Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2008-05-05 15:58:35    
Anak-anak Putus Sekolah Desa Tiongkok Didorong Pulang Ke Kampus

cri

Saudara pendengar, setahun yang lalu, banyak anak-anak di desa Fenjin, Changchun, propinsi Jilin putus sekolah karena tidak mampu. Akan tetapi, sejak tahun lalu, propinsi Jilin melaksanakan tindakan yang bebas biaya tahap pendidikan wajib di desa agar anak-anak tersebut kembali ke sekolah. Dalam acara pekan ini, akan kami bicarakan kisah anak-anak tersebut.

Saudara pendengar, Zhang Yue adalah siswa sekolah menengah pertama desa Fenjing. Menanggapi kesulitan kehidupan keluarganya, Zheng Yue yang baru berusia 15 tahun tampaknya lebih matang daripada orang seumur. Zheng Yue mengatakan:

"Ketika saya baru 5 atau 6 tahun, bapak ibu saya cerai, ketika itu ibu saya membesarkan saya, saya merasa dirinya adalah beban keluarga saya."

Kemudian, ibu Zheng Yue menikah lagi dengan seorang petani lokal, tapi kehidupan mereka tidak diperbaiki nyata. Zheng Yue memahami kesulitan ibunya, maka putus sekolah, dan memutuskan bekerja ke kota. Dengan demikian Zhang Yue meninggalkan sekolah secara diam-diam.

Yang Shaoxing, guru Zhang Yue mengetahui keadaan tersebut dan pernah tiga kali datang ke rumah Zhang Yue. Yang Shaoxing mengatakan:

"Saya mengenal anak sebenarnya ingin belajar setelah datang ke rumah Zhang Yue. Dalam catatan sehari-hari, Zhang Yue mengharapkan dirinya dapat menyelesaikan kesulitan keluarganya."

Tahun 2007 merupakan tahun kunci dalam reformasi tarif pendidikan desa Tiongkok, sejak tahun ini, biaya tahap pendidikan wajiba desa Tiongkok semua dibebaskan, dan menyediakan buku pelajaran dan ongkos hidup kepada siswa dari keluarga yang tidak mampu di desa. Dengan kebijakan tersebut, 150 juta siswa di desa akan bermanfaat dari kebijakan tersebut. Ketika kabar itu diketahui rumah Zhang Yue, ibu Zhang Yue sangat gembira. Dia mengatakan:

"Keluarga kami sangat terima kasih atas perhatian dan bantuan pemerintah kepada anak-anak, dengan kebijakan tersebut anakku pun dapat kembali ke sekolah lagi."

Zhang Yue akhirnya kembali ke sekolah. Yang Wan juga datang dari keluarga yang tidak mampu. Bapak ibunya adalah orang penyandang cacat, kakaknya belajar di kota lain, sedangkan kakek yang telah lanjut usia pun sering tinggal di rumah mereka, tapi pendapatan keluarga mereka hanya 700 Yuan setiap bulan yang mendapat dari pemerintah. Maka sejak kecil Yang Wan tak dapat tidak membantu keluarga. Dikatakannya:

"Setelah lepas sekolah, asal saya dapat membuat, saya melakukannya, saya semaksimal melakukan semua hal yang saya bisa membuat."

Ibu Yang Wan adalah penyandang cacat, keinginannya adalah dua anaknya dapat menjadi mahasiswa, namun kenyataan agar ibunya pinjam uang untuk membiayai anaknya ke sekolah. Yang Wan tahu, kakaknya dapat belajar terus telah adalah keajaiban bagi keluarga mereka, dia sungguh-sungguh tidak menjadi beban keluarganya. Maka, dia mengatakan sama ibunya dia akan bekerja agar kakaknya bisa belajar terus. Keadaan Yang Wan mengharukan guru dan siswa lain, mereka mengumpul uang mereka supaya Yang Wan tidak putus sekolah. Setengah tahun lagi, Jilin mulai melaksanakan kebijakan bebas biaya tahap pertama pendidikan wajiba di desa, ini merupakan kabar baik bagi Yang Wan.

Zhang Anhui, kepala Sekolah Menengah Fenjing mengatakan masih terdapat banyak anak-anak yang keadaannya seperti Zhang Yue dan Yang Wan. Kebijakan bebas biaya sungguh-sungguh menyediakan kesempatan penerimaan pendidikan bagi anak-anak di desa. Zhang Anhui berpendapat bahwa kebijakan ini bermanfaat bagi peningkatan mutu jumlah penduduk desa. Karena Tiongkok adalah sebuah negara besar pertanian, kebanyakan penduduk tinggal di desa, maka mutu penduduk desa tergantung pendidikan.