Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2009-06-18 15:16:08    
Tiongkok Bakal Geser Posisi AS Sebagai Investor Kelima Terbesar Indonesia

CRI

Forum Investasi Indonesia kemarin (17/6) oleh Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok, Sudrajat di Kota Beijing, Tiongkok. Pembicara utama dalam forum yang dihadiri puluhan pengusaha Tiongkok dan Indonesia adalah Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Muhamad Lutfi, dan Ketua Kadin Indonesia Komite Tiongkok (KIKT), Kiki Barki.

Dalam forum tersebut, para hadirin mendapatkan buku putih tentang hukum penanaman modal dan daftar investasi di Indonesia. Muhamad Lutfi dalam presentasinya menjelaskan kebijakan investasi Indonesia. Di antaranya adalah memberikan perlakuan adil kepada semua investor, tidak ada nilai minimum modal, investor asing dapat mengambil kembali modal dan keuntungan, memberikan jaminan hukum, membantu penyelesaian perselisihan, dan memberikan layanan investasi.

Beberapa fasilitas yang diberikan kepada investor asing meliputi hak atas tanah, yakni hak pengelolaan dalam kurun 95 tahun, hak membangun dalam kurun 80 tahun, dan hak pemakaian tanah selama 70 tahun. Fasilitas lainnya adalah layanan imigrasi khusus bagi investor dan pekerja asing, serta pembebasan atau pemotongan pajak pendapatan.

Menurut Lutfi, peluang investasi bagi calon investor Tiongkok sangat besar di Indonesia. Salah satunya adalah peleburan dan pemurnian aluminium di Kalimantan Barat untuk menggantikan investor Rusia. Karena dalam dua tahun terakhir ini Tiongkok adalah negara yang mempunyai teknologi terbaik untuk pemrosesan aluminium dan alumina.

Dalam forum tersebut, banyak pengusaha Tiongkok yang bergerak di bidang pertambangan, kehutanan, listrik, dan infrastruktur. Salah seorang pengusaha perhubungan Tiongkok yang terlibat dalam proyek pembangunan Jemabatan Suramadu dalam sesi tanya jawab menyampaikan keluhan bahwa pihaknya sulit memperoleh jaminan hukum dalam berinvestasi. Menjawab keluhan tersebut, Lutfi menyampaikan bahwa saat seorang pengusaha mendapatkan ijin dari pihaknya, maka ijin tersebut dapat menjadi jaminan hukum.

BKPM adalah lembaga pemerintah yang bertugas merumuskan kebijakan pemerintah di bidang penanaman modal, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Dan dengan diresmikannya Undang-Undang tentang Penanaman Modal pada tahun 2007, BKPM menjadi sebuah lembaga Pemerintah yang mengkoordinasi kebijakan penanaman modal dan diamanatkan sebagai badan advokasi bagi para investor.

Karena bahasa merupakan kendala utama bagi investor Tiongkok menanam modal di Indonesia, Lutfi berjanji akan membuka "China Desk", khusus untuk melayani calon investor Tiongkok. Pernyataan Lutfi sebagai penutup sesi pertama forum mendapatkan sambutan hangat para hadirin, khususnya para pengusaha Tiongkok.

"Sejak hari ini, saya pulang ke Indonesia minggu depan, saya akan berbicara dengan Dubes Tiongkok dan berbicara dengan Bapak Kiki dari KIKT untuk membuat China desk di BKPM," ujar Lutfi yang disambut tepuk tangan para hadirin. Lutfi optimis, China Desk di BKPM dapat mengurangi resiko sangat besar yang dihadapi pengusaha Tiongkok yang ingin mencoba berinvestasi di Indonesia.

Berbicara soal imbas krisis politik terhadap iklim investasi di Indonesia, Lutfi tidak menyangkal bahwa Indonesia juga terkena dampak krisis. Namun, bila dibandingkan dengan Singapura yang ekspornya mencapai 500% dari total GDP, dampak krisis tidak terlalu besar terhadap Indonesia yang besar ekspornya hanya 30 persen dari total GDP. Bahkan, Indonesia memanfaatkan 63% kapasitas industri untuk kebutuhan domestiknya.

Laporan terbaru Organisasi Kerjasama dan Perkembangan Ekonomi (EOCD) yang dirilis di Jeneva belum lama ini memasukkan Indonesia di antara negara-negara ekonomi berkembang dengan performa terbaik. Indonesia bahkan duduk bersama Brasil, Rusia, Tiongkok, India, dan Afrika Selatan. Sehingga nama BRIC (B-R-I-C) sekarang diubah menjadi BRIICS (B-R-I-I-C-S).

Namun, Indonesia memerlukan reformasi ekonomi lebih lanjut dan harus menggalang lebih banyak perdagangan internasional. Dalam sebuah konferensi pers mengenai Indonesia Week yang digelar usai sesi pertama Forum Investasi Indonesia, Dubes RI untuk Tiongkok, Sudrajat menyatakan, volume perdagangan antara Indonesia dan Tiongkok kini sudah mencapai 31.5 milyar dolar AS, dan nilai investasi Tiongkok di Indonesia sudah di atas 130 juta dolar AS.

Sementara itu, pertumbuhan perdagangan dan bisnis antara Indonesia dan Tiongkok setiap tahun sampai tahun 2006 sebesar 24% dan pada tahun 2007 mencapai 30%."Pertumbuhan perdagangan dan bisnis antara Indonesia dan Tiongkok ini masih perlu dipacu dan ditingkatkan pada masa yang akan datang, sehingga pada hari ini, tadi pagi (17/6) dibuka forum investasi antara Indonesia dan China," ujar Dubes Sudrajat.

Dalam hal ekspor, Indonesia saat ini berkomitmen tidak lagi menjual barang mentah, tapi setidaknya barang setengah jadi. Dalam situasi demikian, Lutfi melihat adanya peluang kerjasama strategis antara Indonesia yang punya barang dengan Tiongkok yang mempunyai teknologi dan pasar.

Sementara itu, realisasi investasi Tiongkok di luar sektor minyak dan gas, dan sektor perbankan di Indonesia sudah mencapai 389 juta dolar AS. Menurut Lutfi, hanya dengan tiga atau empat industri besar, yakni peleburan alumina dan pemurnian aluminium di Kalimantan Barat, pertambangan nikel di Halmahera dan Papua, dan industri batu bara, Tiongkok sudah mampu menggeser kedudukan AS sebagai investor kelima terbesar di Indonesia.

"Saya tidak terkejut kalau dalam waktu tiga atau empat tahun ke depan, apalagi setelah implementasi dari UU Minerba yang baru, investasi Tiongkok akan melewati AS yang jumlahnya pada hari ini menjadi top 5 Indonesia nomor lima, yang jumlahnya hari ini 7.3 milyar dolar AS. Jadi hitungan saya dalam lima tahun ke depan Tiongkok akan mengambil alih posisi AS yang menempati posisi kelima," ujar Lutfi.

Forum Investasi Indonesia yang mempertemukan para pengusaha Indonesia dan Tiongkok mengawali serangkaian acara Indonesia Week yang dibuka kemarin (17/6) pada pukul 5 sore oleh Dubes RI Sudrajat di pusat perbelanjaan terkenal Wangfujing, Beijing. (Jepz)