Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2008-03-25 15:33:58    
Orang Asing di Tibet: Laporan Media Barat Tidak Sesuai Fakta

cri

LHASA, 24 Maret (Xinhua). Sementara beberapa media Barat dengan keras menuduh Tiongkok melakukan "pematahan dengan kekerasan" atas "protes damai" di Tibet, beberapa orang asing di sana tidak setuju.

"Banyak laporan yang tidak akurat," kata Tony Gleason, direktur lapangan Dana Pengentasan Kemiskinan Tibet, sebuah organisasi Amerika yang menolong masyarakat Tibet yang miskin melalui training dan modal kecil-kecilan.

Melihat berita di Internet di hotelnya, Gleason melihat laporan-laporan media Barat tentang peristiwa di Tibet. Di beberapa laporan, kerusuhan itu dipaparkan sebagai demonstrasi "damai" dan "tanpa senjata" yang ditumpas oleh pemerintah Tiongkok.

"Protes ini sama sekali tidak damai," kata Gleason.

Ia mengenangkan bahwa ia sedang makan di Restoran Snowland bersama istrinya dan anak perempuannya yang berumur satu tahun pada tanggal 14 Maret ketika sebuah kelompok besar perusuh melemparkan bata dan batu sebesar genggaman tangan ke mobil-mobil di jalan.

"Saya melihat asap hitam dari pusat kota, dan ada asap dari berbagai bagian," katanya di Gajililin Hotel di mana ia tinggal dan bekerja.

"Saya tidak pernah melihat polisi menembaki perusuh," tambahnya.

Ursula Rechbach dari Slovenia telah bekerja untuk Proyek Pemberdayaan Obat-obatan Tradisional Tibet yang berbasis di Lhasa.

Wanita berusia 50-an ini mengatakan bahwa ia sedang makan siang dengan kolega-koleganya pada tanggal 14 Maret, di mana kerusuhan ini dimulai. Para koleganya yang merupakan warga etnis Tibet segera menemaninya ke hotel.

"Kami hampir saja tidak selamat," kata Ursula tentang hari yang nahas itu. Ia menambahkan bahwa ia melihat dari atap hotelnya bahwa anak-anak muda di akhir masa remaja membawa tongkat panjang dan batu di tangan mereka. Mereka berteriak, membalikkan mobil, dan membakar mobil-mobil serta menghancurkan dan menjarah toko-toko.

Ia kemudian berbicara dengan beberapa orang asing lagi di Tibet. Berdasarkan apa yang mereka lihat, mereka setuju bahwa kerusuhan itu pasti telah diorganisir. "Anda tidak dapat melakukan semua itu secara serentak dan tiba-tiba. Itu tidak bisa terjadi di suatu tempat kecuali kalau diorganisir. Mestinya semua ini telah dirancang, atau paling tidak dipersiapkan," katanya.

Mengomentari beberapa media Barat yang menuduh Tiongkok melakukan "pembunuhan massal terhadap etnis Tibet" dalam protes damai mereka, Ursula mengatakan, "Anda bisa menciptakan cerita supaya lebih menjual, tetapi bagaimana Anda bisa menuduh seseorang bila Anda tidak ada di sana," katanya.

Guzman Escardo, yang bekerja dengan Asosiasi untuk Solidaritas Internasional di Asia (ASIA) mengatakan pada Xinhua bahwa polisi lokal telah bersikap amat sopan, bertentangan dengan yang diperkirakan oleh media Barat.

"Polisi di jalan amat baik hati dan sopan. Mereka selalu tersenyum pada saya," katanya.

Escardo mengatakan bahwa ia menonton saluran sembilan CCTV dan televisi Spanyol untuk melihat apa yang terjadi.

"Pemerintah lokal sering mengontak kami untuk memeriksa apakah kami aman. Mereka benar-benar memperhatikan saya," katanya. Saya merasa aman di hotel.

Selain dari orang-orang asing di Tibet, puluhan ribu pengguna internet Tiongkok telah mengecap sejumlah media asing karena telah menyelewengkan fakta dalam liputan tentang kerusuhan di Lhasa.

Menurut para warga dunia maya ini, koran Jerman Berlin Morgenpost memasang sebuah gambar di situs webnya di mana di Lhasa polisi menyelamatkan seorang warga etnis Han yang dilukai oleh perusuh. Tetapi keterangan di situ menulis, "pemihak kemerdekaan diambil polisi".

Di kasus yang hampir sama, N-TV yang berkedudukan di Jerman, dituduh menggunakan gambar polisi sedang menangkap para demonstran dalam sebuah laporan tentang kerusuhan Tibet. Tetapi gambar ini diambil di Nepal, dan polisinya adalah warga Nepal.

N-TV mengatakan pada tanggal 23 Maret bahwa mereka akan mengecek otentitas gambar televisi itu, setelah saluran televisi RTL di hari yang sama mengatakan bahwa mereka "menyesalkan kesalahan" tersebut dalam peliputan kerusuhan di Lhasa.

RTL TV mengakui bahwa mereka telah melaporkan kerusuhan dengan gambar yang diambil pada tanggal 17 Maret di ibukota Kathmandu, di mana pasukan keamanan Nepal melawan demonstran dengan pentungan.

http://news.xinhuanet.com/english/2008-03/25/content_7851676.htm