Beberapa tahun yang lalu, orang Amerika Serikat membuat sebuah film mengenai sepakbola yang menceritakan dalam Piala Dunia 1950, Timnas AS menjadi kuda hitam dan mengalahkan Tim Inggris yang dijuluki sebagai cikal bakal sepakbola modern. Pada kenyataannya, film yang harus disyuting adalah orang Korea.
Dalam pertandingan Piala Dunia ke-8 di Inggris tahun 1966, kesebelasan Korea Utara berhadapan dengan Italia. Selama proses pertandingan, pesepakbola Korea Utara Pak To Ik menyarangkan satu-satunya gol dan menundukkan Italia, sehingga tim Korut memasuki 8 besar.
Pada tanggal 28 April lalu di Pyongyang, dengan menggunakan kesempatan pawai obor Olimpiade Beijing, wartawan sempat bertemu dengan seorang tokoh legenda sejati persepakbolaan Korea Utara. Ia adalah pembawa obor pertama Korea Utara, Bapak Pak To Ik yang telah berusia 72 tahun. Dibandingkan dengan tim AS pada tahun 1950-an, ketika itu, timnas Korea Utara pada Piala Dunia tahun 1966 berhasil meredam juara dunia tim Italia, dan bukan seperti tim AS yang disingkirkan dalam pertandingan putaran grup. Tim Korea Utara berhasil memasuki 8 besar dan menciptakan prestasi terbaik bagi tim Asia dalam Piala Dunia sebelum tahun 2002. Pak To Ik adalah pencipta sejarah dan saksi dalam pertandingan itu, dan sungguh-sungguh mencapai puncaknya dalam seumur hidup.
Kali ini yang memungkinkan Bapak Pak To Ik merasa sangat terharu ialah statusnya sebagai pelari pertama dalam kirab obor Olimpiade Beijing di Pyongyang. Ia telah mengadakan persiapan yang cukup, misalnya di bidang psikologi dan jasmani, agar dapat memanifestasikan wajah mental, perasaan optimis kepada dunia.
Mengapa Pak To Ik begitu terharu, karena Olimpiade telah mendatangkan suatu puncak lagi baginya. Sepuluh tahun setelah menciptakan sejarah Piala Dunia, sebagai pelatih kepala, Pat To Ik memimpin timnas ambil bagian dalam Olimpiade Montreal tahun 1976 dan berhasil memasuki 8 besar.
Membawa kenangan yang indah, selama tiga puluh tahun selanjutnya, Pak To Ik senantiasa memberikan sumbangan bagi olahraga sepakbola nasional. Ia pernah menjabat sebagai pelatih timnas, pengelola, setelah pensiun juga dianugerahi kehormatan sebagai ' olahragawan rakyat '. Pak To Ik sejauh ini tetap sangat menaruh perhatian pada perkembangan sepakbola di lingkup dunia.
Dikatakannya, " Argentina adalah tim favorit saya, tidak saja teknisnya baik, tapi penampilannya juga luar biasa. Tim Brasil juga baik, tapi secara keseluruhan, saya lebih berminat pada tim Argentina."
Meninggung persepakbolaan Korut, harapan terbesar Pak To Ik ialah timnas putri yang merupakan kaliber top Asia dapat mencapai prestasi baik dalam Olimpiade Beijing.
|