Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2008-11-03 13:52:22    
Pembangunan Kembali Tatanan Moneter Global Harus Titik-beratkan Pengawasan dan Reformasi Sistem Mata Uang

cri

Pertemuan Puncak Asia-Eropa ASEM ke-7 yang ditutup belum lama berselang dalam pernyataannya menunjukkan, para pemimpin peserta bertekad untuk mengadakan reformasi yang efisien dan menyeluruh terhadap sistem mata uang dan moneter internasional sementara mendukung dibukanya Konferensi Tingkat Tinggi Moneter Internasional di Amerika Serikat AS bulan ini. Para ahli moneter belakangan ini menyatakan, dalam proses membangun kembali tatanan moneter global, meningkatkan pengawasan terhadap sistem moneter dan mereformasi sistem mata uang internasional yang didominan oleh dolar Amerika adalah titik beratnya. Berikut laporan terinci.

Meninjau kembali proses meletusnya krisis moneter global kali ini, diawali oleh krisis kredit perumahan AS yang diakibatkan kekhilafan pengawasan moneter Amerika dan produk derivatif yang beraneka ragam yang diciptakan badan moneter AS tanpa pembatasan. Produk derivatif berkembang dengan cepat dan taraf rumitnya semakin meningkat, sedangkan transaksi dan pemasaran produk derivatif tidak mendapat pengawasan sepenuhnya sehingga busanya terus membengkak dan pada akhirnya mengakibatkan krisis moneter yang serius.

Dulu, " model Amerika" untuk mengembangkan pasar produk derivatif merupakan teladan sejumlah negara dan sekarang berbagai negara sudah menyadari bahayanya pengembangan produk derivatif tanpa tata tertib. Kepala Kantor Riset Ekonomi Dunia Balai Riset Hubungan Internasional Modern Tiongkok, Cheng Fengying menyatakan, Pernyataan mengenai Situasi Moneter Internasional yang dikemukakan Pertemuan Puncak Asia-Eropa ke-7 telah menyatakan kepedulian terhadap hal itu. Dikatakannya,

"Pernyataan telah mengemukakan sebuah kesepahaman mengenai reformasi sistem moneter ke depan, yaitu harus berupaya bersama mereformasi masalah-masalah sekarang seperti derivasi dan inovasi terlalu cepat, terlambatnya pengawasan moneter dan kekosongan sistem moneter."

Pakar menyatakan, karena rumitnya produk derivatif, harus diadakan kerja sama internasional secara luas untuk meningkatkan pengawasan dan ini juga membutuhkan diadakannya reformasi terhadap badan ekonomi internasional antara lain Dana Moneter Internasional agar mereka dapat memainkan peranan yang lebih penting dan berperan sebagai "penjaga" kestabilan pasar moneter.

Selain diadakannya reformasi terhadap organisasi ekonomi internasional yang sudah ada, juga ada sarjana yang mengemukakan, harus dibentuk sebuah badan pengawasan moneter internasional yang baru untuk memainkan peranan lebih besar di bidang memelihara kestabilan moneter global. Profesor Muda Jiang Guohua dari Universitas Peking juga mempunyai pandangan yang sama. Ia mengatakan,

"Pasar modal kini telah diinternasionalisasi. Pasar moneter, perusahaan moneter dan kelompok investor juga telah diinternasionalisasi, maka dibutuhkan sebuah badan internasional untuk mengawasi dan mengelola sistem moneter global. Pembentukan sebuah badan pengawasan ekonomi internasional mencakup kepentingan berbagai negara yang berdaulat dan pembentukannya akan merupakan proses pertarungan yang hebat."

Para pakar juga menunjukkan, kalau semua ekonomi utama bersedia menerima rencana tersebut, konsep yang kemungkinan dapat dicapai ialah, pertama, dicapai patokan tunggal global mengenai pengawasan dan pengelolaan moneter dan kemudian dibentuk sebuah badan global untuk menyelaraskan pengawasan dan pengelolaan berbagai lapisan negara dan ditingkatkan pengawasan dan peringatan dini terhadap pasar moneter internasional, lebih-lebih peredaran modal jangka pendek dan risiko inovasi moneter.

Di bawah dampak krisis moneter global kali ini, sistem mata uang yang didominan dolar Amerika mengalami tantangan. Sejak pecahnya busa internet dan Peristiwa 11 September, Amerika selalu menerapkan kebijakan mata uang yang longgar untuk merangsang ekonomi, menginjeksikan dana dalam jumlah besar ke pasar sehingga dolar Amerika didevaluasi. Para pakar berpendapat, mereformasi sistem mata uang internasional dewasa ini merupakan kecenderungan besar. Pakar moneter dari Universitas Renming Tiongkok Chen Yulu mengatakan,

"Krisis moneter kali ini jauh lebih gawat dibandingkan dengan krisis moneter Asia, Krisis Amerika-Latin dan Krisis Rusia sebelumnya, karena kali ini terjadi di AS, negara yang mengedarkan mata uang dunia, maka meletusnya pasti mendampak seluruh dunia. Karena mata uangnya berlaku di seluruh dunia, sistem moneternya juga menjangkau berbagai pelosok dunia. Maka, dengan melepas pandangan yang menjangkau jauh, reformasi mata uang internasional harus didorong secara hakiki. Sejarah AS bahkan 7 negara Barat menentukan segala-galanya harus diakhiri. Negara-negara berkembang dan ekonomi pasar baru harus berpartisipasi agar terbentuk konfigurasi ekonomi internasional yang baru."

Membangun tatanan moneter global baru yang toleransi dan tertib sewajarnya membutuhkan upaya bersama dan aksi selaras masyarakat internasional. Para pakar juga berpendapat, berbagai negara menaruh perhatian yang berbeda terhadap reformasi. AS lebih memperhatikan bagaimana menggunakan kekuatan negara lain untuk menghadapi krisis dewasa ini; Uni Eropa ingin mengubah sistem moneter internasional yang didominan AS dalam jangka panjang dan menyusun peraturan internasional yang baru; sedangkan negara-negara berkembang ingin dengan lebih baik melindungi kepentingannya sendiri dalam reformasi. KTT Moneter Kelompok 20 yang akan dibuka di Washington pada tanggal 15 bulan ini akan merupakan sebuah proses pertarungan antar berbagai pihak.