Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2008-06-27 16:04:25    
Pameran Tibet Sebagai Sarana Pengenalan Mahasiswa Asing Terhadap Tibet.

cri

Pameran yang menampilkan Tibet masa lampau dan Tibet masa sekarang sedang digelar di Beijing. Belum lama ini, 100 lebih mahasiswa asal Korea Selatan, Perancis, Jerman, Amerika Serikat, Rusia, Jepang, Indonesia, dan Khazakstan hadir menyaksikan pameran tersebut. Tujuan kunjungan mereka ke pameran itu adalah agar mereka dapat mengetahui sejarah Tibet dan mengenal Tibet yang sesungguhnya.

Pameran tersebut digelar sejak akhir April lalu di Beijing. Dengan memajang dokumen dan foto dalam jumlah besar, pameran tersebut menunjukkan kondisi kehidupan rakyat jelata Tibet pada era sebelum tahun 1959 hingga Tibet yang sekarang.

Cho Yu My mahasiswa asal Korea Selatan mengatakan bahwa penguasa Tibet pada masa lampau sangat kejam. Budak di Tibet lama tidak memiliki hak apa pun. Ia mengaku terus terang bahwa sebelumnya ia tidak begitu mengetahui sejarah Tibet. Tapi setelah menghadiri pameran itu, pengetahuannya soal Tibet semakin bertambah. Menurutnya, Dalai Lama ingin memelihara sistem kuno Tibet, tapi ia berpendapat bahwa sistem itu harus dicabut.

Selama berjalan-jalan menyusuri ruang pameran, banyak mahasiswa mengambil foto dan mencatat informasi terkait sejarah Tibet. Bahkan ada beberapa mahasiswa yang meneteskan air mata melihat pengalaman sengsara budak zaman Tibet lama. Yves dari Perancis mengatakan bahwa hampir semua mahasiswa asing menangis melihat foto-foto itu.

Selain memamerkan sejarah Tibet, pameran tersebut juga menunjukkan perubahaan Tibet sejak Tiongkok melaksanakan reformasi dan keterbukaan. Fivldy asal Indonesia mengatakan bahwa budak-budak itu sangat kasihan karena tidak memiliki hak apa pun. Mereka dikuliti dan dibunuh. Tapi kondisi kejam itu berubah setelah tahun 1959, di mana kehidupan rakyat jelata Tibet mulai diperbaiki. Sekarang, pemerintah Tiongkok memberikan banyak fasilitas yang memudahkan wisatawan berkunjung ke Tibet. Selain itu, sekarang sudah banyak bangunan-bangunan indah yang menambah semarak Tibet.

Statistik menunjukkan, sejak tahun 2001, GDP Tibet bertambah terus. Pendapatan rakyat jelata Tibet juga bertambah. Ahmed dari Sudan mengatakan bahwa dirinya pernah pergi ke Tibet pada tahun 2005. Ia memberitahu wartawan bahwa dalam kunjungannya saat itu, ia melihat Tibet telah berkembang secara merata. Kehidupan rakyat di Tibet pun nampak santai dan cukup sejahtera. Pada pokoknya, rakyat berbagai etnis Tibet hidup bahagia dan harmonis.