Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2009-05-12 14:03:51    
Dialog Tingkat Tinggi Kedua Tiongkok-UE Capai Hasil Positif

CRI

Dialog Tingkat Tinggi Ekonomi dan Perdangan Tiongkok-Uni Eropa yang kedua Jumat lalu (8/5) ditutup di markas besar Uni Eropa di Brussel. Dalam dialog tersebut, kedua pihak melakukan diskusi mengenai tujuah topik sekitar masalah perdagangan dan investasi. Berikut laporan kami sampaikan wawancara dengan Direktur Institut Penelitian Eropa Akademi Hubungan Internasional Modern Tiongkok, Feng Zhongping.

Dalam situasi semakin merebaknya krisis moneter global, baik Tiongkok maupun Uni Eropa menaruh perhatian besar pada dialog tingkat tinggi kali ini. Untuk diialog tersebut, pihak Tiongkok mengirim delegasi yang terdiri atas penanggung jawab utama Kementerian Perdagangan, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Keuangan dan Biro Umum Pabean dengan dipimpin Wakil PM Wang Qishan. Pihak Uni Eropa mengirim 14 pejabat senior untuk menghadiri dialog tersebut. Feng Zhongping mengatakan: "Setelah terjadi krisis moneter, ekspor bagi banyak negara anjlok tajam. Misalnya setelah konsumsi Eropa berkurang, ekspor Tiongkok kepada Eropa pun terpengaruh serius. Diadakannya dialog ini justru dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terdapat dalam perdagangan."

Melalui dialog tingkat tinggi kali ini, Tiongkok dan Uni Eroa mencapai lima butir kesepahaman, antara lain, melaksanakan kesepahaman yang tercapai dalam Pertemuan Puncak G-20 di London guna mendorong pemulihan kembali sedini mungkin ekonomi dunia; menentang proteksionisme perdagangan dan investasi, memperkokoh hasil-hasil yang dicapai dalam perundingan WTO putaran Doha; bersama-sama mendorong deregulasi dan liberalisasi perdagangan dan investasi, memelihara iklim perdagangan dan investasi yang terbuka; meningkatkan kerja sama kedua pihak di bidang investasi, mendorong perusahaan kedua pihak ambil bagian dalam rencana pembangkitan kembali ekonomi masing-masing di atas dasar sama derajat dan non diskriminasi serta dalam lingkup perundang-undangan yang diberlakukan di negeri masing-masing; dan bersama-sama mendorong perkembangan usaha kecil dan menengah. Sementara itu, kedua pihak hendaknya melakukan kerja sama di bidang energi dan lingkungan guna bersama-sama menghadapi perubahan iklim global, serta mendorong perkembangan berkelanjutan. Selain itu, kedua pihak sepakat meningkatkan kerja sama di bidang perdagangan teknologi tinggi dan baru, perlindungan HaKI serta di bidang-bidang mutu produk, keamanan bahan makanan, pabean dan perhubungan. Feng Zhongping berpendapat, kesepahaman itu sangat penting karena menyangkut masalah-masalah yang hendak diselesaikan kedua pihak dalam tahun-tahun belakangan ini. Ia mengatakan: "Krisis moneter kali ini adalah peluang bagi hubungan ekonomi dan perdagangan Tiongkok-UE, juga adalah tantangan. Dialog tingkat tinggi kali ini menjadikan tantangan itu menjadi peluang, yakni menghadapi krisis, kedua pihak menyaksikan betapa urgennya untuk menyelesaikan masalah. Kelima kesepahaman itu akan membantu kedua pihak memperluas pasar masing-masing, dan menghindari proteksionisme perdagangan. Boleh dikatakan, kelima kesepahaman itu adalah dasar penting bagi perkembangan hubungan ekonomi dan perdagangan Tiongkok-UE pada masa mendatang."

Pembatasan ekspor teknologi tinggi dan baru kepada Tiongkok yang diberlakukan Uni Eropa adalah salah satu topik yang menjadi perhatian pihak Tiongkok. Dalam dialog kali ini, Tiongkok dan Uni Eropa sepakat mendirikan tim kerja untuk membhas masalah itu. Feng Zhongping berpendapat, ini berarti telah diayunkan langkah menuju penghapusan pembatasan teknologi tinggi dan baru oleh UE kepada Tiongkok. Namun masih perlu waktu yang cukup panjang untuk menyelesaikan masalah itu secara tuntas. Ia mengatakan: "Dalam perdagangan Tiongkok-UE, pihak Eropa mengajukan bahwa defisit perdagangannya terlalu besar. Misalnya pada tahun 2008, volume perdagangan Tiongkok-UE tercatat 300 miliar dolar Amerika. UE berpendapat bahwa defisitnya mencapai 160 miliar dolar Amerika. Sedangkan pihak Tiongkok berpendapat, bahwa ketidakseimbangan perdagangan Tiongok-UE disebabkan pembatasan ekspor teknologi tinggi dan baru serta senjata oleh UE kepada Tiongkok. Masalah ini tidak mudah diselesaikan, karena Eropa menilai Tiongkok berangsur-angsur berkembang menjadi lawanan yang cukup kompetitif. Persengketaan perdagangan yang terjadi pada tahun-tahun terakhir ini justru disebabkan kekhawatiran Uni Eropa. Mereka khawatir bahwa bidang teknologi baru dan tinggi yang menjadi keunggulannya akan menghadapi persaingan dari Tiongkok. Dalam keadaaan demikian, Uni Eropa tidak mungkin mencabut larangan ekspor teknologi tinggi kepada Tiongkok. Akan tetapi, pembentukan tim kerja di bidang itu adalah salah satu upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut."