Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2008-04-04 11:12:14    
Cengbeng, Hari Raya Tradisional Tiongkok

cri

Tanggal 4 April adalah Hari Cengbeng, hari raya tradisional bagi penduduk Tiongkok untuk berziarah kepada anggota keluarganya yang sudah wafat.

Hari Cengbeng adalah salah satu dari 24 kala matahari Imlek tradisional Tiongkok, juga merupakan hari raya berziarah yang paling penting dalam kebudayaan tradisional Tiongkok untuk bersembahyang kepada leluhur dan berziarah ke makam. Menurut catatan sejarah, hari raya Cengbeng sudah bersejarah sekitar 2.500 tahun. Nama Cengbeng berasal dari buku sejarah, artinya pada hari Cengbeng, semua tumbuh-tumbuhan tampak bersih dan carah.

Di kalangan penduduk Tiongkok, berziarah ke makam merupakan suatu kegiatan untuk bersembahyang kepada anggota keluarga yang sudah wafat. Massa etnis Han dan sejumlah etnis minoritas lainnya mempunyai adat istiadat berziarah ke makam. Menurut adat istiadat, ketika berziarah ke makam, penziarah perlu mempersembahkan arak, makanan, buah-buahan di depan makam, kemudian menyalakan dupa dan lilin, menumpukkan tanah ke kuburan, memasang batang pohon yang segar ke atas kuburan, akhirnya bersembahyang dan menumpahkan arak di depan makam untuk menyatakan duka cita kepada anggota keluarga yang sudah wafat.

Pada hari Cengbeng, di banyak tempat di seluruh Tiongkok biasanya akan turun hujan tipis yang lebih mewarnai suasana duka cita peziarah kepada yang sudah wafat. Adat istiadat berziarah ke makam dan bersembahyang kepada leluhur dan anggota keluarga yang sudah wafat merupakan bagian dari kebudayaan tradisional Tiongkok yang diwarisi turun-temurun. Di desa, adat istiadat yang bersejarah itu tetap dipertahankan, sedangkan di kota, biasanya penduduk kota berziarah ke permakaman dan mempersembahkan bunga krisantemum di depan makam. Hari raya Cengbeng tahun ini agak berbeda dengan yang sebelumnya. Pada awal tahun ini, pemerintah Tiongkok menetapkan Hari Cengbeng sebagai hari liburan resmi nasional, sehingga mempermudah para warga berziarah. Sebelumnya, Cengbeng dicantumkan ke dalam daftar peninggalan kebudayaan non-material Tiongkok.

Menurut sarjana budaya dan adat istiadat Tiongkok, persembahan dan berziarah kepada leluhur dan anggota keluarga dapat mempererat hubungan darah antar marga, sekaligus merupakan peringatan moral dan inspirasi diri.

Selain makna persembahan dan berziarah, hari Cengbeng juga mempunyai makna lain, yakni: pada hari Cengbeng, di sebagian besar daerah Tiongkok disoroti sinar matahari musim semi, tumbuhan-tumbuhan mulai bertunas, berdaun dan berbunga, orang-orang mulai berjalan-jalan ke luar kota untuk menikmati cuaca dan pemandangan yang nyaman pada musim semi.

Masyarakat kuno di Tiongkok melakukan berbagai macam kegiatan pada hari Cengbeng, antara lain main ayunan, main bola, memasang layang-layang dan lain sebagainya. Pada zaman modern, masyarakat biasanya pada hari Cengbeng bertamasya ke peluaran kota, mendaki gunung, memasang layang-layang, dan lain sebagainya.