Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2008-04-03 12:54:03    
Harian Guangmingribao: Siapa Sebenarnya Yang Mencelakakan Rakyat Tibet?

cri

Harian Guangmingribao hari ini menurunkan artikel yang berjudul : Siapa Sebenarnya Yang Mencelakakan Rakyat Tibet? Penulis artikel itu adalah periset Akademi Ilmu Sosial Tibet, anggota Dewan Institut Tibetologi Internasional Basang Wangdui.

Dikatakan dalam artikel itu, seperti diketahui, Undang Undan Dasar (UUD) Republik Rakyat Tiongkok dengan tegas menetapkan bahwa semua etnis di Republik Rakyat Tiongkok adalah sama derajat. Negara menjamin hak dan kepentingan sah semua etnis minoritas, memelihara dan mengembangkan hubungan kesetaraan, persatuan dan saling bantu semua etnis, melarang diskriminasi dan penindasan atas etnis mana pun, melarang perbuatan yang merusak persatuan nasional dan menimbulkan pemisahan nasional. Sementara itu, UUD memberikan perlindungan atas milik umum negara dan milik pribadi warga negara yang sah. Peristiwa kriminal kekerasan pemukulan, penghancuran, penjarahan dan pembakaran yang dilakukan segelintir elemen pelawan hukum di Lhasa tanggal 14 Maret lalu dengan serius telah melanggar undang-undang Republik Rakyat Tiongkok dan dengan serius telah merusak ketertiban sosial yang normal di Tibet. Elemen-elemen pelawan hukum itu sudah seyogianya mendapat hukuman berdasarkan undang-undang yang berlaku. Perbuatan melanggar hukum dan peraturan dengan melakukan perusakan kekerasan atas milik umum serta melukai massa yang tidak bersalah adalah dilarang di negara hukum mana pun. Ini adalah patokan dasar yang diakui masyarakat internasional. Fakta membuktikan bahwa klik Dalai Lama sedang mencelakakan rakyat Tibet.

Sebagai orang yang mengalami sendiri dan saksi sejarah Tibet zaman sekarang, saya telah menyaksikan sendiri perubahan-perubahan besar yang terjadi di Tibet Baru di bawah pimpinan Partai Komunis Tiongkok (PKT).

Selama lebih 50 tahun sejak pembebasan secara damai, Tibet telah mengalami perubahan besar yang tidak dapat dibandingkan dengan masa kapan pun dalam sejarahnya. Tibet telah mengakhiri sistem tani hamba feodal yang miskin, terbelakang, tertutup dan mandeg, dan melangkah ke masyarakat demokrasi rakyat modern yang beradab, terbuka dan terus menerus mencapai perkembangan dan kemajuan. Perubahan Tibet di zaman sekarang telah mengubah sama sekali situasi monopoli segelintir tuan tani hamba feodal atas kekuasaan politik serta sumber daya material dan budaya Tibet, seluruh rakyat telah menjadi tuanrumah yang mengelola masyarakat Tibet, menjadi pencipta dan penikmat kekayaan material dan budaya masyarakat, mutu rakyat mengalami peningkatan sangat besar. Khususnya dalam waktu 30 tahun terakhir sejak reformasi dan keterbukaan, situasi masyarakat Tibet yang tertutup dalam jangka waktu panjang dengan cepat telah berubah, ekonomi dan pembangunan mengalami kemajuan sangat pesat, kehidupan rakyat mencapai perbaikan dalam taraf besar, usaha sosial berkembang seperti yang belum pernah ada dan menunjukkan situasi kemajuan secara menyeluruh. Saya ingin memberitahu kepada dunia bahwa Tiongkok Baru telah menghapus sama sekali penindasan dan diskriminasi rasial, semua etnis berstatus sama derajat, kepribadian etnis dan budaya tradisional terbaik Tibet mendapat penghormatan penuh dan perlindungan kuat di bawah jaminan UUD dan sistem otonomi daerah etnis, dan telah diperpadat dengan isi zaman yang mencerminkan kehidupan baru massa rakyat dan kebutuhan baru kemajuan masyarakat sejalan dengan perkembangan modernisasi. Kepribadian dan budaya tradisional terbaik Tibet telah dikembangkan dalam pewarisan secara ilmiah.

