Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2008-12-17 15:15:14    
Pendengar CRI Nikmati Pemandangan Alam dan Adat Istiadat Guangxi

CRI

Atas undangan dari CRI dan pemerintah Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, Tiongkok barat daya, sembilan orang pendengar yang yang memenangkan hadiah istimewa dalam sayembara pengetahuan pariwisata Guangxi Nan Indah tahun 2008. tiba di Kota Nanning, Ibu Kota Guangxi pada tanggal 29 November lalu. Selama tujuh hari mereka mengadakan kunjungan ke Kota Nanning, Baise, Liuzhou, Guilin dan kota-kota sekitar lainnya.

Propinsi yang terletak di sebelah barat daya Tiongkok ini merupakan salah satu propinsi yang kaya akan sumber pariwisata. Di mana-mana terdapat obyek-obyek wisata terkenal, antara lain "Pegunungan dan Air Guilin" yang termasyur di seluruh dunia, Pantai Perak Beihai yang dijuluki sebagai "Pantai Pertama di Tiongkok", dan hutan gunung karst.

Liao Guangling, seorang warga negara Amerika Serikat (AS) mengaku belum pernah datang ke Guangxi dan hanya mengenal Guangxi melalui siaran televisi dan radio, serta buku. Pemandangan alam dan adat istiadat di Guangxi telah memesona dirinya. Menurutnya, Guangxi di depan matanya jauh lebih indah daripada yang ia lihat di televisi maupun di buku.

"Baru kali ini saya datang ke Guangxi. Saya tertarik dengan pemandangan gunung dan sungai yang indah permai. Bukit-bukit kecil nampak menyerupai rebung di musim semi. Airnya juga jernih sekali, sampai-sampai dasar sungainya dapat dilihat. Yang mengesankan saya pula ialah keramah-tamahan penduduk etnis Zhuang yang juga pandai menyanyi dan menari, " ujar Liao antusias.

Lain halnya dengan Abobakr Mohamed Ali Aboelmagd, pendengar asal Mesir. Baginya yang paling memesona ialah pemandangan Gunung Gulong yang terletak di Kabupaten Jingxi, Kota Baise, Propinsi Guangxi. Selain memperlihatkan pemandangan yang menakjubkan di kedua sisi sungai, obyek wisata ini juga menawarkan permainan arung jeram yang seru dan mengasyikkan.

"Saya merasa sangat tegang sekaligus senang saat bermain arung jeram di Gunung Gulong. Berada di dalam perahu yang bergerak mengikuti arus air sungai yang deras, kami sempat terpana melihat gua-gua karst yang ajaib dan pemandangan alam yang indah. Saya berharap Anda dapat datang menikmati sendiri keindahan Guangxi," kata Aboelmagd dengan semangat.

Bagi penduduk Vietnam, datang ke Daerah Otonom Guangxi bukan perkara yang sulit, karena Guangxi berbatasan langsung dengan Vietnam. Pendengar Le Gia Phong asal Vietnam mengatakan, dirinya pernah berkunjung ke Guangxi. Menurutnya, kebudayaan kedua negara memiliki akar sejarah yang sama.

"Lagu Vietnam-Tiongkok menceritakan bahwa Vietnam dan Tiongkok terpisah oleh gunung dan air. Persahabatan keduanya bagaikan mentari yang baru terbit. Menurut saya, Vietnam dan Guangxi memiliki banyak kesamaan di bidang kebudayaan, di mana kebudayaan tradisional kedua negara lahir dari kegiatan sehari-hari," jelas Lee.

Kali ini, Lee berpeluang menikmati langsung adat istiadat etnis minoritas setempat Guangxi, terutama lagu-lagu daerah etnis Zhuang. Dikatakannya, "Sebelum kunjungan saya yang kali ini, saya hanya mengenal Guangxi secara sekilas dari berbagai materi informasi yang saya koleksi. Tapi, ketika saya datang langsung ke desa etnis Zhuang, saya baru dapat menikmati langsung lagu tradisional etnis Zhuang."

Berbeda dengan Lee , Yogeshwar Tyagi, pendengar asal India mengaku sangat tertarik pada bola yang terbuat dari serpihan sutra yang merupakan produk kerajinan tangan tradisional penduduk etnis Zhuang Guangxi. Bola itu merupakan benda tanda cinta dari seorang gadis etnis Zhuang kepada pemuda etnis Zhuang.

Tyagi juga tertarik pada adat istiadat upacara pelemparan bola. Ketika berada di Keresidenan Jiuzhou yang merupakan tempat kelahiran kerajinan tangan itu, Tyagi merasa sangat gembira. Ia bahkan membeli bola itu sebagai kenang-kenangan.

"Saya sangat tertarik pada upacara pelemparan bola oleh gadis etnis Zhuang kepada pemuda etnis Zhuang untuk menyatakan rasa cinta. Saya sangat gembira dapat berkunjung ke tempat asal kerajinan tangan ini, dimana kesenian tradisional pembuatan bola dan kebudayaan etnis tetap terpelihara dengan baik," ujar Tyagi.