ketika bertemu dengan perusuh-perusuh itu di jalan, kami mengatakan keapda mereka bahwa kami adalah tenaga medis, tapi mereka tidak ambil perduli dan langsung menyerang mobil kami dan memukuli kami."

Di kota Lhasa, sarana telekomunikasi, listrik, bank, rumah sakit dan sekolah mengalami kerusakan serius. Para perusuh memasuki Sekolah Menengah Kedua Kota Lhasa dan membakar bangunan sekolah. Petugas pemadam kebakaran yang datang memadamkan kebakaran juga diserang oleh perusuh, dua kendaraan pemadam kebakaran dihancurkan dan 4 petugas pemadam kebakaran menderita luka berat.

Setelah peristiwa kriminal kekerasan itu terjadi, Pemerintah Daerah Otonom Tibet mengerahkan polisi untuk menjaga ketertiban sosial dan melindungi keselamatan jiwa dan harta benda rakyat. Dari tayangan film itu dapat diketahui bahwa polisi tidak menggunakan senjata apa pun dalam menjalankan tugas. Mereka hanya membawa tameng untuk menahan dan membubarkan perusuh, namun mereka mengalami serangan perusuh yang bersenjatakan batu, batu bata dan parang.

Menurut statistik, dalam peristiwa kekerasan kali ini, para perusuh telah membakar 216 rumah penduduk dan toko, menghancurkan dan membakar 56 kendaraan, membakar atau membacok mati 13 orang. Pejabat Pemerintah Daerah Otonomi Tibet Padma Tsinle mengatakan, ada cukup fakta membuktikan bahwa peristiwa pemukulan, penghancuran, penjarahan dan pembakaran yang terjadi di Lhasa kali ini adalah kegiatan sabotase terorganisasi dan terencana yang didalangi di belakang layar oleh klik Dalai Lama. Padma Tsinle mengatakan,"Klik Dalai menggunakan segala cara menjalin hubungan dengan sejumlah biksu di Daerah Otonom Tibet, dan mengeluarkan komando ke Tibet melalui berbagai saluran. Sementara itu, klik Dalai dengan segala cara menghasut dan mengelabui massa yang tidak mengetahui keadaan sebenarnya, dan menggiring orang-orang itu ambil bagian dalam kegiatan sabotase kekerasan yang ditimbulkan oleh sejumlah kecil orang itu."

Menurut pihak terkait di Tibet, terhitung samapi pukul 22:00 Rabo lalu, tercatat hampir 170 orang yang ambil bagian dalam peristiwa kerusuhan di Lhasa sudah menyerahkan diri ke pihak kepolisian. Di distrik dan ruas jalan utama di kola Lhasa, wartawan kemarin menyaksikan bahwa kendaraan sudah lalu lalang dengan bebas, sebagian besar toko serta sekolah-sekolah juga sudah buka kembali. Ketertiban sosial di Lhasa pada pokoknya sudah kembali normal.