Dalam Turnamen Angkat Besi Dunia pada tahun 1994, pemain angkat besi yang dijuluki "anak ajaib" asal Turki, Mutlu Halil (54kg) berhasil menerobos rekor dunia angkat besi untuk angkatan clean and jerk dan angkatan snatch. Sejak saat itu, Mutlu tiga kali berturut-turut mengantongi medali emas dalam Olimpiade Atlanta tahun 1996, Olimpiade Sidney tahun 2000 dan Olimpide Athena tahun 2004.
Prestasi gemilangnya itu merintis "Era Mutlu" di antara kalangan angkat besi putra. Namun, sangatlah disesalkan karena pada saat hari pembukaan Olimpiade Beijing sudah di ambang pintu, Mutlu mengundurkan diri dengan alasan kondisi fisiknya yang tidak mendukung. Mutlu yang tahun ini berusia 35 tahun kemungkinan besar akan meninggalkan arena Olimpiade. Sekarang, dengan banyaknya generasi baru atlet angkat besi yang bermunculan, siapakah penerus si "anak ajaib" ini?
Kemarin malam (10/8), pertandingan final angkat besi putra kelas 56 kilogram Olimpiade Beijing dibuka di Gedung Angkat Besi Universitas Penerbangan dan Antariksa Beijing. Atlet muda Tiongkok, Long Qingquan menunjukkan bakatnya dengan angkatan total seberat 292 kilogram dan mengantarnya merebut medali emas sekaligus mencetak rekor. Sementara itu, atlet Vietnam Hoang Anh Tuan dengan total angkatan 290 kilogram duduk di peringkat ke dua, dan atlet Indonesia Eko Yuli Irawan harus puas dengan medali perunggu dengan total angkatan 288 kilogram.
Bila dilihat dari pencapaian prestasi, sebenarnya keunggulan Long Qingquan tidaklah jauh dari Hoang Anh Tuan. Namun, di malam pertandingan itu, Long Qingquan yang berusia 18 tahun menciptakan keajaiban dengan peraihan total angkatannya yang membuatnya berhasil merebut medali emas dalam Olimpiade pertamanya. Pemain muda yang berwajah kekanak-kanakan itu menunjukkan keperkasaannya. Namun, di sisi lain, Long Qingquan tidak bisa menutupi rasa penyesalannya karena tidak bisa bertanding langsung dengan Mutlu.
"Saya memang agak menyesal tidak bisa bertemu langsung dengan Mutlu dalam pertandingan. Sasaran saya adalah dia dan saya bertekad mengalahkannya."
Dalam jumpa pers usai pertandingan, peraih medali perak Hoang Anh Tuan berkali-kali menunjukkan penyesalannya, karena dalam pertandingan itu di luar dugaan ia dua kali melakukan kesalahan. Kalau tidak, gelar juara mungkin mampu ia rebut. Medali perak yang direbut Hoang Anh Tuan merupakan medali pertama yang diraih Kontingen Olimpiade Vietnam. Mengenai hal itu, Hoang Anh Tuan mengatakan: "Ini merupakan medali pertama Kontingen Vietnam dalam Olimpiade Beijing dan saya sangat terharu. Dalam Olimpiade Athena, saya tidak mengantongi medali apapun. Karena itu, dalam Olimpiade Beijing, saya mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk meraih medali."
Sementara itu, peraih medali perunggu Eko Yuli Irawan yang berusia 19 tahun memiliki pandangan yang jauh. Ia bertekad menjadi Mutlunya Indonesia untuk memenangkan lebih banyak medali bagi tanah air.
"Walaupun hanya meraih medali perunggu, saya tetap sangat bergembira. Karena pertama kali saya mengikuti Olimpiade, saya mampu memenangkan sebuah medali. Ini merupakan prestasi terbaik saya pada kelas 56 kilogram ke atas. Pada Sea Games lalu saya mengangkat beban seberat 284 kilogram, tapi kali ini saya mampu mengangkat 288 kilogram. Saya baru berusia 19 tahun, dan nantinya saya akan memenangkan lebih banyak prestasi. Saya berharap dapat meraih lebih banyak lagi medali buat tanah airku."
Selain tiga peraih medali tersebut, atlet Tiongkok-Taipei, Yang Jingyu, atlet Korea Utara, Cha Kum Chol dan atlet Kuba, Alvarez Sergio juga memanifestasikan kekuatan dan kondisi yang cukup baik. Oleh karena itu, Ketua Federasi Angkat Besi Internasional, Ajan Tamas mengatakan: "Ini adalah permulaan era baru!"
Dan saudara pendengar, siapakah kira-kira yang akan menjadi Mutlu berikutnya? Biarlah waktu yang menjawab teka teki ini.
|