Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2009-03-03 16:09:04    
Tiongkok, Jepang, Korsel dan ASEAN Upayakan Pembentukan Dana Moneter Asia

Kantor Berita Xinhua

Dalam KTT ASEAN Ke-14 yang berakhir hari Minggu lalu (1/3), kepala negara dari 10 negara anggota ASEAN menghimbau agar selekasnya melaksanakan rencana pembentukan Cadangan Devisa Bersama senilai 120 miliar dolar Amerika bersama dengan Tiongkok, Jepang dan Korea Selatan. Sejumlah ekonom berpendapat, pelaksanaan rencana itu akan meningkatkan kemampuan Asia untuk menanggapi resiko moneter, dan bahkan mendorong terwujudnya target pembentukan Dana Moneter Asia.

Direktur Bagian Asia dan Pasifik Akademi Ilmu Pengetahuan Sosial Tiongkok, Zhang Yuyan menyatakan, maraknya krisis moneter global telah membawa dampak negatif yang mendalam kepada perekonomian Asia, namun Dana Moneter Internasional (IMF) sudah tidak mampu lagi membantu negara-negara Asia untuk menstabilkan tata tertib dan sistem moneter Asia.

Zhang Yuyan mengatakan: "Dalam situasi demikian, Asia perlu mendirikan suatu lembaga moneter independen untuk menghadapi tantangan, dan pembentukan Dana Moneter Asia memang adalah satu target yang dapat dipertimbangkan. Cadangan devisa bersama senilai 120 miliar dolar Amerika diharapkan memainkan peranan serupa."

Menurut rencana yang diumumkan pertemuan menteri keuangan Tiongkok, Jepang dan Korea Selatan di Phuket Thailand pekan lalu, cadangan devisa bersama akan ditingkatkan skalanya dari 80 miliar menjadi 120 miliar dolar Amerika. Berbagai negara diharapkan dapat mencapai kesepakatan mengenai segala unsur utama mengenai pembentukan cadangan devisa bersama sebelum Mei mendatang.

Direktur Bagian Ekonomi dan Politik Akademi Ilmu Pengetahuan Sosial Tiongkok, Yu Yongding mengatakan: "Dari Persetujuan Chiangmai sampai pembentukan Cadangan Devisa Bersama, kerja sama Asia di bidang moneter terus mencapai kemajuan. Selanjutnya Asia akan bertarget mendirikan Dana Moneter Asia."

Mei tahun 2007, para menteri keuangan dari ASEAN serta Tiongkok, Jepang dan Korea Selatan secara prinsipal menyetujui pembentukan Cadangan Devisa Besama dalam kerangka Persetujuan Chiangmai, yakni bank senteral berbagai negara anggota secara terpisah mengalokasi cadangan devisa dalam jumlah tertentu sebagai dana bantuan jangka pendek pada saat terjadi krisis. Berbeda dengan IMF, cadangan devisa itu ditangani secara independen oleh berbagai negara pada saat tidak terjadi krisis.

Akan tetapi, analis devisa dari Shanghai, Yuan Yongrui berpendapat, peranan cadangan devisa regional dalam syarat sekarang akan terbatas karena tidak banyaknya dana dan masih tidak sempurnanya pengelolaan.

"Akan tetapi, di pihak lain, kekuatan ekonomi negara-negara Asia sekarang jauh lebih meningkat daripada masa lampau, apalagi negara-negara Asia sudah menarik pelajaran dari krisis moneter tahun 1997. Meningkatkan kerja sama moneter merupakan kesadaran bersama Asia, sekaligus unsur yang menguntungkan untuk menanggapi krisis moneter." Demikian kata Yuan Yongrui.

Perdana Menteri Thailand Abhisit dalam sambutannya di depan pertemuan menteri keuangan yang digelar di Phuket mengatakan, cadangan devisa ASEAN plus Tiongkok, Jepang dan Korea Selatan sudah mencapai 3,6 trilyun dolar Amerika, merupakan separo lebih jumlah total devisa dunia. Di antaranya, cadangan devisa Tiongkok meliputi separo lebih cadangan total 13 negara tersebut. Untuk Cadangan Devisa Bersama yang direncanakan, 80% dananya akan dibagi-bagi antara Tiongkok, Jepang dan Korea Selatan menurut proporsi yang disepakati."

Yuan Yongrui menyatakan, Cadangan Devisa Bersama "10 plus 3" akan terpaksa mematok dengan IMF karena kekurangan pengawasan ekonomi regional, namun IMF selalu mengajukan syarat pemberian dana bantuan yang tidak sesuai dengan keadaan riil negara-negara Asia. Selama krisis moneter Asia, IMF meminta negara-negara Asia yang menerima kredit meningkatkan suku bunga dan mengurangi belanja publik untuk selekasnya memulihkan keseimbangan neraca pembayaran internasional. Tindakan itu mengundang kritik tidak sedikit ekonom, mereka berpendapat bahwa syarat kredit terlalu ketat, dan akan mengakibatkan ekonomi negara-negara itu menjadi lebih buruk.

Yuan Yongrui mengatakan, Asia perlu mendirikan dana moneter independen untuk memenuhi kebutuhannya diri sendiri.

Dalam pertemuan menteri keuangan Phuket, para peserta berjanji akan sedini mungkin mendirikan Cadangan Devisa Bersama, dan membentuk lembaga pengawasan ekonomi regional. Setelah mengintensifkan mekanisme pengawasan ekonomi, negara-negara terkait akan memperluas skala Cadangan Devisa Asia.

Walaupun Jepang jauh sebelumnya sudah mengajukan usul tentang pembentukan Dana Moneter Asia setelah terjadinya krisis moneter Asia, akan tetapi usul itu tidak mendapat dukungan yang cukup, bahkan mengundang tentangan dan halangan, yang antara lain berasal dari Amerika Serikat. Pembentukan Dana Moneter Asia walaupun menguntungkan ekonomi Asia, tapi juga akan melemahkan dominasi dolar Amerika, yang tentu tidak diharapkan AS. Selain itu, biarpun pembentukan Dana Moneter Asia tidak lagi menghadapi rintangan eksternal, pembentukan lembaga itu tetap akan menghadapi masalah penyusunan mekanisme pengambilan kebijakan internal. Yu Yongding berpendapat, ini bukan hanya masalah ekonomi, tapi juga masalah politik. Apabila tidak terdapat kompromi politik seperlunya antar negara-negara Asia, maka akan sangat sulit untuk mendirikan Dana Moneter Asia.