Saudara pendengar, generasi pasca tahun '80 yakni orang-orang kelahiran tahun 1980 hingga 1990an, kebanyakan adalah anak tunggal dan disebut sebagai generasi yang hidup di kamar kaca. Mereka sering pula dipandang sebagai generasi yang tidak mempunyai rasa tanggung jawab. Dalam Ruangan Kehidupan Sosial pekan ini. kami akan tampilkan kehidupan dari dua sosok gadis kelahiran tahun 80-an.
Qi Minyu, gadis kelahiran tahun 1982 ini berasal dari daerah otonomi Mongolia Dalam, Tiongkok Utara. Jurusan kuliahnya adalah pendidikan olahraga. Pasca peristiwa gempa bumi dahsyat Wenchuan. ia bertekad ke daerah bencana sebagai seorang relawan. Melalui internet, ia berkenalan dengan lima anak muda yang sebaya dengannya. Setelah seharian mempersiapkan barang dan bekal yang akan mereka bawa, ke-enam anak muda itu berangkat ke daerah bencana. Dikatakannya:
"Sebagai anak muda kelahiran tahun 1982, saya sangat tergoncang mendengar berita bencana itu. Kemudian saya berpikir, apa yang dapat saya lakukan untuk para korban bencana. Karena banyak orang menyumbang uang dan mendonorkan darahnya, saya memikirkan bantuan lain apa yang bisa saya lakukan. Akhirnya saya memutuskan berangkat ke daerah bencana. Kami semua adalah anak-anak muda dan sebagai generasi pasca tahun 80, sudah waktuny bagi kami menyumbangkan sesuatu bagi masyarakat sekaligus memberikan teladan kepada generasi pasca tahun 90."
Dengan membawa air minum, makanan, obat-obatan, dan tenda, ke enam pemuda itu tiba di daerah bencana. Mereka bekerja di daerah bencana selama 9 hari, di bidang pembagian dan pengangkutan barang-barang bantuan.
Menghabiskan waktu selama 9 hari di daerah bencana membuat Qi Minyu sadar bahwa perasaan antar manusia adalah hal yang penting dan patut dihargai. Ia mengatakan, bahwa dulunya ia suka bersenang-senang dan tidak memperdulikan sanak keluarganya.
Rekan seperjuangan Qi Minyu, Cai Cai juga adalah generasi pasca tahun 80 dan bekerja di kota metropolitan Shanghai. Pasca gempa bumi, sama seperti Qi Minyu ia membulatkan hatinya untuk segera berangkat ke daerah bencana sebagai relawan. Dikatakannya:
"Saya lahir pada tanggal 5 Maret tahun 1983 di Deyang, propinsi Sichuan. Saya masih tidak percaya ketika saya mendengar gempa bumi menghantam Sichuan, karena dalam ingatan saya di sana tidak pernah terjadi bencana apa pun. Setibanya saya di kampung halaman, saya baru tahu rumah saya sudah hancur. Saya juga sempat datang ke stadion Jiuzhou di Mianyang untuk membagi-bagikan brosur berisi pengetahuan tentang pencegahan wabah penyakit. Karena di sana ada sejumlah orang asing, saya juga membantu sebagai penterjemah karena saya pernah belajar bahasa asing."
Di sana, Cai Cai bertemu dengan banyak relawan yang sebaya dengannya. Meskipun mereka semua masih muda, namun mereka cukup berpengalaman.
Kini Cai Cai telah kembali ke Shanghai. Ia mengatakan, dirinya mendapat banyak hikmah dari gempa bumi kali ini. Dan sekarang ia mengerti makna tanggung jawab terhadap kepentingan masyarakat. Dikatakannya:
"Pasca gempa bumi, saya baru menyadari bahwa tanggung jawab sosial harus dipikul secara positif dan inisiatif. Karena saya bekerja di Shanghai, saya jarang berhubungan dengan sanak keluarga. Tapi setelah terjadinya bencana itu, sekarang saya sering menelepon sanak keluarga."
|