Waktu berlalu begitu cepat, dan tidak terasa satu minggu sudah lewat sejak Olimpiade Beijing berakhir pada tanggal 24 Agustus lalu. Demi mewujudkan Olimpiade yang sukses, sekitar 1,47 juta relawan diterjunkan untuk memberikan pelayanan di bidang organisir pertandingan, keamanan, kelancaran lalu lintas, media peliputan, dan sebagainya.
Pelayanan para relawan ini menuai banyak pujian, bahkan untuk pertama kalinya Komisi Olimpiade Internasional mengadakan sesi penyerahan bunga kepada wakil relawan di sela-sela upacara penutupan Olimpiade. Nah, dalam Ruangan Kebudayaan pekan ini, saya akan mengangkat kisah tentang sejumlah relawan Olimpiade Beijing. Siapa saja mereka? Terus ikuti laporan berikut ini.
"Kalau Anda mempunyai pertanyaan apa saja tentang Olimpiade, silahkan hubungi kami di nomor 0086-10-12308 atau silahkan akses situs web kami: www.2008beijing.cn"
Panthipa Asavatheputhai, pria berusia 25 tahun asal Thailand ini merupakan relawan di pusat hotline Olimpiade Beijing. Pada tahun 2004 ia pernah menuntut ilmu di negeri Tiongkok dan sejak itulah pria berdarah Tionghoa ini mulai mengenal Tiongkok dan memperhatikan Olimpiade Beijing. Penyandang gelar doktor ini kini sedang melakukan studinya di Universitas Bahasa Asing Beijing.
Bahasa merupakan kendala pertama dan utama bagi para atlet, wartawan, dan wisatawan asing yang datang ke Beijing selama Olimpiade. Untuk mengantisipasi hal itu, Panitia Penyelenggara Olimpiade Beijing menerjunkan relawan penterjemah bahasa dalam jumlah besar, dan Panthipa adalah salah seorang diantara mereka.
Pada tahun 2008, setelah melalui lika-liku prosedur pendaftaran dan penyeleksian, Panthipa akhirnya terpilih menjadi relawan. Ia sangat bangga dan berharap dapat ikut memberikan pelayanan dalam acara Paralimpiade yang diikuti khusus oleh para atlet penyandang cacat yang segera akan berlangsung. Dikatakannya:
"Kini saya sedang mempertimbangkan pelayanan untuk Paralimpiade. Kalau universitas mengundurkan jadwal pendaftaran, maka saya akan terus menjadi relawan Paralimpiade. Karena ini merupakan kesempatan yang sulit didapat. Banyak temanku yang tidak lolos seleksi."
Sebagian besar relawan berasal dari kalangan mahasiswa, dan sebagian lainnya adalah relawan asing dan orang keturunan Tionghoa. Wang Fang sarjana baru lulusan Universitas Bath Inggris merupakan asisten ketua kontigen Inggris. Selama Olimpiade, Wang Fang cukup sibuk karena setiap hari ia harus melayani kebutuhan banyak pejabat dan wawancara oleh media. Namun Wang Fang sedikitpun tidak mengeluh. Ia malah merasa bangga karena sebagai orang Tiongkok, ia dapat ikut serta dalam kontigen Inggris dan berhubungan dengan banyak relawan asing. Dikatakannya:
"Usai upacara pembukaan, ketua kontigen Inggris menyampaikan pujian dengan mengatakan bahwa Olimpiade Beijing adalah Olimpiade terbaik yang pernah ia saksikan. Mendengar pujian itu, saya senang sekali. Ketua kontigen Inggris juga terus memuji Kampung Olimpiade. Saya sungguh merasa bangga."
Selain relawan pertandingan, ada pula relawan kota dalam jumlah besar. Mereka ditempatkan di jalan-jalan dan lapangan kota Beijing untuk memberikan layanan informasi kepada para wisatawan dan penduduk.
Di depan Taman Rekreasi Shijingshan juga terdapat pos pelayanan dan semua relawan di sini adalah mahasiswa. Jam kerja mereka dimulai dari pukul sembilan sampai pukul lima sore. Selama memberikan pelayanan, sebuah senyuman tidak pernah lepas dari wajah para relawan ini.
"Olimpiade adalah hal yang besar bagi Tiongkok dan menjadi relawan tentunya sangat membanggakan."
Selain para mahasiswa yang menjadi relawan, masih ada banyak relawan yang berasal dari berbagai kalangan masyarakat lainnya. Wu Min adalah mantan juara silat nasional Tiongkok yang ditugaskan menjadi relawan di stadion nasional Sarang Burung. Pada tahun 1996, ia pergi ke Jerman dan menjadi pelatih silat di sebuah klub di Berlin. Selain menyaksikan pertunjukan silat, ia juga berharap dapat berpartisipasi, karena itu ia dan sang suami ikut dalam pelayanan penterjemahan.
Wu Min terus terang mengaku bahwa tugas relawan tidak mudah dan melelahkan. Namun perhatian dan penghargaan rakyat Beijing terhadap relawan telah menyemangatkan dirinya. Ia mengatakan:
"Karena sudah lama tinggal di luar negeri, kami harus menyesuaikan tubuh kami dengan kondisi di Beijing. Kami jadi mudah batuk dan demam selama di Beijing. Kami ingin bekerja, tapi malah banyak orang memberikan perhatian kepada kami."
Selain anak-anak muda yang memakai baju kebanggan relawan, di jalan-jalan pun nampak banyak relawan lanjut usia yang aktif memberikan layanan informasi mengenai jalan dan transportasi Beijing..
Saudara pendengar, meskipun Olimpiade Beijing telah berakhir, tapi para relawan telah memberikan kesan mendalam kepada para tamu dengan kehangatan dan senyuman ramah mereka. Bagi para relawan, senyuman merupakan kartu nama terbaik bagi Beijing.
|