Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2008-05-09 15:04:24    
Pameran Tibet Masa Kini dan Silam Digelar di Beijing

cri

Pameran Tibet Sekarang dan Masa Lampau sedang digelar di Beijing. Pameran memperagakan keterbelakangan dan kegelapan Tibet di bawah sistem tani hamba feodal sebelum tahun 1959 serta kemajuan dan perkembangan yang dialami Tibet pada masa sekarang. Pameran menimbulkan tanggapan ramai para pengunjung. Berikut laporan wartawan kami.

Dalam pameran tentang sejarah Tibet, diperagakan alat-alat siksa yang digunakan pihak penguasa Tibet lama terhadap kaum tani hamba serta foto-fotonya. Dari benda-benda asli dan foto itu dapat diketahui bahwa pihak penguasa Tibet lama mengenakan hukuman siksaan yang keji terhadap tani hamba, antara lain, menusuk mata, memotong telinga, tangan, kaki dan sebagainya. Benda-benda asli dan foto itu memperlihatkan kembali keduduk sosial dan kondisi menyedihkan tani hamba pada masa Tibet lama. Seorang pengunjung lansia bernama Zhou Changfeng sempat diwawancarai wartawan. Ia mengatakan:

"Tibet lama terbelakang di bidang tenaga produktif karena sistem sosialnya terbelakang. Waktu itu tani hamba menempuh penghidupan yang menyedihkan. Kaum tani hamba bahkan tidak memiliki rumah, dan terpaksa menginap di toilet atau di lapangan terbuka, apa lagi semua tanah dimiliki tuan hamba. Tani hamba ditahan dipondok ibarat tahanan. Saya mendengar cerita itu dari seorang tani hamba pada tahun 1965, ia menceritakannya sambil menangis."

Pameran memperagakan, di Tibet lama, tani hamba tidak hanya dipaksa menjadi kuli, juga dibebani hutang yang untuk selama-lamanya tak bisa dibayar. Setelah tani hamba mati, tuan hamba akan memaksa anggota sekampungnya untuk membayar hutang baginya. Nyonya Yang Qizhi mengatakan, Tibet pada 50 tahun yang lalu masih berada dalam keadaan seperti Eropa pada masa Abad Tengah. Ini tentu saja tidak sesuai dengan arus perkembangan zaman, akan tetapi Dalai malah bermimpi memulihkan kekuasaan gelap itu. Ia mengatakan:

"Dalai ingin pulang dan memulihkan penguasaan masa lampau. Saya menganggap bahwa agama adalah agama, bukan politik. Sebagai pemimpin agama, tidak boleh campur tangan terhadap urusan politik. Sekarang Dalai bukan hanya pemimpin agama, melainkan sudah berubah menjadi biksu politik."

Selain sejarah Tibet, pameran juga memperkenalkan hasil-hasil luar biasa yang dicapai Tibet di bidang ekonomi dan sosial di bawah dukungan pemerintah pusat sejak diadakannya reformasi demokratis pada tahun 1959, khususnya sejak dilaksanakannya reformasi dan keterbukaan terhadap dunia luar. Yibo, seorang buruh kereta api yang berkunjung ke pameran adalah seorang buruh yang ikut serta dalam pembangunan jalan kereta api Qinghai-Tibet serta Stasion Kereta Api Lhasa. Ia mengatakan:

"Saya ambil bagian dalam pembangunan jalan kereta api Qinghai-Tibet dan Stasion Kereta Api Lhasa. Jalan kereta api ini mengandung teknologi tinggi. Sekarang nilai industri pariwisata Tibet sudah meningkat dua kali lipat dibanding beberapa tahun lalu. Sementara itu, industri jasa boga dan usaha tanaman juga mengalami perkembangan pesat seiring dengan bertambahnya wisatawan ke Tibet."

Statistik menunjukkan, sejak tahun 2001, laju pertumbuhan produk domestik bruto Tibet terpelihara pada taraf 12% untuk tujuh tahun berturut-turut. Jika dihitung menurut harga konstan, angka itu merupakan 59 kali lipat dibanding tahun 1959. Pendapatan bersih perkapita petani dan penggembala terus tumbuh dengan angka dua digit untuk lima tahun berturut-turut.

Selain sejarah dan keadaan sekarang Tibet, pameran kali ini memperkenalkan pula yurisdiksi efektif pemerintah pusat Tiongkok pada berbagai dinasti dalam sejarah terhadap Tibet. Para pengunjung beramai-ramai menyatakan, bahan sejarah sepenuhnya membuktikan, bahwa Tibet sejak dahulu kala adalah wilayah Tiongkok. Liu Shigui, salah seorang pengunjung ke pameran mengatakan:

"Benda-benda asli dan arsip dari masa Dinasti Yuan (1271-1368), Dinasti Ming (1368-1644) dan Dinasti Qing (1644-1912), menunjukkan bahwa Tibet sejak lama adalah wilayah Tiongkok. Khususnya pada tahun 1652, Kaisar Shunzhi Dinasti Qing menerima Dalai Ke-5, dan pada tahun berikutnya menganugerahinya gelar Dalai Lama. Sejak itulah, pengugerahan gelar itu menjadi sistem baku dan berlangsung sampai sekarang. Ini dengan lebih lanjut menunjukkan bahwa Tibet merupakan bagian wilayah Tiongkok jauh pada waktu itu, karena pemerintah pusat Tiongkok melaksanakan administrasi efektif terhadap Tibet."

Pemimpin Budha aliran Tibet, Panchen Erdeni Ke-11 Qoigyi Gyibo belum lama berselang juga khusus mengunjungi pameran ini. Ia mengatakan, fakta membuktikan bahwa kemakmuran dan perkembangan Tibet adalah hasil perhatian dan dukungan pemerintah pusat, hasil dukungan sekuat tenaga rakyat seluruh negeri, juga adalah hasil upaya bersama rakyat berbagai etnis Tibet. Ia menyatakan:  

"Saya selalu berdoa supaya tanah air makmur dan rakyat bahagia, berdoa tulus agar Olimpiade Beijing mencapai sukses. Di bawah pimpinan Partai Komunis Tiongkok, Tibet pasti akan menjadi lebih makmur, penghidupan rakyat Tibet pasti akan menjad lebih bahagia. Saya yakin benar hal itu."