Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2008-12-05 15:42:41    
Menperdag Tiongkok: Tak Mendorong Ekspor Dengan Devaluasi

CRI

Nilai tukar RMB dengan dolar AS menurun tajam pada hari-hari terakhir ini, yang menjadi titik panas dalam Dialog Ekonomi Strategi Tiongkok-AS Ke-5 yang sedang diadakan di Beijing. Menteri Perdagangan Tiongkok, Chen Deming menyatakan, menurunya nilai tukar RMB dengan dolar AS merupakan gejala pasar yang normal, Tiongkok tak akan mendevaluasi RMB untuk mendorong ekspor.

Dalam jumpa pers kemarin ( 4/12 ), Menteri Perdagangan Tiongkok, Chen Deming yang sedang menghadiri Dialog Ekonomi Strategi Tiongkok-AS ke-5 menyatakan, dalam latar belakang meningkatnya nilai tukar dolar AS dengan Euro dan yen Jepang, menurunya nilai tukar RMB dengan dolar AS adalah gejala pasar yang normal.

Chen Deming mengatakan, belakangan ini kegoncangan nilai tukar RMB dengan dolar AS sama sekali adalah keadaan yang normal, kalau dikatakan RMB mendevaluasi, lebih baik dikatakan bahwa dolar AS lebih kuat dan nilainya relatif meningkat.

Chen Deming mengatakan, sejak Tiongkok menerapkan kebijkan reformasi terhadap mekanisme terbentuk nilai tukar RMB pada tahun 2005, Tiongkok selalu berpegang teguh pada prinsip yang " aktif, maju bertahap dan dapat dikontrol ", dan sejauh ini tidak mengalami perubahan. Sejak menerapkan kebijkaan reformasi, nilai tukar RMB dengan dolar AS naik 20%. Dia berpendapat, tak peduli naik atau turun, kurs RMB selalu digoncangkan oleh kekuatan pasar yang berperan dominan.

Wakil Direktur Balai Riset Moneter Akademi Sosial Tiongkok, Wang Guogang juga menyetujui pendapat mengenai penurunan nilai tukar RMB dengan dolar AS adalah gejala pasar.

Wang Guogang mengatakan, terjadinya krisis di AS, sejumlah dana luar negeri mengalir ke Tiongkok, dalam keadaan itu, para investor menjual RMB, walaupun nilai tukarnya rendah, namun hal ini akan mengakibatkan menurunya nilai tukar RMB untuk sementara. Kedua, selama beberapa waktu yang lalu, nilai RMB pernah meningkat dengan pesat, terutama pada paro pertama tahun ini, nilai tukarnya hampir naik 7%. Maka, menurut arah perkembangan pasar yang normal, adanya kenaikan dan penurunan di pasar. Ini adalah salah satu faktor.

Di bawah situasi menurunya nilai tukar RMB dengan dolar AS, sejumlah analis berpendapat, fenomena ini menunjukkan bahwa Tiongkok akan menurunkan biaya produksi untuk mendukung ekspor melalui devaluasi RMB. Mengenai hal tersebut, Menteri Perdagangan Tiongkok, Chen Deming menyatakan, kesulitan yang dihadapi perusahaan pengekspor Tiongkok ialah kelesuhan permintaan ekstern, tetapi bukan biaya produksi yang terlalu tinggi. Oleh karena itu, Tiongkok tidak akan menjamin peningkatan ekspor dengan menurunkan nilai tukar RMB. Pakar Kementerian Perdagangan Tiongkok untuk perdagangan internasional, Mei Xinyu mengatakan kepada wartawan CRI bahwa kunci penyelesaian masalah perdagangan bukanlah melalui cara nilai tukar.

" Dengan menggunakan cara kurs hanyalah untuk sementara saja, dilihat dari jangka jauh, yang penting adalah mendorong transformasi perdagangan, mementingkan kenaikan struktur komoditas ekspor, meningkatkan proporsi produk permesinan yang lebih tinggi teknologinya.

Sementara itu, pakar tersebut menunjukkan, sementara memperhatikan arah perkembangan kurs RMB, yang perlu diperhatikan pihak AS ialah keterbukaan perdagangan dan investasi perlu ditujukan pada due arah, di samping menuntut Tiongkok meningkatkan keterbukaan, AS juga perlu memperbesar lebih lanjut lowongan kepada investor Tiongkok, dan memperlonggar pembatasan ekspor produk teknologi canggih.