Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2008-07-25 14:31:01    
Gempa Tak Akan Bungkam Nyanyian Seruling Etnis Qiang

cri

Gempa bumi berkekuatan 8.0 Skala Richter yang mengguncang Wenchuan, Provinsi Sichuan, Tiongkok barat daya pada tanggal 12 Mei lalu telah mengakibatkan kerugian tak terhingga terhadap warisan budaya material maupun non material. Gempa dahsyat itu telah menewaskan sejumlah ahli waris budaya dan tidak sedikit museum yang hancur rata dengan tanah.

Warisan budaya di daerah permukiman padat etnis Qiang adalah yang paling parah tertimpa gempa. Dalam proses pembangunan kembali pasca bencana, badan dan ahli-ahli terkait berusaha menyelamatkan warisan budaya setempat. Berikut laporan wartawan kami.

Yang Anda dengarkan tadi adalah permainan seruling etnis Qiang yang dimainkan oleh Wang Quan, seniman etnis Qiang yang tinggal di daerah bencana. Etnis Qiang adalah salah satu etnis yang bersejarah paling lama di Tiongkok. Sejarahnya dapat dilacak sampai tiga ribu tahun lalu.

Pada zaman kuno, pemukiman utama rakyat etnis Qiang adalah di daerah bagian barat laut Tiongkok, dan kemudian mereka pindah ke Provinsi Sichuan, bagian barat daya Tiongkok. Etnis Qiang gemar membangun rumah berstruktur batu di lereng, dan dari kebiasaannya itu etnis ini dijuluki "etnis di atas awan".

Benteng dan bangunan permukiman etnis Qiang sampai sekarang masih menduduki posisi penting dalam sejarah bangunan Tiongkok maupun dunia. Pakaian, tarian, dan instrumen musiknya juga mempunyai ciri khas yang kental.

Populasi etnis Qiang sekarang berjumlah 300.000 jiwa lebih. 80% di antaranya kini bermukim di Kabupaten Maoxian, Kabupaten Wenchuan, Kabupaten Lixian, dan Kabupaten Heishui, Keresidenan Otonom Etnis Tibet dan Etnis Qiang, serta Kabupaten Otonom Etnis Qiang Beichuan di bawah Kota Mianyang Provinsi Sichuan. Tidak ada yang pernah menduga bahwa semua daerah pemukiman etnis Qiang itu menjadi daerah bencana paling parah.

Gempa berkekuatan 8 Skala Richter telah menghancurkan sebagian besar kampung etnis Qiang. Ahli waris kesenian seruling Qiang, He Wangquan adalah salah seorang seniman yang selamat dari amukan perut bumi itu. Akan tetapi, sahabat-sahabatnya dan catatan musik kesayangannya telah tertimbun dalam reruntuhan untuk selama-lamanya.

"Bangunan kami banyak yang runtuh. Museum Kabupaten Maoxian juga mengalami kerusakan serius sehingga banyak catatan dan tulisan tentang musik dan tarian saya hilang dalam reruntuhan. Gedung Kebudayaan Beichuan juga sudah hancur dan para staf tewas semuanya. Tidak ada yang selamat. Mereka semuanya adalah sahabat saya."

 

Gempa bumi dahsyat itu juga menghancurkan dua museum etnis Qiang di Kabupaten Beichuan dan Kabupaten Maoxian. Di Beichuan saja, 400 lebih benda dan bahan survei tertimbun dalam reruntuhan. Rumah-rumah etnis Qiang di Kabupaten Wenchuan yang terletak di pusat gempa bumi semuanya runtuh. Ratusan benteng dan jembatan yang berciri khas etnis Qiang semuanya terhapus dari peta.

Etnis Qiang adalah sebuah etnis yang tidak mempunyai aksara sendiri dan kebudayaannya hanya diwariskan secara oral dari generasi ke generasi. Gempa dahsyat ini telah menelan sejumlah ahli waris yang mahir bahasa dan kebudayaan etnis Qiang, karena itulah gempa tersebut bisa dianggap sebagai pukulan besar terhadap warisan kebudayaan etnis Qiang.

