Krisis keuangan menjadi topik hangat tahun 2008. Berhubung sistem perbankan yang relatif stabil dan pengelolaan sistem keuangan yang relatif ketat, imbas yang dirasakan Australia dalam krisis keuangan global kali ini lebih ringan dibanding negara-negara Eropa dan Amerika. Namun pertumbuhan ekonomi Australis sebagian besar bergantung pada ekspor produk mineral dan bahan baku, maka merosotnya ekonomi global mengakibatkan berkurangnya permintaan dan menurunnya harga bahan baku sehingga ekonomi riil Australia tetap mengalami pukulan yang cukup berat.

Mark Deng yang membuka restoran Tionghoa di distrik utara kota Sydney selalu ramai oleh pengunjung, namun sejak terjadinya krisis keuangan, restorannya menjadi jauh lebih sepi dibanding sebelumnya.

Mark Deng mengatakan, restorannya terletak di kawasan teknologi tinggi yang banyak perusahaannya. Setelah perusahaan Lehman Brothers bangkrut, tamu yang makan di restorannya berkurang antara 20 sampai 50 persen. Banyak perusahaan mengadakan pesta Natalan sebagai jamuan perpisahan karena setelah itu banyak karyawan akan meninggalkan perusahaan.

Mark sebelumnya mempunyai rencana untuk membuka sebuah lagi restoran, tapi rencana ini terpaksa harus dibatalkan.

Yang terimbas krisis keuangan sudah tentu bukan cuma Mark Deng seorang saja, banyak perusahaan terpaksa merumahkan sejumlah karyawannya untuk menjaga keseimbangan neraca. Menteri Keuangan Australia Linsay Tanner dalam wawancaranya mengatakan bahwa pemerintah Australia sudah mengantisipasi melambannya pertumbuhan ekonomi dan naiknya tingkat pengangguran.

Kini banyak orang muda gelisah karena sulit mencari pekerjaan, sedang orang-orang lanjut usia yang pensiun juga menghadapi banyak kesulitan dalam kehidupan. Meski pemerintah belum lama berselang memberikan pesangon 1.000 dolar Australia setiap orang bagi keluarga berpenghasilan menengah ke bawah serta penerima uang pensiun, uang hari tua dan tunjangan. Meskipun demikian, Jonathan dan isteri tetap merasa penghidupan lebih sulit dibanding dulu. Mereka mengatakan, penghidupan mereka sangat terpengaruh krisis keuangan karena mereka sudah pensiun sehingga tidak mendapat tambahan gaji seperti yang masih bekerja.

Yang lebih celaka lagi kini sudah banyak orang yang mengalami tekor. Sebuah organisasi amal di kota Brisbane ketika membagi-bagikan kebutuhan pokok kepada masyarakat belum lama berselang, antrean bahkan sepanjang beberapa kilometer, sejumlah orang datang dari tempat yang jauh.

Tampaknya matahari hangat musim panas di belahan selatan bumi sulit menutup udara dingin kelesuan ekonomi. Pemerintah Australia berkali-kali menurunkan suku bunga bahkan menggunakan defisit keuangan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, namun hasilnya tetap nihil. Profesor Muda Universitas Sydney Barat Steve Keen mengatakan, prediksi terbaik atas krisis keuangan kali ini kurang lebih sama dengan krisis keuangan awal tahun 1990-an dan lamanya krisis berlangsung juga kurang lebih sama. Sedang prediksi terburuk adalah seperti depresi tahun 1930-an dengan tingkat pengangguran mencapai 20 persen dan berlangsung selama 10 tahun.

Meski banyak orang merasa pesimis akan situasi ekonomi dewasa ini, namun ada pula yang melihat secercah harapan di tengah krisis. CEO Business Catalyst International, Zia Qureshi menganggap krisis keuangan membuka peluang. "Sekarang adalah saat yang bagus untuk melakukan penyesuaian kembali dalam dunia yang berubah ini. Menurut saya, ini adalah manifestasi globalisasi perubahan iklim ekonomi yang dapat menciptakan banyak peluang sehingga semua dapat memposisikan diri kembali, melakukan regruping kembali dan menentukan kembali strategi perkembangannya.