Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2008-10-20 14:55:40    
Hati Seorang Dermawan Perantau Tionghoa Malaysia Wujudkan Sekolah Harapan

cri
"Gedung ini bagus, dan saya suka bersekolah di sini. Terima kasih, kakek Chen Chengfa," demikian penuturan yang meluncur keluar dari bibir seorang murid etnis Uygur bernama Erken yang begitu antusiasnya menyambut gedung sekolah barunya. Sebanyak 3.000 lebih murid telah dipindahkan ke gedung baru yang luasnya mencapai 7000 lebih meter persegi itu pada awal September tahun ini.

Dan semuanya itu dapat terwujud karena hati seorang dermawan perantau Tionghoa Malaysia yang belum lama ini menyumbang dana sebesar 900.000 RMB untuk pembangunan sekolah harapan di kota Shihezi, Xinjiang, Tiongkok Barat Daya yang dalam pengajarannya memakai bahasa Mandarin dan Uygur.

Jauh pada tahun 2005, Sekretaris Jenderal lembaga pemuda Shihezi Xinjiang, Gu Jinhua menghadiri sebuah acara pertukaran di Fujian. Dalam acara itulah, Gu Jinhua mendapatkan informasi bahwa Chen Chengfa berniat menyumbang dana untuk pembangunan tiga sekolah harapan di daerah permukiman etnis minoritas Tiongkok.

Gu Jinhua mengenang kembali, "Hang Dong, seorang pejabat lembaga pemuda di Juzhou memberitahuku bahwa pamannya Chen Chengfa berniat membangun sekolah harapan. Ia mengatakan bahwa pamannya serius mengenai hal tersebut."

Setelah kembali ke Shihezi, Gu Jinhua segera menyampaikan informasi tersebut kepada badan pendidikan lokal agar mereka mengadakan kontak dengan Chen Chengfa. Badan pendidikan Shihezi kemudian segera menghubunginya dan mempresentasikan keadaan sekolah harapan kepada Chen Chengfa.

Dari presentasi tersebut, Chen Chengfa memutuskan membangun sekolah di Shihezi. "Meskipun saya lahir di Malaysia, namun saya masih menganggap diri saya sebagai keturunan Tionghoa. Sewaktu saya masih muda, Tiongkok masih dalam kondisi terbelakang, dan saat itu saya suka didiskriminasikan dalam perdagangan di luar negeri. Karena itulah saya sangat mengharapkan Tiongkok mencapai kembali masa kejayaannya," ujar Chen Chengfa yang jiwa nasionalis terhadap negeri leluhurnya tidak pupus dimakan waktu.

Pada tahun 2003, acara liburan Chen Chengfa ke Xinjiang memberinya suatu inspirasi. Selama di Xinjiang, ia memperhatikan bahwa penduduk setempat hanya menggunakan bahasa lokal dalam berkomunikasi. Bagi Chen Chengfa, hal itu ironis sekali karena sebagai sesama orang Tionghoa, mereka tidak bisa saling berkomunikasi.

Gagasan cemerlang untuk membangun sekolah dwi bahasa pun muncul. Chen Chengfa berharap, murid-murid di Xinjiang dapat menguasai bahasa Mandarin sekaligus menjaga kelestarian bahasa lokal. Dengan demikian pengetahuan mereka dapat semakin diperluas.

"Empat tahun lalu, saat saya berlibur ke Xinjiang, saya sangat memperhatikan kondisi pendidikan etnis minoritas. Saya berharap agar mereka juga dapat belajar kebudayaan Tionghoa. Dalam pandangan saya, bagaimana mungkin Tiongkok dapat berjaya, kalau etnis minoritasnya tidak bisa berbahasa Mandarin," tutur Chen Chengfa.

Pada tanggal 18 April 2006, Shihezi menerima sumbangan dana yang ditandatangani Chen Chengfa. Tak lama berselang, tiga buah sekolah harapan berturut-turut berhasil dirampungkan. Para guru dan murid menyampaikan ucapan terima kasih kepada Chen Chengfa melalui sambungan telepon dan mengundang Chen Chengfa untuk berkunjung lagi ke Xinjiang.

Membalas ucapan terima kasih mereka, Chen Chengfa menyatakan akan terus giat bekerja agar dirinya mampu menyumbang lebih banyak lagi.