Sebagai ahli waris kesenian seruling Qiang, He Wangquan berusaha melindungi dan menyemarakkan kesenian dan kebudayaan etnis Qiang. Ia bahkan membuat sendiri serulingnya. Untuk membuat seruling khas etnis Qiang yang panjangnya seperti sebuah pensil biasa dan bersuara ideal, He Wangquan harus mendaki puncak gunung yang tingginya 3.000 meter di atas permukaan laut untuk memperoleh potongan bambu.

Bambu itu kemudian akan direndam dalam minyak goreng selama beberapa bulan sebelum dijadikan sebagai bahan mentah pembuatan seruling Qiang. Selain membuat seruling, He Wangquan juga melakukan aransemen musik seruling Qiang seraya membuka kursus belajar seruling Qiang di sekolah dasar dan menengah setempat. Sekarang fokus utamanya ialah mencurahkan tenaga dalam mengaransemen musik etnis Qiang dengan harapan dapat mewariskannya kepada generasi selanjutnya.

Tidak hanya He Wangquan, banyak pula ahli dan sarjana yang dikirim pemerintah pusat ke daerah bencana untuk menyelamatkan warisan budaya etnis Qiang. Tanggal 24 Mei lalu, Perdana Menteri Tiongkok Wen Jiabao dalam wawancaranya dengan wartawan dalam dan luar negeri di daerah bencana gempa dengan tegas menyatakan tekadnya untuk melindungi kebudayaan dan peradaban bersejarah lama etnis Qiang.

Wakil Direktur Pusat Perlindungan Warisan Budaya Non Material Tiongkok, Zhang Qingshan mengatakan kepada wartawan bahwa berbagai pihak kini telah dikerahkan untuk sedapat mungkin mengurangi kerugian terhadap warisan budaya etnis Qiang.

Zhang Qingshan mengatakan, dalam proses pembangunan kembali, pihak terkait akan berupaya memulihkan lingkungan hidup rakyat etnis Qiang.

"Kerusakan yang diakibatkan bencana alam adalah di luar bayangan. Dalam proses pembangunan kembali kampung halaman, faktor adat istiadat dan keinginan rakyat setempat akan dijadikan bahan pertimbangan dengan tujuan agar kampung asli dapat dipulihkan kembali, dan bukan untuk membentuk sebuah kampung baru yang sama sekali berbeda dengan kampung lama."

Belum lama berselang, pemerintah Tiongkok mengumumkan Peraturan Pembangunan Kembali Wenchuan Pasca Bencana. Dokumen legal itu menetapkan, dalam proses rehabilitasi dan pembangunan kembali daerah bencana, kebudayaan dan tradisi etnis-etnis yang sudah lama tinggal di sana harus dihormati.

Wakil Menteri Kebudayaan Tiongkok Zhou Heping mengungkapkan rencananya untuk membangun zona perlindungan kebudayaan etnis Qiang di sebuah lingkungan yang luas, dengan Kabupaten Maoxian sebagai pusatnya, dalam rangka melindungi bangunan asli dan adat istiadat serta tata krama upacara ritual etnis Qiang.

"Kementerian Kebudayaan telah mulai melaksanakan pembangunan zona perlindungan kebudayaan etnis Qiang. Sejumlah ahli telah dikerahkan untuk mengumpulkan bahan terkait."

Yu Guangyuan, seorang ahli waris seni tari etnis Qiang yang sudah berusia 59 tahun, tinggal di kampung halaman yang justru terletak di Kabupaten Maoxian. Ia menilai konsep pembangunan zona perlindungan itu adalah pragmatis dan dapat dilaksanakan.

"Konsep itu cukup ilmiah. Di Kabupaten Maoxian sekarang, 80% penduduk berbicara dalam bahasa etnis Qiang, dan lingkungannya pun masih memakai gaya bangunan tradisional. Di kabupaten ini, kebudayaan etnis Qiang terpelihara cukup utuh, dan dapat disebarluaskan ke beberapa kabupaten di sekitarnya."

Yu Guangyuan mengatakan, sejumlah lansia yang mahir berbahasa etnis Qiang sudah meninggal dunia, namun anak-anak mereka masih hidup. Rakyat etnis Qiang yang sudah pernah mengalami terpaan hujan dan angin selama ribuan tahun, tidak akan membiarkan semangatnya luluh lantak. Mereka akan berani maju terus pantang mundur, dan suara nyanyian seruling Qiang yang merdu pasti tak lama lagi akan kembali terdengar di kampung etnis Qiang.