Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2008-06-10 11:07:19    
SATU HARI LIBUR NASIONAL, FESTIVAL KAPAL NAGA TIONGKOK MEMBANTU DALAM MENGHIDUPKAN KEMBALI TRADISI

Kantor Berita Xinhua

BEIJING, 8 Juni ( Xinhua ) ? Salah satu pekerja kantor di Beijing merayakan Festival Kapal Naga, yang merupakan salah satu festival tradisional Tiongkok yang diselenggarakan setiap tahunnya atau biasa dikenal dengan nama Festival Duanwu. Acara tersebut diselenggarakan pada hari minggu , dengan mendayung perahu ( kapal ) dengan teman ? teman, sekaligus berekreasi di Summer palace, salah satu obyek wisata terkenal di Beijing.

Dengan menggunakan perahu sewaan, dimana kaisar kuno dan keluarga raja dahulu biasa menikmatinya, Li dan teman ? teman mengobrol dan bermain kartu dibawah sinar matahari musim panas.

"Untuk menghormati nenek moyang dan keberadaan puisi karya Qu Yuan yang sangat terkenal, pada hari itu, dengan menampilkan kapal naga dan membuat bakcang, kami juga melakukan aktivitas serupa", tutur salah seorang berusia 26 tahun yang telah meluangkan waktunya untuk mempersiapkan makanan selama rekreasi. Ini termasuk bakcang, sejenis makanan yang terbuat dari nasi ketan yang dibungkus dengan daun dan bambu, biasa dimakan selama festival kapal naga pada hari kelima bulan kelima penanggalan imlek.

Li mengatakan dia merasa sangat mudah merencanakan liburan secara keseluruhan, dia memiliki 3 hari libur dalam rangka festival tersebut." Sudah lama saya tidak mencium harum bunga dan bersantai".

HARI LIBUR NASIONAL UNTUK PERTAMA KALI

Sebelumnya, Li tetap bekerja selama festival tersebut berlangsung, sebagaimana warga Tiongkok pada umumnya, khususnya apabila festival tersebut berlangsung pada hari kerja. Tidak ada hari libur untuk memperingati salah satu festival tradisional terpenting di Tiongkok.

Pada tanggal 16 Desember, kabinet pemerintah China, mengubah jadwal hari libur nasional, denga menambah 3 festival tradisional ?" hari membersikan makam leluhur, festival kapal naga, dan festival musim gugur"?hal tersebut dilakukan untuk merespon tuntutan public. Selain juga mengubah durasi hari libur nasional yang lain.

"Sekarang kita punya waktu untuk merayakannnya, atau setidaknya ada waktu untuk meresapi makna dari festival tersebut, dan dengan cara apa kita memperingatinya" terang Li pada wartawan Xinhua.

Seperti di era kebangkitan Tiongkok tahun 1980, Li berusaha membuatmasyarakat modern agar lebih tertarik terhadap tradisi tersebut.

Dia hanya belajar menganai festival itu dari buku di sekolah dan lebih dari 20 tahun selama hidupnya, dia tidak pernah merayakan tradisi tersebut, kecuali membeli bakcang dari supermarket.

Tetapi tahun ini, dia membuat bakcang bersama dengan teman ? teman, ia berkata "tahun ini kita punya waktu untuk merayakannya".

Festival kapal naga, yang diberi nama sesuai dengan aktivitas tradisional yang dilakukan, jugadiperingati oleh bangsa-bangsa di wilayah asia timur.

Orang biasanya menikmati hidangan bakcang, minum wine, dan lomba mendayung perahu / kapal.

Menurut tradisi, hari tersebut diadakan untuk memperingati kematian sastrawan yang patriot Qu Yuan, salah seorang menteri selama masa perang antar kerajaan ( 475 ? 221 B.C ). Dikarenakan keputus asaannya, dia melakukan bunuh diri dengan mennengelamkan dirinya di sungai Miluo, dipusat propinsi Hunan setelah bangsanya ditaklukkan.

Penduduk setempat merasa sangat sedih, sehingga mereka membuat nasi kepal yang dibungkus dan membuangnya ke sungai untuk memberi makan ikan, dengan harapan tubuh dari Qu Yuan tidak akan dimakan oleh ikan.

