Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2008-04-02 16:52:39    
Menurut Surat Kabar, Dalai Lama Bohong Lagi

Kantor Berita Xinhua

BEIJING, 1 April (Xinhua). Dalam Lama telah cukup terlibat dalam membuat pernyataan akhir-akhir ini. Meskipun demikian, banyak dari kata-katanya yang hanya merupakan kebohongan. Demikian dikatakan oleh seorang komentator yang dimuat oleh sebuah harian berita utama di Tiongkok pada hari Selasa.

Artikel ini mengacu pada sebuah surat terbuka Dalai Lama pada tanggal 28 Maret. "Saya meyakinkan Anda bahwa saya tidak punya keinginan untuk memperjuangkan terpisahnya Tibet," kata Dalai Lama kepada "saudara-saudara Tiongkok" dalam surat tersebut.

Dalai Lama jugalah yang ironisnya mengatakan kepada sebuah saluran televisi India pada tanggal 8 April tahun lalu bahwa separuh abad yang lalu Tibet "secara de facto adalah sebuah negara merdeka," kata artikel tersebut dalam edisi luar negeri People's Daily.

"Saya tidak punya dorongan untuk memisahkan rakyat Tibet dan Tiongkok," kata Dalai Lama dalam surat tanggal 28 Maret. Tetapi, apa benar demikian? Komentar dalam surat kabar ini memaparkan beberapa contoh.

Dalam pernyataannya tanggal 10 Maret, Dalai Lama mengatakan bahwa di Tibet, "populasi orang dari luar Tibet bertambah berkali-kali lipat, sehingga menyebabkan orang asli Tibet menjadi minoritas di negara mereka sendiri."

Pada tanggal 25 Maret, ia mengatakan kepada majalah Amerika Newsweek bahwa meskipun ia pernah berjumpa dengan orang Tibet tingkat atas yang hidup baik dan punya rumah, ia merasakan diskriminasi yang tak terlukiskan dari masyarakat Han. Demikian dikatakan oleh komentator itu.

Dalai Lama mengatakan dalam surat terbukanya bahwa Pemerintah Tiongkok telah menuduhnya mendalangi demonstrasi yang pecah pada tanggal 10 Maret. Apakah ia telah dinodai? Komentar itu menyatakan apa yang terjadi sekitar saat itu.

Pada tanggal 10 Maret, Dalai Lama sekali lagi menyatakan "terima kasih" dan "kebanggaan" atas "keberanian" dan "tekad" masyarakat Tibet di Tiongkok. Ia mengadakan pertemuan dengan organisasi-organisasi seperti Kongres Pemuda Tibet. Demikian dikatakan artikel itu.

Sesuai dengan petunjuk Dalai Lama, Kongres Pemuda Tibet pada tanggal 10 Maret bertekad untuk berjuan bagi "kemerdekaan Tibet" dengan taruhan nyawa mereka, kata komentator itu.

"Penghargaan" Dalai Lama akhirnya berakhir pada penghancuran, penjarahan, pencurian, dan pembakaran di Lhasa dan kematian para penduduk sipil yang tak berdosa serta polisi pada tanggal 14 Maret, kata artikel tersebut.

Pada hari itu, Dalai Lama mengatakan bahwa ia akan menghormati keinginan rakyat Tibet dan tidak akan meminta mereka menghentikan apa yang mereka lakukan. Meskipun demikian, karena semakin banyak orang yang mengutuk aksi kekerasan mereka, ia tahu ia harus mengatakan sesuatu yang salah, dan mengoreksinya pada tanggal 18 Maret. Ia berkata, "Bila situasi menjadi tak terkendali, maka pilihan saya hanya pengunduran diri." Ia kemudian melakukan doa bagi para korban "protes damai."

Juga dalam surat terbuka itu, Dalai Lama mengatakan, "Saya telah dari awal mendukung kesempatan yang dianugerahkan kepada Beijing untuk menjadi tuan rumah Olimpiade. Posisi ini tidak pernah berubah." Meskipun demikian, ia juga telah mendeklarasikan dalam berbagai kesempatan tahun lalu bahwa tahun 2008 adalah amat penting. Dan Olimpiade mungkin adalah kesempatan terakhir bagi rakyat Tibet. Ia meminta berbagai negara untuk melekatkan "isu Tibet" dengan Olimpiade Beijing ketika berhubungan dengan Tiongkok. Dan ia meminta para pendukungnya untuk berdemonstrasi selama Olimpiade di bulan Agustus, menurut komentar tersebut.

Artikel tersebut mengatakan, "Tidak ada gunanya memberi komentar. Bandingkan saja apa yang telah ia katakan. Bagaimana seseorang bisa seenaknya saja dengan mulutnya? Dan kata-kata manakah yang benar-benar dari hatinya?"

Untuk menutupi kontradiksi dirinya, Dalai Lama mengatakan pada surat tersebut bahwa "sebagai seorang biksu sederhana yang berusaha hidup sehari-hari sesuai dengan ajaran Buddha," ia bisa meyakinkan orang-orang akan ketulusan motivasinya. Meskipun demikian, komentator itu mengatakan bahwa jaminan ini hanyalah "kebohongan yang tulus."

Ajaran Buddha menganjurkan pengikutnya untuk menjadi orang yang sebaik kata-kata yang ia ucapkan dan tidak pernah bohong. Tetapi Dalai Lama tidak pernah mengikuti ajaran itu. "Apakah Dalai Lama seorang biksu sederhana? Kita hanya bisa berkata, ia berbohong lagi," kata komentator tersebut.

http://news.xinhuanet.com/english/2008-04/01/content_7899776.htm