Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2008-07-07 14:58:02    
Perang antara Generasi 80-an dan 90-an

Kantor Berita Xinhua

BEIJING, 7 Juli. Anak-anak. Jangan bertengkar terus, dong. Kan sudah besar. Kalian adalah harapan negara. Berdamailah dan bersatulah untuk Tiongkok.

Ini lebih mudah dikatakan daripada dilakukan. Apa yang harus dilakukan orang tua? Apa yang didatangi generasi muda? Pertarungan terus berlanjut online.

Sebuah perang kata-kata di Internet dikobarkan antara para generasi muda Tiongkok. Mereka yang lahir di tahun 80-an biasa disebut sebagai strawberry; cantik, mudah tersipu-sipu, dan juga "kaisar kecil". Sedangkan mereka yang lahir di tahun 90-an akan kita namakan "Jelly", penuh warna, makanan penutup dari agar-agar yang tidak terlalu penting.

Jelly biasanya dikatakan sebagai mereka yang tidak termasuk dalam generasi arus utama. Pandangan-pandangan mereka misalnya "saya bisa hidup sendiri."

Artikel ini tentang beberapa, bukannya semua, dari kedua generasi anak-anak muda yang hampir semuanya urban. Artikel ini dibuat berdasarkan riset internet dan wawancara dengan 40 anak-anak muda, 20 strawberry dan 20 jelly.

Maraknya amarah dan perang mulut di internet ini melibatkan seluruh perasaan dan kadang-kadang juga bisa amat sengit, meskipun sering kali lucu. Perang ini bahkan sudah mencapai media arus utama, televisi dan surat kabar.

Perang ini menyangkut nilai-nilai dan identitas. Siapa yang patriotis dan bertanggung jawab, dan siapa yang manja dan kolokan. Di internet, kedua pihak dengan terang-terangan mengolok-olok pihak lainnya.

Pertarungan ini memberi kita gambaran tentang anak-anak muda Tiongkok yang tumbuh pada masa keterbukaan dan reformasi yang dimulai pada tahun 1978. Generasi 80-an, yaitu strawberry, mengenal Tiongkok sebelum meluasnya konsumerisme. Banyak anak-anak generasi 1990-an, jelly, hanya mengenal melimpahnya kekayaan, dan banyak jelly yang suka ceplas-ceplos bersikap arogan.

Strawberry adalah para pemberontak sebelumnya. Mereka adalah anak-anak egosentris dan irama Tiongkok dengan ide-ide liar dan gila, yang menderapkan nilai-nilai baru.

Sekarang mereka melihat jelly sebagai "anak-anak yang mementingkan diri sendiri, tidak bertanggung jawab, materialistis, dan manja."

Jelly, di pihak lain, melihat strawberry sebagai "mereka yang sok tahu, dan ketinggalan jaman." Mereka melihat diri mereka sendiri sebagai masa depan Tiongkok, gemilang dan penuh semangat.

Pensiunan guru Paul Wang telah mengajar kedua generasi ini, baik generasi tahun 1980-an maupun 1990an dan ia khawatir akan anak-anak sekarang.

"Saya lebih khawatir tentang generasi 90-an, karena anak-anak dari generasi 1980-s meskipun nakal dan suka memberontak, mereka masih tetap mendengarkan guru mereka, atau takut kepada guru mereka. Mereka punya pendapat yang berbeda dan akan mendebat saya, tapi masih ada rasa hormat."

"Anak-anak sekarang beda, kata Wang. Mereka tahu gajimu, sehingga mereka tahu kamu tidak akan mengkritik mereka dan banyak dari antara mereka yang tidak menghormati kami lagi."

Leslie Song, seorang konsultan dari Komisi Pendidikan di Distrik Pudong setuju. "Para guru tidak bisa mengkritik murid-murid sekarang seperti yang mereka lakukan pada generasi 80-an. Biro pendidikan meminta para guru untuk bersikap baik kepada murid-murid, terutama mereka yang pelajarannya tidak terlalu baik. Mereka harus diberitahu bahwa mereka juga pandai dan hanya butuh lebih banyak waktu dan usaha."

Konflik online antar generasi ini dimulai empat bulan yang lalu sebagai tanggapan atas dua video clip yang direkam sendiri di sebuah situs yang amat popular. Komentar ini ditulis oleh seorang strawberry yang mengolok-olok jelly. Lalu datanglah para pendukung jelly.

Perang ini lalu meletus. Ketika gempa bumi mengguncang pada tanggal 12 Mei, perang ini berhenti sebentar.

Sejak gempa bumi, para komentator di koran dan televisi telah menunjukkan lebih banyak penghargaan atas generasi 1980-an. Pandangan ini bisa dikatakan demikian, "Kami dulunya merasa kecewa dengan generasi 1980-an, tetapi mereka menunjukkan keberanian dan energi yang amat sulit dipercaya setelah gempa bumi. Mereka membuktikan dirinya sebagai generasi yang patriotis dan cukup bertanggung jawab untuk mengemban negara ini."

Bagi generasi 1990-an, "Generasi ini percuma. Mereka tidak tahu apa yang mereka inginkan karena mereka punya segala sesuatu. Mereka tidak peduli apapun selain diri mereka sendiri."

Pembukaan perang oleh strawberry adalah video berdurasi 15 menit yang berjudul "Tentang mereka non-arus utama" oleh seorang "professor." Video ini adalah sebuah satir yang menarik yang dibuat berdasarkan program berita malam CCTV.

