Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2009-04-17 13:06:30    
Tiongkok di Mata Putri Thailand Sirindhorn Melalui Kamera

CRI

Putri Thailand Chakri Sirindhorn sangat menyukai kebudayaan Tiongkok. Kini, 119 foto yang diambil selama beberapa kali kunjungannya ke Tiongkok dipamerkan secara resmi di Monumen Milenium Tiongkok.

Saudara pendengar, Putri Sirindhorn adalah putri kedua Raja Thailand Bhumibol Adulyadej, ia sangat menyukai kebudayaan Tiongkok, khususnya suka membaca novel klasik Tiongkok, puisi Dinasti Tang, ci Dinasti Song dan "Shiji atau Catatan Sejarah". Sejak mengadakan kunjungan perdana pada tahun 1981, Putri Sirindhorn telah 26 kali melawat ke Tiongkok.

Foto-foto sejumlah 119 lembar yang dipamerkan kali ini dibagi menjadi dua bagian. Pertama, "Kesan Olimpiade" yang diambil Putri Sirindhorn selama Olimpiade Beijing bulan Agustus tahun 2008. Kedua, foto-foto yang diambil dalam puluhan kali kunjungannya ke Beijing, Shanghai, Provinsi Guizhou, daerah-daerah otonom Tibet dan Xinjiang. Melalui hasil tangkapan kameranya, dapat dilihat jejak Putri Sirindhon di berbagai pelosok Tiongkok, cinta dan perhatiannya terhadap Tiongkok, semuanya termanifestasi dalam karya fotonya seperti dalam kehidupan yang sebenarnya.

Putri Sirindhorn mengatakan kepada wartawan, "Olimpiade Beijing 2008 merupakan salah satu pekan olahraga internasional yang paling besar dan cemerlang dalam sejarah umat manusia. Sungguh merupakan kehormatan yang besar dan kebahagian yang luar biasa bagi saya dapat menghadiri upacara pembukaan Olimpiade. Atlet Thailand berjuang keras dalam Olimpiade, mereka telah mencapai prestasi yang unggul. Saya berharap dapat merekam kejadian sekejap mata yang indah dengan kamera untuk menyatakan pujian dan restu saya terhadap Olimpiade Beijing dari segi pandangan orang Thailand."

Saudara pendengar, dalam ruang pameran fotografi itu, wartawan sempat menemukan "Raja Dongeng Anak", Zheng Yuanjie, ia sedang bersama sejumlah wartawan kecil dari China Youth Newspaper mengunjungi pameran itu. Menyinggung kedatangannya ke pameran, Zheng Yuanjie mengatakan, "Putri Sirindhorn selalu berupaya menyebarkan kebudayaan Tionghoa, juga memperagakan Tiongkok kepada anak-anak Thailand secara langsung melalui fotonya, semua kegiatan yang berkaitan dengan anak-anak, saya sangat tertarik."

Setelah Putri Sirindhorn mengunjungi pameran fotonya, wartawan-wartawan kecil segera mengerumuninya dan mengajukan pertanyaan. Mengenai pertanyaan tentang apakah murid-murid Thailand harus menyelesaikan banyak PR setelah lepas sekolah, sambil tersenyum Putri Sirindhorn menjawab," Mereka mempunyai banyak PR, kadang-kadang memperlukan bantuan orangtuanya kalau tidak dapat merampungkan sendiri, tapi saya mengharapkan mereka dapat menyelesaikan PRnya mandiri. Kami mengetahui, belajar ilmu pengetahuan perlu mengadakan latihan intensif, justru seperti saya belajar bahasa Tionghoa."

Diperkenalkan, dari tahun 1980 sampai sekarang, Putri Sirindhorn berturut-turut belajar kepada 9 guru bahasa Tionghoa senior yang dikirim oleh Kedutaan Besar Tiongkok untuk Thailand dalam rangka mengkaji bahasa dan budaya Tionghoa, sehingga membangkitkan "demam kebudayaan Tiongkok" di Thailand. Ia pernah menerjemahkan sendiri karya sastra pengarang terkenal Tiongkok, antara lain, Wang Meng dan Fang Fang menjadi bahasa Thailand, dan juga menerjemahkan lebih dari 100 puisi Dinasti Tang dan ci Dinasti Song, dan menseleksi puluhan puisi untuk diterbitkan. Untuk menghargai sumbangannya di bidang penyebaran budaya Tionghoa, Kementerian Pendidikan Tiongkok telah menganugerahi "Gelar Persahabatan Bahasa Dan Budaya Tionghoa" kepada Putri Sirindhorn.

Sebuah hal kecil pada beberapa tahun yang lalu dapat mencerminkan hasil prestasi Sirindhon belajar bahasa Tionghoa dan perasaannya terhadap Tiongkok. Dalam kunjungannya ke Harbin, Tiongkok timurlaut pada musim dingin tahun 1994 untuk melihat Pameran Seni Lampion Es, interpreter Thailand salah menerjemahkan 'pahatan es dengan {lampu warna warni} di dalamnya' menjadi {menginjak lampu}, Sirindhorn segera membetulkan kesalahannya dan dengan sabar menjelaskan makna yang berbeda kedua huruf Tionghoa itu.