Dini hari Sabtu lalu, terjadi "kudeta" militer di Lesotho, negara pegunungan di bagian selatan Afrika. Perdana Menteri Lesotho Motsoahae Thomas Thabane telah melarikan diri ke Afrika Selatan, pihak militer juga memberitakan bahwa pemimpin negaranya telah terbunuh. Untuk mencegah memburuknya situasi di negara tersebut, negara-negara bagian selatan Afrika yang dikepalai oleh Afrika Selatan akan mengadakan pembicaraan untuk membahas solusi terkait.
Lesotho adalah negara di tengah negara, yang dikeliling Afrika Selatan. Afrika Selatan telah menyatakan dukungan kepada Thabane, dan memperingatkan militer Lesotho untuk tidak berbuat tanpa pertimbangan yang tak dapat ditoleransi. AS juga menyatakan pendiriannya di mana mengharapkan perselisihan itu dapat dipecahkan melalui dialog yang damai. Sekjen PBB Ban Ki-moon menyatakan keprihatinan atas "pengambilalihan kekuasaan oleh militer" di Lesotho, dan menyerukan semua pihak yang terlibat harus mengikuti peraturan demokrasi.
Seorang pejabat pemerintah Lesotho kemarin mengatakan, saat ini kekuasaan Lesotho telah diambil alih oleh Wakil Perdana Menteri Mothetjoa Metsing untuk sementara, sampai Thabane pulang ke tanah air. Sehingga Mothetjoa dianggap diduga sebagai orang yang memperoleh keuntungan terbesar dalam "kudeta" kali ini. Namun Mothetjoa membantah terjadinya kudeta, ia mengatakan bahwa ia akan berkunjung ke Afrika Selatan atas undangan Presiden Afrika Selatan Zuma. Menurut sumber dari Kementerian Luar Negeri Afrika Selatan, menteri luar negeri dari Masyarakat Pembangunan Bagian Selatan Afrika, termasuk Afrika Selatan, Zimbabwe dan Namibia, akan mengadakan pertemuan hari ini untuk membahas situasi Lesotho.
Warga Lesotho sedang terjepit dalam kondisi "nganggur, tidak ada pendapatan, dan tidak ada stabilitas". Rakyat khawatir setelah mogoknya fungsi kepolisian, demonstrasi anti-pemerintah yang dijadwalkan hari ini akan berkembang menjadi kekerasan. Untuk mencegah kondisi tersebut, kedutaan besar Tiongkok untuk Lesotho telah mengingatkan karyawan perusahaan Tiongkok dan masyarakat Tionghoa di negara tersebut untuk meningkatkan kewaspadaan, dan mengambil tindakan nyata untuk melindungi jiwa dan materi.