Dalai Lama ke-14 beserta pengikutnya sebagai wakil segelintir lapisan kepentingan tuan tani hamba feodal di Tibet lama, yakni orang-orang yang pernah menyatakan "sistem kesatuan kepercayaan agama dan politik tidak akan berubah untuk selama-lamanya" itu mempersolek diri sebagai wakil kepentingan rakyat Tibet dengan mengibarkan panji etnis dan agama, tapi pada kenyataannya meeka tidak pernah melakukan satu pun hal yang menguntungkan rakyat Tibet. Dalam waktu panjang yang lalu, mereka menyanjung-nyanjung dan dengan kepala batu mempertahankan sistem tani hamba feodal, sama sekali tidak mempedulikan kepentingan rakyat, pada akhir tahun 1950-an melancarkan pemberontakan bersenjata untuk memecah belah negara, dan pada tahun 1960-an mengorganisasi lagi kekuatan bersenjata pemberontak dengan melakukan serangan dan gangguan militer selama 10 tahun di daerah perbatasan; Pada tahun 1970-an, dengan bantuan siaran radio negara-negara Barat, mereka merekayasa dan menyebarkan sejumlah besar isapan jempol untuk menghasut kontradiksi antar etnis dan menganjurkan konfrontasi kekerasan; Pada akhir tahun 1980-an, mereka menimbulkan peristiwa kerusuhan di Lhasa. Dengan mengkhianati tanah air dan rakyat, Dalai Lama ke-14 dalam waktu lama melakukan kegiatan separatis politik di bawah kedok agama, bahkan pada kesempatan khitmad upacara agama, mereka tak segan-segan merekayasa kebohongan tentang Tibet sejak dulu adalah sebuah negara merdeka. Pada tahun-tahun belakangan ini, Dalai Lama ke-14 di bibirnya saja menyatakan meninggalkan kegiatan kekerasan "Tibet merdeka", tapi ia lain kata dan lain tindakan. Peristiwa 14 Maret yang merupakan kegiatan separatis mencelakakan rakyat yang direncanakan dan diorganisasi klik Dalai itu sekali lagi menunjukkan kemunafikan "damai" dan "non kekerasan" Dalai Lama. Meski peristiwa tersebut berlangsung singkat, namun sepenuhnya adalah musibah hak asasi manusia. Biksu dan biku pelawan hukum yang patuh pada perintah Dalai Lama itu sama sekali tidak memiliki etika perilaku umat Buddhis. Mereka menghasut sejumlah kecil perusuh memukuli massa berbagai etnis, menghancurkan kendaraan di jalan, membakar rumah-rumah rakyat, menjarah milik umum, bahkan dengan kejam membakar dan membacok sampai mati massa yang tak bersalah. Korban peristiwa itu selain petugas penegak hukum, terdapat pula banyak massa etnis-etnis Tibet, Han dan Hui yang tak bersalah. Yang lebih mengerikan ialah, mereka bahkan melukai tenaga medis yang melakukan pertolongan kemanusiaan, meski para tenaga medis itu telah menerangkan identitasnya. Perbuatan kaum perusuh itu lebih-lebih telah melanggar patokan minimum masyarakat beradab. Menginjak-injak perikemanusiaan dan mencelakakan rakyat Tibet, itulah yang dilakukan oleh klik Dalai Lama.

Saya ingin mengingatkan tokoh-tokoh internasional suatu kenyataan bahwa Dalai Lama ke-14 yang menamakan diri "penyambung lidah rakyat Tibet" dan "pengawal hak asasi manusia", merekayasa kabar bohong tentang "pelanggaran HAM oleh Tiongkok di Tibet" tanpa malu-malu akan catatan sejarah dirinya ketika mendominasi Tibet lama di masa lalu yang menginjak-injak hak asasi manusia secara sewenang-wenang. Selama bertahun-tahun ini, klik Dalai sering berkoar di mimbar internasional tentang "Tiongkok telah membunuh 1,2 juta orang Tibet". Padahal, jumlah penduduk menurut statistik pemerintah daerah Tibet pada tahun 1950-an hanya 1.140.000 orang. Menurut logika klik Dalai, kalau apa yang mereka katakan itu benar, Tibet sejak dulu sudah menjadi daerah tanpa manusia, bagaimana mungkin jumlah penduduk Daerah Otonom Tibet sekarang ini bisa mencapai lebih 2.800.000 orang, yang di atas 95 persen adalah etnis Tibet dan etnis-etnis minoritas lainnya.

Saya yakin, setelah mengetahui sejarah Tibet dan mengenal jelas duduk perkara sebenarnya, semua orang yang memiliki rasa keadilan akan mengetahui dengan jelas: Siapa sebenarnya yang mencelakakan rakyat Tibet?