Tamu yang bertopeng, "professor" itu sendiri, menggunakan format berita televisi untuk mendiskusikan "masalah" dari "generasi non-arus utama."

Clip ii menunjukkan gaya berpakaian tipikal generasi 90-an, desain situs web mereka, dan gaya penulisan mereka. Clip ini mengkritik mereka sebagai "bodoh."

Clip ini memulai badai api. Ribuan orang mengunjungi situs ini dan situs ini menerima ledakan komentar dalam beberapa hari saja.

Lalu munculah sebuah clip yang berjudul "Tanggapan dari gadis cantik non-arus utama." Seorang wanita muda dengan pakaian yang amat modis dan make-up tebal mengirimkan sebuah pidato agresif sementara berpura-pura memainkan PlayStation portabel. Ia mengatakan bahwa umurnya 20 tahun.

Ia mengkritik generasi 80-an karena telah menyalahkan generasi 90-an tanpa alasan hanya karena cemburu karena generas 90-an menikmati hidup yang lebih enak. Ia menyebutkan bahwa teman-temannya punya rumah yang besar dan mengendarai mobil-mobil mewah.

"Kami akan menjadi elit dan mayoritas dari abad baru segera, jadi kamu cuma punya beberapa tahun untuk punya hak bicara. Berhati-hatilah dan tutup mulut," katanya.

"Kamu tua, ketinggalan jaman, pengecut, bodoh, dan cemburu," katanya menyimpulkan.

Selama tiga hari, segala sesuatu tentang gadis itu dimuat di internet; mulai dari nama aslinya, alamat rumahnya, sekolahnya, nomor teleponnya, nama-nama internetnya, situs webnya, dan juga foto-fotonya.

Selama beberapa minggu kemudian, perang ini meluas dengan cepat dan sengit. Generasi 80-an memasang banyak clip tentang para generasi 90-an yang bahkan tidak tahu ada gempa dan tampak tidak terpengaruh. Situs-situs web milik generasi 90-an yang tidak patriotis dan sinis terhadap gempa dipajang. Nama-nama asli mereka, latar belakang, dan nama-nama online mereka juga dipasang di forum-forum publik oleh para generasi 80-an yang marah. Demikianlah terjadinya perang ini.

"Kita tidak pernah mengganggu siapapun, mengapa kamu tiba-tiba menyerang gaya hidup kami?" tanya seorang Kino Ding yang berusia 17 tahun, yang mewakili banyak jelly lainnya. "Karena kamu merasa frustrasi. Kamu dikritik oleh generasi-generasi sebelumnya karena kamu liar, dan sekarang kamu merasa ketinggalan jaman karena kami. Kamu iri karena kami bersinar terang dan bersemangat."

Tanggapan yang biasa muncul dari generasi 80-an adalah "Kalian anak-anak yang membosankan. Kami tidak punya energi untuk kalian. Kalian hanya mengulang apa yang telah kami lakukan sebelumnya. Tapi paling tidak, kalian harus menghormati orang tua kalian. Dan kalian tidak punya hak untuk menyerang kami sampai kalian punya uang sendiri." Ini dikatakan oleh Joyce Lin yang berusia 28 tahun.

Kontroversi ini mengingatkan banyak orang akan situasi 10 tahun lalu, di mana masyarakat mulai mengelompokkan orang berdasarkan dekade kelahiran mereka. Pada saat itu, kekhawatiran yang mendalam adalah generasi 80-an, generasi pertama anak-anak semata wayang di Tiongkok.

Orang-orang yang lebih tua bertanya, "Inikah bunga harapan bangsa yang akan menghancurkan negara ini? Apa mereka masih punya moral? Tidakkah mereka terlalu liar dan pemberontak? Apakah mereka akan cukup bertanggung jawab untuk membawa Tiongkok ke tempat yang lebih tinggi?"

Pertanyaan yang sama kini ditanyakan pada generasi 90-an, oleh generasi 80-an yang merasa dirinya benar.

Generasi pertama anak-anak tunggal di Tiongkok mendapat banyak perhatian di akhir tahun 1990-an, terutama setelah pergantian millennium, ketika mereka masuk kerja.

Mereka dianggap manja dan egois, "mereka adalah pusat perhatian orang tua." Para sosiolog bertanya bagaimana mereka akan memberi dampak pada masyarakat sebagai orang dewasa, apakah mereka akan selalu mementingkan mereka sendiri?"

Generasi 80-an tumbuh pada awal masa reformasi ekonomi Tiongkok, tetapi hari-hari awal reformasi bukanlah masa-masa yang berkelimpahan bagi banyak orang. Masa kecil mereka sama dengan anak-anak yang lahir di akhir tahun 1970-an, bermain di luar bersama anak-anak lain karena tidak ada internet. Mereka tinggal di apartemen tua tanpa kamar sendiri, naik bus yang penuh sesak karena taksi masih terlalu mahal, dan lain sebagainya.

Ketika mereka masuk sekolah menengah di awal tahun 1990-an, Tiongkok telah mulai maju. Mereka menyaksikan lonjakan pasar bursa yang pertama. Mereka melihat komputer-komputer pertama di sekolah.

Budaya Barat dan Jepang membuat mereka kagum karena selebriti-selebriti yang gemerlapan, film Hollywood, dan banyak nilai-nilai yang tidak pernah diajarkan di rumah maupun di sekolah. m

http://news.xinhuanet.com/english/2008-07/07/content_8502251.htm