Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2008-03-27 16:36:35    
Masyarakat Tibet Kecam Keras Kekerasan 14 Maret

cri

Kekerasan yang berupa perampokan, pembakaran dan pembunuhan yang terjadi di ibu kota Daerah Otonom Tibet, Lhasa dikecam keras berbagai kalangan sosial Tibet. Mereka berturut-turut menyatakan, tindakan kekerasan anasir-anasir ilegal tidak hanya melanggar semangat kemanusiaan, juga merugikan hasil-hasil pembangunan yang dicapai Lhasa dengan susah payah. Mereka menghimbau agar peristiwa serupa tidak akan terulang pada masa depan agar rakyat dapat hidup di lingkungan yang tenteram. Berikut laporan wartawan kami dari Lhasa.

Tanggal 14 Maret, sejumlah biksu melemparkan batu terhadap polisi yang bertugas di depan Kuil Ramoche. Tak lama setelah itu, sejumlah bandit mulai berkumpul di jalan-jalan, meneriakkan yel-yel tentang pemecahbelahan negara, serta secara besar-besaran melakukan perampokan, pembakaran dan pembunuhan sehingga situasi memburuk secara drastis. Para pelaku kerusuhan melakukan perampokan dan pembakaran terhadap toko-toko, sekolah, rumah sakit dan bank di jalan-jalan utama Lhasa. Mereka tidak hanya membakar kendaraan di jalan, juga mengejar dan memukul massa rakyat yang lewat. Tindakan perusuh dengan serius mengancam keselamatan jiwa rakyat dan keamanan harta benda setempat.

Ketua Persatuan Agama Tiongkok Cabang Tibet, Drunkhang Thubten Khedrup mengatakan:

Saya melihat sejumlah kecil biksu melakukan perampokan dan pembakaran bersama dengan anasir ilegal. Selain merasa terkejut, saya lebih-lebih merasa malu. Tindakannya sama sekali melanggar semangat kemanusiaan, dan bertentangan dengan ajaran agama Buddha. Sebagai penganut agama Buddha, kami seharusnya meningkatkan pengelolaan diri sendiri. Kami tahu, rakyat Tibet sekarang hidup bahagia, dan kebudayaan agama Buddha juga berkembang makmur. Saya berharap pemerintah menghukum tindak kejahatan tersebut.

Menurut statistik, dalam kerusuhan di Lhasa, sebanyak 18 orang tak berdosa tewas, 120 lebih rumah penduduk hancur dibakar, 908 tokoh dirampok atau dibakar, selain itu terdapat pula 7 sekolah dan 5 rumah sakit yang dirusak. Kerugian ekonomi langsung mencapai hampir 250 juta yuan renminbi. Seorang warga Lhasa bernama Losang dengan marah mengatakan:

Saya merasa sangat marah terhadap kerusuhan di Lhasa. Situasi kestabilan dan kemakmuran di Tibet dewasa ini adalah hasil pembangunan yang dicapai bersama rakyat berbagai etnis. Melihat kerugian besar yang diakibatkan sejumlah kecil anasir ilegal, kami merasa marah sekali. Mereka yang disulut Klik Dalai Lama telah berkejahatan serius terhadap massa rakyat. Intriknya sekali-kali tak boleh terwujud.

Dalam kerusuhan serius di Lhasa, kaum anasir ilegal tampaknya sangat kejam. Seorang laki-laki yang mengendalikan sepeda motor dikeroyok para perusuh di jalan. Belasan perusuh menghantam kepalanya dengan batu bata, sehingga mata kanannya buta terpukul dan telinga kirinya pun dipotong. Seorang warga dengan usia lanjut bernama Chodrek adalah salah saorang saksi mata tragedi itu. Ia mengatakan:

"Pada sore tanggal 14, dalam perjalanan kembali ke rumah, saya melihat adegen-adegen yang nyeri dan sulit ditoleransikan. Rakyat Tibet sedang menempuh kehidupan yang tenteram dan bahagia, akan tetapi sejumlah kecil anasir ilegal malah melakukan perampokan, pembakaran dan pembunuhan besar-besaran di seluruh kota Lhasa seperti apa yang saya saksikan. Mereka telah mengakibatkan kerugian yang tak terbilang banyaknya bagi keselamatan jiwa dan harta benda rakyat, dengan serius mensabot tata tertib dan kestabilan sosial Lhasa. Kami mendesak pemerintah menghukum para perusuh dengan tak kenal belah kasihan, agar kami kembali menikmati lingkungan sosial yang tenteram."

Tibetolog kawakan Dukar Tsering dari Pusat Penelitian Tibetologi Tiongkok mengatakan, pemerintah Tiongkok selalu menaruh perhatian luar biasa terhadap agama Buddha ala Tibet, antara lain, mengalokasi dana dalam jumlah besar untuk melakukan pemugaran kembali dan perlindungan terhadap Istana Potala, Kuil Tashilhunpo dan Kuil Jokhang. Kini jumlah kuil dan tempat agama Buddha yang terbuka di Tibet mencapai 1.787. Kitab-kitab utama agama Buddha juga dibenahi secara ilmiah. Sementara itu, pemerintah juga menaruh perhatian pada penghidupan para biksu, dan berangsur-angsur mencakupinya dalam sistem jaminan sosial. Dukar Tsering menyatakan:

"Hasil survei dan penelitian saya membuktikan, Klik Dalai justru adalah pihak yang paling mengancam pembinaan tata tertib normal agama Buddha ala Tibet, serta penghalang terbesar bagi pelestarian kebudayaan tradisional etnis Tibet dan perusak kestabilan Tibet."

Setelah terjadinya peristiwa kekerasan di Lhasa, pemerintah Daerah Otonom Tibet segera mengambil tindakan untuk memberantas kegiatan kriminal kekerasan. Sekarang toko-toko dan sekolah sudah terbuka kembali. Lhasa yang bersejarah lama tenteram seperti di waktu-waktu yang sudah-sudah.