Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2009-05-19 16:49:45    
Renungan Sutradara Malaysia Akan Sandiwara Tiongkok

CRI

Di pentas teater-teater ibukota Beijing, sandiwara yang berjudul "Lakukan Sandiwara Sampai Akhir" atau "Jiang Huaju Jinxing Daodi" tampak lain daripada yang lain. Penyisirannya yang cerdik atas seabad sandiwara Tiongkok, serta kritik seriusnya atas keadaan sandiwara di teater sekarang ini membuat orang penasaran akan penulis skenario merangkap sutradara karya itu ? seorang mahasiswa Malaysia di Tiongkok, Deric Yan Yongqi.

"Supaya Penonton Introspeksi Sehabis Tertawa"

Pagi hari ketika dilakukan gladi bersih pada hari terakhir batas waktu penyerahan skenario, tak satu pun kalimat untuk lakon cerita muncul di kepala pengarang skenario. Ia memasuki teater yang kosong melompong, dan mulai berdialog dengan para aktor dan aktris, penonton, produser, sponsor dan sutradara. Apakah pengarang skenario dapat menyerahkan sebuah skenario yang bagus di bawah tekanan orang-orang itu? Dan apakah pertunjukan sandiwara bisa berlangsung sampai akhir besok harinya?

"Lakukan Sandiwara Sampai Akhir" menuturkan introspeksi pengarang skenario menjelang hari terakhir batas waktu penyerahan skenario. Pada paro pertama drama itu, dialog antara pengarang skenario dan aktris peran kecil membuat penonton merasa agak jenuh karena terlalu banyak kandungan isi dan jalan cerita yang tersirat, sedangkan dalam paro kedua drama itu, adegan-adegan yang tidak masuk akal dan menggelitik membuat seluruh teater penuh oleh tawa. Gaya yang sama sekali berbeda itu justru sengaja diciptakan oleh Sutradara Deric Yan Yongqi.

Di internet, sementara komentar para penonton tentang drama itu berbau introspeksi, penonton yang menyukai sandiwara itu disamping menyatakan betapa nenariknya paro kedua sandiwara itu seraya berintrospeksi bahwa "Bukankah justru karena kita gemar menonton karya seperti itu, sehingga pasar sandiwara dipenuhi karya-karya sejenis itu." Dengan demikian mengundang penonton untuk berpikir, dan itulah hasil yang diharapkan Deric Yan Yongqi.

Ikatan Emosional Sutradara Muda Malaysia Terhadap Sandiwara Tiongkok

6 tahun yang lalu, warga Malaysia keturunan Tionghoa Deric Yan Yongqi datang ke Beijing meninggalkan pekerjaannya sebagai insinyur nutrisi untuk berkuliah di Akademi Drama Pusat (The Central Academy of Drama). Sejak hari pertama tiba di Beijing, menonton drama di teater telah menjadi seluruh acaranya di waktu luang. Deric yang pasti senang asal duduk di teater menimba inspirasi dan dialog dari drama-drama yang ditontonnya untuk diterapkan dalam lakonnya sendiri. "Lakukan Sandiwara Sampai Akhir" adalah kumpulan seuntai sandiwara, penonton akan tertarik seperti menebak teka-teki ketika menyaksikannya.

Sandiwara dibuka dengan prolog seperti pemandu acara bincang-bincang terkenal dari Hong Kong, Dayo Wong Tze Wah, "Pertunjukan ini mengingatkan lagi penonton supaya tidak berharap sesuatu atas pertunjukan ini, lebih-lebih jangan harap bisa mendapat ganti pengembalian uang untuk tiketnya.". Pada penutupan pertunjukan, ia meminjam bagian akhir drama solo "The Karaoke King" yang dimainkan oleh "Raja Komedi" pentas drama Hongkong, Jim Chim Sui-man. Para pecandu sandiwara yang setia bisa menemukan bayangan lebih dari seratus sandiwara, antara lain, "Padang Belantara", "Matahari Terbit", "Hamlet", "Permainan Haram Masa Muda", "Cocok Perasaan Dan Pikiran", "Badak Yang Jatuh Cinta", "Mencintai Taman Persik", dan "Batu Ambar", bahkan juga terdapat kata-kata dialog dalam drama "Lapangan Latihan" yang baru dipentaskan beberapa waktu lalu.

"Saya Tidak Takut Diserang Orang Lain, Karena Saya Berdiri Di Pihak Kebenaran"

Sebagai manusia yang menjadikan duduk di teater sebagai kesenangan satu-satunya, Deric mengatakan bahwa dia sudah semakin tidak tertarik menonton sandiwara di teater, "Saya merasa seperti hidup di tengah sampah. Saya tidak pernah tertidur sewaktu menonton pertunjukan di teater Malaysia, tapi ternyata saya terlena sewaktu menonton sandiwara di sini. Saya menjadi marah, bagaimana teater bisa berubah menjadi begitu hampa daya tarik, begitu tak bersemangat dan membosankan."

Deric yang pernah menyebut diri pembenci masyarakat itu akhirnya menemukan kesempatan untuk menumpahkan isi hatinya. Dengan karyanya--"Lakukan Sandiwara Sampai Akhir" itu, ia dengan tak kenal ampun mengkritik karya-karya bermutu rendah di teater kecil melalui kata-taka yang diucapkan para pemeran sandiwaranya. Banyak pembuat sandiwara tidak puas atas situasi sekarang ini, tapi Deric adalah orang pertama yang melontarkan kritik langsung dalam bentuk sandiwara.

Derick berani berbuat demikian karena beigtu dalam cintanya terhadap sandiwara. Ia mengatakan, "Itu bukan apa-apa karena saya tidak peduli, tapi saya cinta sandiwara, satu-satunya kesenangan saya adalah duduk di teater. Kalau kesenangan terakhir dalam kehidupan saya ini dirampas, lebih baik saya mengakhiri hidup ini. Saya tidak bisa menerima bila sandiwara kehilangan daya tarik, saya akan sangat menderita bila tidak bisa mengutarakan isi hati. Saya tidak takut diserang orang lain, karena saya berdiri di pihak kebenaran."