Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2008-10-09 15:18:49    
Berbagai Bank Sentral Eropa Serentak Turunkan Suku Bunga

cri

Untuk menghadapi bersama krisis moneter dan merangsang pertumbuhan ekonomi, berbagai bank sentral Eropa yang menentukan kebijakan mata uang kawasan mata uang Euro kemarin (08/10) bersama dengan bank sentral Amerika menurunkan suku bunga sebesar 50 poin. Penurunan tersebut disambut baik oleh berbagai kalangan. Namun, dilihat dari reaksi pasar, penurunan suku bunga bersama dalam kurun waktu berapa lama dan pada taraf berapa besar baru dapat memulihkan keyakinan pasar? Hal itu masih perlu diamati lebih lanjut.

Kemarin, Bank Sentral Eropa mengumumkan akan menurunkan suku bunganya dari 4,25% sampai 3,75%. Sementara itu, Cadangan Federal AS, Bank Sentral Kanada, serta Bank Sentral Inggris, Swiss, dan Swedia juga menurunkan suku bunganya pada skala yang sama.

Di antara berbagai penurunan suku bunga oleh bank-bank sentral, penurunan suku bunga Bank Sentral Eropalah yang paling mengundang perhatian, karena ini adalah pertama kalinya bank tersebut menurunkan suku bunganya dalam kurun waktu 5 tahun lebih sejak bulan Juni tahun 2003, dan lebih cepat dari yang diperkirakan pasar.

Bank Sentral Eropa dalam sebuah pernyataan mengatakan, semakin gawatnya krisis moneter belakangan ini telah menambah resiko anjloknya perekonomian di kawasan mata uang Euro. Namun di lain sisi, hal itu juga telah mengurangi resiko inflasi sehingga pengetatan mata uang diredakan pada taraf tertentu. Oleh karena itu, Bank Sentral Eropa bersama bank sentral utama lainnya mengambil keputusan penurunan suku bunga yang "mendadak" itu.

Berbagai bank sentral dalam pernyataan bersama mengatakan pula, penurunan suku bunga merupakan aksi bersama mereka berdasarkan keputusan bersama terhadap situasi moneter dewasa ini. Berbagai bank sentral menyadari bahwa untuk meredakan situasi moneter global perlu dilakukan penurunan suku bunga bersama.

Sebelumnya, Bank Sentral Eropa untuk waktu yang lama menjadikan penstabilan harga barang di kawasan mata uang Euro sebagai dasar utama kebijakan mata uangnya. Sejak tahun ini, seiring dengan menanjaknya terus harga energi dan bahan makanan internasional, inflasi di kawasan mata uang Euro juga membubung tinggi. Dan pada bulan Juni dan Juli mencapai 4%, ini merupakan sebuah rekor baru.

Berkenaan dengan itu, Bank Sentral Eropa pada bulan Juli lalu menurunkan suku bunganya dari 4% sampai 4,25%. Akan tetapi, taraf suku bunga yang relatif tinggi selain meredakan tekanan inflasi, juga dengan serius mengekang kegairahan investasi dan konsumsi yang berujung pada dipersulitnya perekonomian kawasan mata uang Euro. Pada triwulan kedua tahun ini, ekonomi kawasan mata uang Euro untuk pertama kalinya mengalami pertumbuhan minus.

Berdasarkan laporan "Meneropong Ekonomi Dunia" edisi terbaru yang dikemukakan IMF kemarin, krisis moneter tengah membuat ekonomi dunia memasuki masa "kebingungan serius". Dibandingkan dengan AS yang merupakan tempat asal muasal krisis moneter, prospek ekonomi kawasan mata uang Euro nampak lebih pesimis.

Menghadapi ancaman melambannya ekonomi dan membubung tingginya inflasi, serta besarnya tuntutan berbagai negara di kawasan mata uang Euro untuk menurunkan suku bunga, Bank Sentral Eropa sempat terjerumus ke dalam dilema. Akan tetapi, seiring dengan harga minyak dunia yang mulai pulih, tekanan inflasi di kawasan mata uang Euro selama dua bulan ini tidak begitu besar lagi dan tingkat inflasi bulan lalu telah menurun sampai 3,6%.

Walau angka itu masih jauh lebih tinggi dari 2% yakni tingkat aman yang ditetapkan Bank Sentral Eropa untuk menstabilkan harga barang, tapi kecenderungan penurunan semakin kentara sehingga menciptakan syarat diperlonggarnya keuangan. Boleh dikatakan, menjalarnya krisis moneter ke kawasan Eropa telah mendesak Bank Sentral Eropa mengambil keputusan untuk menurunkan suku bunga.

Perlu dicatat, ini merupakan kedua kalinya Bank Sentral Eropa dan Cadangan Federal bersama-sama menurunkan suku bunga pasca peristiwa serangan "11 September" 2001. Seriusnya situasi krisis ekonomi global ternyata sebanding dengan serangan teroris yang terjadi 7 tahun lalu.

Sementara itu, tanggapan pasar terhadap penurunan suku bunga bersama oleh berbagai bank sentral benar-benar di luar dugaan. Harga saham di berbagai bursa efek Eropa kemarin tetap tak kunjung naik. Analis berpendapat, gejala-gejala abnormal itu menunjukkan bahwa para investor masih merasa sangsi terhadap langkah penurunan suku bunga dalam kurun waktu tertentu dan pada taraf tertentu demi kestabilan pasar moneter. Dan sikap pesimis terhadap prospek ekonomi tertentu tentunya sulit diubah dalam waktu singkat.

Yang lebih penting lagi adalah sejauh ini Uni Eropa masih belum dapat mengemukakan sebuah konsep menyeluruh untuk mengatasi krisis moneter. Dan ini juga akan mengganggu dampak penurunan suku bunga Bank Sentral Eropa. Karena itu, berbagai pihak menghimbau KTT Uni Eropa musim gugur yang akan dibuka pada hari Rabu mendatang untuk sungguh-sungguh menjamin berbagai negara Uni Eropa untuk bersatu mengatasi kesulitan.