Mereka juga mengatakan, gunakan daun alang ? alang untuk membungkus nasi ketan tersebut.

Kapal ? kapal juga sengaja di dayung untuk menakuti ikan ? ikan, sehingga badan Qu dapat ditemukan kembali. Ini dipercaya merupakan asal muasal dari lomba dayung kapal naga.

Ahli dongeng, Ji Lianhai mengatakan ada makna lain dibalik peristiwa tersebut. Menurut tradisi, Tiongkok menganggap diri mereka adalah keturunan naga, dan festival diciptakan sebagai sarana komunikasi dengan nenek moyang, seperti kapal naga dan bakcang yang dipersembahkan kepada binatang fiktif.

Festival itu dirayakan ditengah musim panas, banyak orang menciptakan berbagai cara untuk mencegah penyakit, seperti dengan meminum arak tradisonal. " hari tersebut juga digunakan untukk berbagi pengetahuan mengenai obat tradisional Tiongkok", ujar Ji menambahkan.

Sekarang, ia mengatakan, bangsa sedang digalakkan untuk menjunjung tinggi nilai kepahlawanan sebagai perwujudan puisi Qu dan membawa semangatnya membela tanah air, seketika Negara sedang dilanda bencana.

Ji menghimbau kepada masyarakat untuk melakukan aktivitas yang mampu menjaga eksistensi tradi tersebut dan membuat satu hari libur nasional itu menjadi sangat bermakna.

MENGHARGAI TRADISI

Kiran gautam, salah satu manajer surat kabar Naya Nepal Post mengatakan kepada Xinhua via email, bahwa untuk melestarikan tradisi, generasi muda seharusnya meningkatkan rasa peduli terhadap kebudayaan.

" kebudayaan akan selalu mempersatukan bangsa" kata Gautam. Ditambahkan bahwa festival kapal naga merupakan perayaan khas Tiongkok, sebuah Negara yang memiliki sejarah yang panjang lebih dari 5000 tahun, dan hal tersebut patut dilestarikan.

Ia juga berkata terkadang orang terlalu banyak tahu menganai festival tersebut hangga adanya libur nasional seperti ini.

Adanya libur nasional yang baru ini pastinya akan memberi semangat generasi muda untuk merayakan festival tersebut dan memahami kebudayaan dan sejarah yang dulunya tidak dikenal dan meneruskannya ke generasi selanjutnya, kata Gautam.

Setelah menonton perlombaan kapal naga setahun yang lalu di Hongkong, David Jones, yang juga salah seorang manajer The Washington Times, merasa sangat terkesan, " sebuah tradisi yang sangat tua, yang melebur dalam sebuah kehidupan modern dan masyarakat maju".

Belajar mengenai sejarah mengapa mata di naga tersebut mengahadap kea rah atas kapal, membuat ia memahami lebih dalam mengenai budaya Tiongkok, kata Jones melalui email. Ia juga menambahkan, sangat berharap libur nasional kali ini akan sangat membantu menguatkan kembali festival tersebut.

" Di era globalisasi untuk membuat sesuatu di dunia ini adalah sama, dan hal ini sangat penting untuk memelihara tradisi yang akan membuat sebuah komunitas menjadi terlihat unik", katanya.

Salah satu warga korea, yang rindu akan festival ini, telah berhasil mendaftarkan perayaan festival itu ke UNESCO bidang warisan budaya non fisik pada tahun 2004.

Chen Qinjian, professor dari Universitas Negeri Tiongkok Timur mengatakan tradisi dari festival tersebut terpelihara dengan lebih baik di Korea, dan Tiongkok berusaha lebih melestarikan tradisi tersebut baru- baru ini.

Propinsi Hunan mengajukan usulan status wilayahnya ke UNESCO sebagai tempat asal festival tradisi Tiongkok tersebut serta tempat kelahiran dari pujangga Qu.

"Penelitian untuk usulan tersebut sangat besar, tetapi juga akan sangat membantu menghargai tradisi", kata Chen.

http://news.xinhuanet.com/english/2008-06/08/content_8326884.htm