Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2008-08-29 16:10:27    
Perjalanan Olimpiade Tim Bulutangkis Indonesia

cri

Dari Jakarta ke Beijing, tim bulutangkis Indonesia membawa mimpi Olimpiade mereka. Mimpi emas olimpiade bukan saja mimpi para atlet yang bertanding, tetapi juga mimpi seluruh rakyat Indonesia. Mimpi ini tidak akan terwujud begitu saja, mengingat semakin ketatnya persaingan menjadi yang terbaik.

Sebelum Olimpiade

Pada minggu-minggu terakhir sebelum Olimpiade, berbagai pemerhati olahraga bulutangkis telah mulai ramai membicarakan Olimpiade Beijing dan persiapan tim Indonesia. Bahwa prestasi olahraga Indonesia dalam tahun-tahun terakhir ini menurun, sudah banyak dibicarakan. Pada ajang regional SEA GAMES saja, dari peringkat pertama di tahun 1997, Indonesia menurun menjadi peringkat ke-3 di tahun 1999 dan bahkan pernah menjadi peringkat ke-5 pada tahun 2005. SEA GAMES 2007 di Thailand menempatkan Indonesia di posisi ke-4 di Asia Tenggara. Hal ini cukup mengkhawatirkan para pecinta olahraga.

Tentang peluang tim bulutangkis Indonesia di Olimpiade Beijing 2008 ini, Rudy Hartono, juara All England delapan kali dan mantan ketua tim pelatih bulutangkis untuk Olimpiade Barcelona juga mengatakan bahwa peluang terbaik Indonesia untuk emas hanya ada di ganda putra dan ganda campuran.

Mengenai Taufik Hidayat, yang di Tiongkok namanya banyak dikenal oleh masyarakat pecinta bulutangkis, Rudy agak meragukan peluangnya. "Taufik memang sudah membuktikan beberapa kali bahwa dia bisa. Tetapi dilihat dari prestasinya akhir-akhir ini, ia tampak menurun. Kalau dia mau juara Olimpiade lagi, dia harus berani persiapan mati-matian," kata Rudy Hartono. Menurut Rudy, dari segi stabilitas prestasi, pemain tunggal putra andalan Tiongkok Lin Dan lebih menunjukkan konsistensi dan berpeluang menjadi juara. "Hanya saja, kalau Lin Dan emosi karena ini satu-satunya kesempatan menjadi juara Olimpiade, atau tiba-tiba lawan bermain dengan sangat baik, ia bisa juga kalah," papar Rudy.

Tim Indonesia Tiba di Beijing

Meskipun banyak yang meragukannya, apalagi setelah terkena gejala demam berdarah, ketika tiba di Bandar Udara Ibukota Beijing, Taufik Hidayat tampak segar dan percaya diri. Ia mengatakan bahwa saingan terberatnya adalah tim tuan rumah, tetapi peluangnya tetap baik.

Tanggal 3 Agustus adalah ulang tahun putri tunggalnya. Tanggal 10 Agustus adalah hari ulang tahunnya, sedangkan tanggal 17 Agustus adalah hari kemerdekaan Indonesia. Apakah tanggal-tanggal bahagia yang beruntun ini menjadi pendorong semangatnya pada Olimpiade Beijing? "Ya semoga itu menjadi luck buat saya," katanya sambil tersenyum.

Hari Pertama

Setelah upacara pembukaan Olimpiade Beijing 2008 dilangsungkan dengan amat megah dan mempesona, setiap atlet harus memulai perjuangannya. Sehari setelah upacara pembukaan Maria Kristin Yulianti harus bertanding melawan Juliane Schenk dari Jerman.

Setelah berhasil mengalahkan Juliane Schenk, keesokan harinya, Maria Kristin Yulianti sudah dihadang lagi oleh Yoana Martinez dari Spanyol. Jalan Maria memang tidak semulus Taufik yang langsung dapat bay karena rankingnya di BWF.

Dengan percaya diri, Maria Kristin Yulianti membabat Yoana Martinez dalam dua set langsung 21-9 dan 21-14. "Ya senang sih, mungkin ini persiapan buat besok. Besok lawannya kuat, dari Denmark," kata Maria Kristin kepada wartawan CRI Nining seusai pertandingan.

Yang juga harus bertanding hari ini adalah Vita Marissa dan Lilyana Natsir, pasangan ganda putri Indonesia. Mereka harus menghadapi tim kuat tuan rumah Zhang Jiewen dan Yang Wei. Sepertinya pasangan putri Indonesia ini memang tidak ditargetkan menang, karena dua-duanya sama-sama juga main di ganda campuran.

"Kalau bermain dengan yang nomor satu, kita harus benar-benar punya daya serang yang bagus untuk bisa matiin mereka. Tadi kami sempat memimpin karena pada permulaan lawan belum terlalu in, tapi setelah itu kami lengah dan sering mati-mati sendiri," kata Lilyana Natsir kepada Nining seusai pertandingan. Tetapi perjuangan mereka masih terus berlanjut, meski bukan lagi sebagai pasangan ganda putri. Lilyana Natsir berpasangan dengan Nova Widianto, sementara Vita Marissa berpasangan dengan Flandy Limpele untuk ganda campuran.

Pada hari selanjutnya, Taufik Hidayat akan menghadapi lawannya dari Malaysia Wong Chong Han, Sony Dwi Kuncoro akan menghadapi pemain badminton Thailand Boonsak Pansana. Tak ketinggalan, si manis Maria Kristin Yulianti mesti menghadapi Tine Ramussen dari Denmark, musuh berat baginya. Apakah putra-putri Indonesia dapat mengatasi rintangan ini? Ikuti Perjalanan Tim Bulutangkis Indonesia di Olimpiade Beijing minggu depan.