Forum Ekonomi Dunia Asia Timur (WEF-EA) 2013 selama 3 hari kemarin (7/6) ditutup di Naypyidaw, Ibukota Myanmar. Myanmar yang sedang berada pada tahap kunci reformasi dan mempunyai potensi pembangunan besar itu mengundang perhatian besar investor dan opini umum seluruh dunia. Kesepahaman pertemuan itu adalah, pembangunan Myanmar dan Asia Timur membutuhkan keseimbangan dan keinklusifan.
Dalam sidang hari terakhir, berbagai pihak telah mengadakan pembahasan mengenai topik teknologi informasi, persamaan derajat gender, pendidikan dan investasi. Para peserta secara umum mengakui proses reformasi dan potensi pembangunan di Myanmar, tapi tetap tidak menghiraukan keadaan sekrang Myanmar. Sebagai salah satu ketua bersama pertemuan kali ini, Wakil Direktur GE, John Rice menunjukkan, baik bagi pembangunan Myanmar maupun Asia Timur, itulah sangat penting untuk melihat jelas keadaan sekarang dan memelihara keseimbangan. Ia mengatakan, Pertama-tama adalah keseimbangan antara perangkat keras misalnya infrastruktur dan perangkat lunak termasuk moneter dan internet. Kedua adalah keseimbangan antara laju pertumbuhan, tanggung jawab dan pola pembangunan. Ketiga adalah keseimbangan kompromis antara tujuan dan realitas. Keempat adalah keseimbangan antara menghormati sejarah, melihat jelas keadaan sekarang dan meneropong masa depan.
Meskipun sekarang tetap ada banyak tantangan, Presiden Myanmar, U Thein Sein menekankan ketetapan hati Myanmar untuk meneruskan reformasinya. Salah satu Ketua Bersama Pertemuan, Wakil Direktur Tata Consultancy Services (TCS), Subramanian Ramadorai menyatakan perlunya untuk memiliki kesabaran terhadap proses reformasi Myanmar, mendukung pewujudan pembangunan secara seimbang dan inklusif di Myanmar, dalam rangka menjamin seluruh kawasan Asia Timur bermanfaat dari proses itu.