Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2008-03-27 13:35:53    
Tibetolog: Klik Dalai Mencoba Mencapai Maksud Politiknya Melalui Kekerasan

cri

Para pakar Pusat Penelitian Tibetologi Tiongkok kemarin (26/3) dalam wawancara dengan media mancanegara menyatakan, duduk perkara peristiwa kerusuhan "14 Maret" Lhasa merupakan langkah Klik Dalai dengan menghasut-hasut segelintir penjahat mensabot kestabilan masyarakat demi mencapai maksud politik "Tibet Merdeka". Berikut laporan wartawan kami.

Pusat Penelitian Tibetologi Tiongkok sebagai badan riset ilmiah yang meneliti sejarah, keadaan sekarang dan perkembangan kelak Tibet dan daerah permukiman etnis Tibet lainnya itu didirikan di Beijing pada tahun 1986 dan memiliki sejumlah pakar Tibetologi. Kemarin, empat pakar pusat tersebut menerima wawancara media mancanegara. Ketika menyinggung latar belakang sejarah terjadinya peristiwa kerusuhan 13 Maret di Lhasa itu, Direktur Jenderal Pusat Penelitian Tibetologi Lhagpa Phuntshogs mengatakan bahwa peristiwa kerusuhan Lhasa mempunyai latar belakang sejarah yang mendalam. Dikatakannya,

"Mereka ingin memulihkan sistem politik dan kenegaraan teokratis melalui pemberontakan. Kaum separatis sekarang tidak senang karena di Tibet sekarang tidak menerapkan sistem politik tersebut. Sistem tani hamba feodal Tibet yang 95 persen populasinya menjadi tani hamba semula sudah berlalu dan keadaan keterbelakangan dan terisolasinya masyarakat Tibet tidak ada lagi. Mereka ingin mengubah keadaan itu. Apa yang disebut "Tibet Merdeka" ialah Klik Dalai ingin memulihkan sistem teokratis serta sistem tani hamba semula."

Pada tahun 1950-an, Tibet di bawah pemerintahan Klik Dalai berada dalam masyarakat tani hamba feudal. Tani hamba dan budak yang merupakan 95% penduduk tidak memiliki alat-alat produksi dan kebebasan pribadi, dan kehidupan mereka sangat sengsara. Kelas berkuasa terdiri dari pejabat, bangsawan dan biksu lapisan atas di kuil, jumlah mereka tidak sampai 5% populasi total Tibet, tapi mereka memiliki semua alat-alat produksi dan tani hamba. Pada tahun 1951, pemerintah pusat Tiongkok dan pemerintah daerah Tibet menandatangani Persetujuan mengenai Cara Pembebasan Damai Tibet. Dengan demikian, Tibet dibebaskan secara damai. Mengingat keadaan riil Tibet, Persetujuan menetapkan, berbagai reformasi di Tibet harus dilakukan secara inisiatif oleh pemerintah daerah Tibet sendiri dan ketika rakyat mengemukakan tuntutan reformasi, harus membahas cara penyelesaian dengan pemimpin Tibet. Menghadapi tuntutan reformasi demokratis rakyat Tibet yang semakin membubung tinggi, untuk memelihara sistem tani hamba feodal, Klik Dalai melancarkan pemberontakan bersenjata secara menyeluruh pada tanggal 10 Maret tahun 1959. Setelah pemberontakan gagal, Dalai Lama ke-14 Tenzin Gyatso dan sejumlah pengikutnya melarikan diri ke luar negeri. Lhagpa Phuntshogs mengatakan, peristiwa kerusuhan yang terjadi di Lhasa tahun ini justru direncanakan dan dihasut-hasut oleh Klik Dalai untuk memperingati Pemberontakan Bersenjata tahun 1959. Tujuan fundamentalnya ialah memisahkan Tibet dari Tiongkok.

Menurut statistik, dalam peristiwa kerusuhan di Lhasa seluruhnya 18 orang rakyat yang tidak berdosa tewas, 120 rumah rakyat jelata terbakar dan 908 toko terbakar atau dijarah, selain itu 7 sekolah dan 5 rumah sakit terusak dan kerugian ekonomi langsung sekitar 250 juta yuan RMB. Sarjana Pusat Penelitian Tibetologi Zhen Dui mengatakan, Klik Dalai ingin mencapai tujuan politiknya dengan alasan masalah etnis melalui peristiwa kerusuhan Lhasa. Dikatakannya,

"Dalam peristiwa kekerasan kali ini, yang menjadi korban ada orang etnis Han, etnis Hui dan juga etnis Tibet. Ini menunjukkan, peristiwa itu bukan kontradiksi etnis, bukan masalah agama, melainkan masalah politik. Dari hal ini juga dapat diketahui, orang yang mempunyai motif tersembunyi dengan alasan apa yang disebut 'kontradiksi antar etnis' mencapai tujuan merusak persatuan nasional dan memecah-belahkan tanahair."

Data yang terkait menunjukkan, ekonomi Tibet berturut-turut memelihara laju pertumbuhan 12% ke atas selama 7 tahun ini dan pendapatan murni perkapita kaum tani dan penggembala terus memelihara pertumbuhan dua digit selama 5 tahun ini. Pakar Pusat Penelitian Tibetologi Tanzen Lhundrup mengatakan,

"Selama 30 tahun sejak diadakannya reformasi dan keterbukaan, Tibet telah memperoleh manfaat dan perkembangan yang sungguh-sungguh baik di bidang infrastruktur, maupun taraf kehidupan, kondisi pengobatan dan syarat pendidikan rakyat. Semua orang boleh melihat-lihat ke Tibet dan banyak contoh dapat membuktikan bahwa rakyat Tibet berbagi sepenuhnya prestasi reformasi dan keterbukaan."

Tanzen Lhundrup menekankan, tindakan Klik Dalai yang mengupayakan "Tibet Merdeka" itu membelakangi keinginan rakyat dan pasti tidak akan memperoleh dukungan rakyat.