Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2008-10-13 16:45:37    
Sudah Kenyang Rasakan Kelaparan, Sekarang Lu Qingnian Jadi "Raja Pangan Dongting"

Kantor Berita Xinhua

Meski dilahirkan di daerah Danau Dongting yang dijuluki Kampung Ikan dan Beras di Tiongkok, namun masa kanak-kanak Lu Qingnian menyimpan kenangan pahit yang kenyang dengan rasa lapar.

Kini, Lu Qingnian yang berusia 55 tahun bisa disebut sebagai "Raja

Pangan Dongting". Pada 2007, pendapatan Lu Qingnian dari hasil panen padi yang ditanam di areal sawah seluas 3 ribu Mu, telah melampaui satu juta Yuan Renminbi. Volume penjualan beras merek "Perusahaan Beras Lu Qingnian" untuk pertama kali menembus 100 juta Yuan Renminbi.

Beras merek "Lu Qingnian" kini telah memasuki pasar Guangzhou dan Changsha, dan dapat ditemukan di banyak toko swalayan besar setempat. Dari pernah mengalami kelaparan sampai berhasil menjadi juragan beras, Lu Qingnian mengatakan, berkat reformasi dan keterbukaan Tiongkok sekarang ia bisa menjadi "Raja Pangan Dongting".

Pria kelahiran tahun 1953 ini pernah merasakan pahitnya hidup akibat bencana alam pada tahun 1960an ketika usianya kira-kira baru 5 atau 6 tahun. Seingatnya, beban terberat orang tuanya adalah mencari makanan untuk dirinya dan saudara-saudaranya. Bisa makan cukup sekali sudah menjadi hal yang paling membahagiakan keluarganya waktu itu.

Pada 1971, Lu Qingnian yang berusia 17 tahun bekerja sebagai buruh lepas di Pos Pengumpulan Pangan Caowei di kota Ruanjiang. Pikirannya ketika itu cukup sederhana. "Seorang buruh lepas bisa mendapat makanan yang cukup," demikian dikatakannya. Walau baru mulai bekerja, Lu Qingnian sudah bisa memperoleh setengah kilogram beras. Meskipun kekurangan minyak dan sayuran, Lu Qingnian sudah merasa cukup bahagia.

Sepanjang ingatan Lu, mulai dari 1978, makanan tidak lagi menjadi persoalan pelik di pedesaan. Seiring dengan reformasi dan keterbukaan, masa-masa kekurangan pangan sudah berlalu. Ketika itu, Lu Qingnian yang menjabat kepala pos pengumpulan pangan Caowei tidak lagi khawatir tidak bisa mengumpulkan bahan pangan.

Tahun 1992, Lu Qingnian meninggalkan pekerjaannya dan mencoba peruntungan dengan mendirikan sebuah pabrik pengolahan beras pertama di kota Ruanjiang. Dalam upacara pembukaan pabriknya, pejabat kota Ruanjiang memuji Lu karena, "memberikan sumbangsih besar dalam memecahkan kesulitan penjualan bahan pangan oleh petani."

Lu Qingnian mengatakan, "Dari pernah mengalami kesulitan mengumpulkan pangan sampai kesulitan menjual pangan, bila tiada reformasi dan keterbukaan, maka tidak mungkin ada perubahan di daerah Danau Dongting"

Sebagai petani yang seumur hidupnya tak pernah berpisah dari tanah garapannya, Lu Qingnian sangat merasakan dampak reformasi dan keterbukaan. "Sejak pabrik pengolahan beras dibuka pada 1992, baru beberapa tahun kemudian saya memperoleh laba ratusan ribu Yuan Renminbi. Pada 1999 saya mulai memborong tanah garapan dalam jumlah besar untuk menanam padi. Orang lain menyebut saya gila karena ketika itu harga pangan cukup rendah, dan banyak tanah garapan di derah Danau Dongting dilepaskan begitu saja. Apakah usaha menanam padi suatu hari bakal sukses? Jujur saja, saat itu saya pun merasa ragu," tutur Lu Qingnian.

Melalui cobaan selama satu tahun, pada 2000 keraguan Lu Qingnian tidak terbukti. 3000 Mu sawah yang diborongnya mencapai panen raya, dan memperoleh keuntungan bersih sebesar 160 ribu Yuan Renminbi,

"Apabila panen raya tahun pertama tergantung pada iklim yang cocok, maka panen tahun kedua tergantung pada kebijakan negara yang menguntungkan." Ditambahkannya, mulai dari 2002, sejumlah kebijakan preferensial kepada pertanian berturut-turut diluncurkan, sehingga usaha menanam padi kian memiliki prospek cerah.

Lu Qingnian yang bersahaja sambil tersenyum mengatakan, "Tahun ini saya berumur 55 tahun. Paling tidak saya masih bisa bekerja 10 tahun lagi. Cita-cita terbesar saya adalah memberikan hasil pangan yang lebih banyak kepada negara, sekaligus mencari banyak uang untuk saya sendiri."