Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2008-07-09 10:31:07    
Museum Kain Celup Warna Biro di Wuxi

cri

Dikatakan Lu Ruixing: "Pada tahun 1974, saya mengenal Su Yinsong yang mendatangkan pengaruh besar terhadap saya. Ia adalah ahli desain kain di Pabrik Sutera Cetak dan Celup Wuxi. Ia menyimpan gambar kain celup warna biru Tiongkok yang sangat saya gemari ke dalam album dan memberikannya kepada saya."

Dari situlah Lu Ruixing mulai mengenal kain celup warna biru. Yang membuatnya bertekad meneliti kain celup warna biru Tiongkok adalah adanya sebuah laporan berita berikut: "Pada tahun 1985, ada seorang wanita Jepang berusia 70 tahun lebih mendirikan museum kain celup warna biru yang pertama di Tiongkok. Teknik kain celup warna biru Tiongkok adalah kebudayaan tradisional Tiongkok, tapi museum kain celup warna biru Tiongkok yang pertama malah dibangun oleh orang berkebangsaan Jepang. Mengapa orang Tiongkok sendiri tidak menyelamatkan kebudayaan Tiongkok itu?"

Oleh karena itu, Lu Ruixing mulai mengoleksi karya kain celup warna biru. Lebih dari 3.000 karya kain celupnya dipamerkan di Musium Kain Celup Wuxi. Karya-karya kain celup itu memiliki rentang umur yang berbeda-beda, malah ada yang sudah berusia 100 tahun lebih. Nyonya Jiang Qi, seorang pengunjung museum mengatakan kepada wartawan: "Sekarang sudah jaman modern, barang-barang biasanya diproduksi dengan mesin. Jarang ada produk kerajinan tangan yang halus. Tapi, begitu melihat karya kain celup yang halus ini, saya langsung bangga terhadap bakat seni leluhur kita."

Tidak hanya orang Tiongkok yang mengagumi kerajinan tangan kain celup, orang asing pun tertarik mengunjungi Musium Kain Celup Tiongkok itu. Tidak sampai setengah tahun diresmikannya museum itu, pakar-pakar asal Amerika Serikat (AS), Jepang, Australia, Inggris, Jerman dan Korea Selatan di bidang penenunan, pencetakan, dan pencelupan kesenian rakyat dan tradisional susul menyusul datang berkunjung dan mengadakan inspeksi.

Doktor Carol Santland dari Universitas California, Los Angeles, AS sudah tiga kali datang kemari. Ia menjadikan foto-foto karya kain celup yang disimpan Lu Ruixing sebagai bahan pengajarannya dan setiap tahun membawa siswanya datang ke Museum Kain Celup Wuxi untuk mengadakan praktek. Dikatakannya: "Saya sangat gembira karena dapat menyaksikan barang seperti ini, yang tidak pernah didengar dan dilihat di AS."

Museum Kain Celup Wuxi dibuka untuk publik tanpa memungut bayaran. Lu Ruixing mengatakan, tujuannya mendirikan museum itu ialah untuk mengembangkan kebudayaan Tionghoa. Ia yakin, benda apapun yang memiliki ciri khas bangsanya pasti akan laku di seluruh dunia.


1 2