Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh kemarin ( 23/11 ) menandatangani persetujuan untuk menyerahkan kekuasaannya setelah berulang kali menolak dan berlarut selama beberapa bulan. Ali Abdullah Saleh adalah penguasa ke-empat yang turun panggung dalam kegoncangan Timur Tengah menyusul Presiden Tunisia Zine al-Abidine Ben Ali, Presiden Mesir Muhammed Hosni Mubarak dan pemimpin Libia Gaddafi.
Keturunan panggung para penguasa tersebut dalam batas tertentu disebabkan oleh mereka sendiri, rakyat di negara-negara itu memang perlu dihormati. Ketika naik panggung pada puluhan tahun yang lalu, mereka pernah mendapat dukungan rakyat. Namun, penguasaan dalam jangka panjang menyebabkan mereka kebas dan kendur, tak peduli suara hati rakyat, ketinggalan dalam arus perkembangan zaman. Keberhasilan yang dicapai mengencer lama kelamaan. Dari permintaan rakyat atas ekonomi, kontradiksi sosial sampai lingkungan zaman mengalami perubahan mendalam, namun para penguasa tersebut selalu mengabaikan perekonomian, kesejahteraan rakyat, bahkan memegang kekuasaan di tangannya sendiri dan membiarkan korupsi.
Akan tetapi, keturunan panggung para penguasa hanya merupakan permulaan dari kegoncangan Timur Tengah di masa depan. Baru-baru ini, ratusan anggota organisasi ekstrem agama Tunisia menyerbu stasiun televisi, di Mesir terjadi bentrokan berdarah antara ribuan pemrotes dengan polisi.
Bersamaan dengan itu, kontradiksi sosial yang tertumpuk dalam jangka panjang terungkap seketika. Sejumlah problem yang berkaitan dengan ekonomi dan sejahtera diperlukan penyelesaian melalui kesepahaman sosial, namun yang sangat diperlukan adalah sumber politik yang memiliki daya kohesi, agama, sekuler, suku dan kekuatan ekstern saling beradu, bahkan mengejar kepentingan masing-masing, masyarakat sulit menjadi stabil dan ekonomi terus melemah.
Umum mencatat bahwa dalam proses keturunan panggung para penguasa, intervensi kekuatan ekstern memainkan peranan penting, Hosni Mubarak ternyata tak akan turun panggung dalam waktu singkat tanpa campur tangan AS, Gaddafi tak mungkin dengan cepat mengulangi nasib Sadam Hussein tanpa pengeboman NATO. Di Yaman, bertolak dari pertimbangan anti terorisme, tekanan AS dapat disebut melalui perhitungan jitu, inilah penyebab utama mengapa Ali Abdullah Saleh dapat " bertahan " begitu lama.