Seusai Chen Ying menjuarai cabang menembak nomor pistol 25 meter putri di Olimpiade Beijing, pelatih kepala tim menembak nasional Tiongkok, mantan juara Olimpiade Wang Yifu mengaku bersyukur dan terharu. Ia memuji anak asuhannya Chen Ying sebagai "jagoan".
Akan tetapi, saat kami berhadapan dengan Chen Ying, si "jagoan", kami merasa aneh sekali. Gadis yang tampil sebagai juara itu berparas putih dan berperilaku lemah lembut, sama sekali tidak menunjukkan sikap sebagai "jagoan". Mari kita kenal lebih dekat Chen Ying yang hebat lagi lembut.
Pelatihnya Xue Bao mengatakan: "Chen Ying adalah seorang yang easy going dan mudah bercanda."
Namun begitu turun di lapangan menembak, kesan-kesan itu segera berubah. Chen Ying, gadis yang lemah lembut di luar lapangan segera berubah menjadi penembak yang kuat, hebat dan kalem.
Dalam olahraga cabang menembak, tekanan dan stress adalah dua unsur yang mempengaruhi penampilan seseorang atlet. Namun Chen Ying justru bebas dari pengaruh tekanan dan stress. Dalam pertandingan menembak dua hari terakhir ini, tim menembak nasional Tiongkok gagal menyebet medali emas, sehingga memberikan tekanan yang cukup besar pada penembak-penembak Tiongkok yang akan turun di lapangan. Seusai merebut medali emas, Chen Ying mengaku bahwa dalam pertandingan dia memang merasa sedikit stress, namun rasa stress itu justru membantunya menunjukkan penampilan maksimal.
Dalam pertandingan pistol 25 meter putri, Chen Ying sama sekali tidak menghiraukan prestasi lawannya. Biarpun lawannya asal Mongolia Gundegmaa Otryad mengungguli Chen Ying 5 angka dalam pertandingan kualifikasi, dan memperluas keunggulan itu dalam dua tembak pertama, namun Chen Ying sama sekali tidak takut dan khawatir. Menghadapi kesalahan yang dilakukan lawannya, Chen Ying juga tidak terpengaruh, dia tidak merasa gembira karena nasib buruk yang menimba lawannya. Konstitensi akhirnya membantu Chen Ying melampaui angka lawan utamanya sebanyak 1,2 poin untuk akhirnya ke luar sebagai juara. Angka itu berarti Chen Ying lebih unggul 6,2 nilai daripada lawannya dalam pertandingan final, suatu gejala yang jarang terjadi. Mengenai penampilan luar biasa itu, Chen Ying mengatakan: "Semangat berjuang yang saya pertunjukkan adalah tiada taranya. Tanpa semangat itu, siapa pun tidak mungkin tampil sebagai juara pada saat ketinggalan 5 poin daripada lawan."
Chen Ying yang tampak sangat berbeda di lapangan dan di luar lapangan memberikan kesan mendalam kepada kami. "Pada malam sebelum pertandingan dimulai, saya bermimpi berdiri di atas podium juara," tuturnya: "Setiba di lapangan, saya merasa mimpi berulang."
Chen Ying yang berusia 31 tahun ambil bagian dalam Olimpiade Athena empat tahun yang lalu, namun pengalaman itu menyedihkan sekali, ia harus puas dengan medali perak karena ketinggalan 0,5 poin daripada juara. Tahun lalu, Chen Ying tampil sebagai juara di setiap turnamen yang diikutinya. Sekarang mimpinya untuk meraih medali emas di Olimpiade sudah terwujud. Chen Ying menyatakan terima kasih kepada tanah air serta semua orang yang menaruh perhatian pada dia, khususnya keluarga dan sahabatnya yang selalu memberikan dukungan kuat kepada dia.
|