Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2008-11-11 12:58:45    
Reformasi dan Keterbukaan Membuat "Segala Mungkin Terjadi" di Tiongkok

cri

Kata "segala mungkin terjadi" kedengaran agak berlebihan, namun merefleksikan sikap positif masyarakat untuk mengubah dunia dan menciptakan kehidupan baru.

Dibanding situasi puluhan tahun lalu, perubahan besar yang terjadi dalam ekonomi dan masyarakat Tiongkok benar-benar menarik perhatian dunia. Dan kesemua itu tak lepas dari strategi reformasi dan keterbukaan yang dilaksanakan Tiongkok sejak tahun 1978. Reformasi dan keterbukaan selama 30 tahun ini telah mempercepat transformasi modernisasi negara peradaban kuno di Timur ini. Keberhasilan pelaksanaan proyek-proyek besar seperti Jalan Kereta Api Qinghai-Tibet, proyek Tiga Ngarai Sungai Yangtze, stadion dan gedung olahraga Olimpiade dan Bandara Internasional Ibukota Beijing tidak saja membuat dunia kagum akan pembangunan infrastruktur di Tiongkok, sekaligus menunjukkan kekuatan Tiongkok yang semakin meningkat.

Bersamaan dengan peningkatan pesat kondisi infrastruktur dan taraf layanan publik, permintaan masyarakat Tiongkok di bidang spiritual, budaya, kesehatan, keamanan dan taraf pendidikan juga terpenuhi dengan baik. Sementara itu, bertambahnya kebebasan masyarakat dan perbaikan administrasi pemerintah telah membuka peluang bagi setiap orang untuk mewujudkan impiannya, sehingga banyak hal yang dulu tidak mungkin dilaksanakan kini menjadi mungkin.

Terjadinya kesemua itu tak lepas dari latar umum reformasi dan keterbukaan Tiongkok yang telah mendorong perkembangan ekonomi dan kemajuan sosial.

Reformasi dimulai dari desa. Pelaksanaan sistem tanggung jawab keluarga yang dikaitkan dengan hasil produksi dan perluasan kebebasan petani secara mendasar telah mengubah wajah pedesaan Tiongkok dan meningkatkan produktifitas pertanian, dengan demikian tidak saja telah menyelesaikan masalah sandang pangan petani, telah mendorong pula perkembangan industri daerah pedesaan dan mendorong maju ekonomi pasar. Kemudian daerah khusus ekonomi, sejumlah kota di daerah pantai dinyatakan terbuka terhadap dunia luar, arah reformasi berangsur-angsur beralih ke kota yang merupakan daerah yang relatif rumit dan sulit, sedang mengaktifkan perusahaan merupakan sendi sentral reformasi struktur ekonomi. Dengan masuk menjadi anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan mengintegrasikan diri dalam pasar global, Tiongkok berhasil mengembangkan keunggulan relatifnya.

Reformasi dan keterbukaan yang diawali pengembangan ekonomi mencapai sukses yang belum pernah ada sebelumnya di Tiongkok. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok dalam kurun waktu antara tahun 1978 dan 2007 rata-rata mencapai 9 persen lebih, jauh di atas pertumuhan ekonomi rata-rata dunia dalam waktu sama yakni sekitar 3 persen. Agregat ekonomi Tiongkok meningkat ke urutan ke-4 dunia, dan pendapatan keuangan bertambah dari lebih 110 miliar yuan menjadi lebih 5 triliun yuan. Kemajuan pesat ekonomi telah mendorong kemajuan sosial di Tiongkok. Penghasilan perkapita penduduk kota dan penghasilan bersih perkapita penduduk desa Tiongkok meningkat lebih 6 kali lipat setelah dipotong faktor harga barang. Kehidupan rakyat yang tadinya menitikberatkan sandang pangan berubah ke konsumsi multi level dengan kondisi hunian dan bepergian sebagai titik berat.

Wakil Menteri Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional Du Ying mengatakan, sukses paling nyata dari reformasi dan keterbukaan Tiongkok selama 30 tahun ini adalah kemajuan pesat ekonomi nasional serta peningkatan terus menerus taraf kehidupan rakyat.

Namun perlu disadari pula bahwa perkembangan pembangunan ekonomi meski dapat meletakkan dasar material bagi perkembangan sosial, namun perkembangan ekonomi dalam kondisi ekonomi pasar sekaligus juga membawa risiko sosial. Tanpa perkembangan sosial, perkembangan ekonomi tidak mungkin dengan sendirinya berubah menjadi peningkatan taraf kehidupan seluruh rakyat, juga tidak mungkin begitu saja berubah menjadi kemajuan sosial. Sebaliknya, penanganan yang tidak relevan kemungkinan akan menimbulkan instabilitas sosial dan perkembangan ekonomi juga tidak mungkin berkelanjutan.

Sejalan dengan mendalamnya reformasi dan keterbukaan, peubahan struktur masyarakat Tiongkok juga berlangsung lebih cepat, kontradiksi ketidakseimbangan perkembangan antara kota dan desa, antar daerah dan antar kelompok masyarakat semakin menonjol, lingkungan hidup dan pemanfaatan energi secara berkelanjutan menghadapi banyak masalah baru.

Yang patut diperhatikan ialah, pemerintah Tiongkok kini sudah dengan jelas menyadari bahwa perkembangan ekonomi bukan isi lengkap perkembangan. Sementara mendorong perkembangan ekonomi, perlu memperhatikan distribusi kekayaan secara rasional, penyelarasan kepentingan kelompok masyarakat yang berbeda, agar masyarakat luas dapat berbagi hasil pembangunan sehingga perkembangan ekonomi dan sosial yang selaras benar-benar terealisasi. Masalah perkembangan petani, pedesaan dan pertanian kini kembali menjadi titik berat reformasi dan keterbukaan Tiongkok. Dalam situasi baru, Tiongkok sedang berupaya mempersempit kesenjangan perkembangan antara kota dan desa dengan menyesuaikan kembali sistem distribusi penghasilan nasional dalam rangka mewujudkan perkembangan ekonomi dan sosial secara menyeluruh, harmonis dan berkelanjutan.