Latihan militer dalam skala besar di berbagai tempat di dunia makin banyak diadakan belakangan ini. Yang patut dicatat ialah: Pertama, kebanyakan dari latihan militer tersebut dipimpin oleh AS; dan kedua, lingkupnya cukup luas, dari barat hingga ke timur dengan melintasi pantai Laut Karibia, Afrika Utara, Kaukasus, Asia Tengah, Asia Selatan, Asia Tenggara dan Semenanjung Korea.
Mulai dari Selasa lalu, NATO mengadakan latihan militer besar-besaran dengan diikuti 4 ribu tentara dan sekitar 100 pesawat. Ini merupakan salah satu latihan militer terbesar NATO tahun ini dan akan berlangsung hingga tanggal 5 bulan depan.
AS dan Australia pada awal Juli mendatang akan mengadakan latihan militer bersama dengan diikuti 27 ribu tentara. Pasukan Bela Diri Jepang juga akan mengirimkan 40 tentara untuk ikut serta dalam latihan militer tersebut. Latihan militer mengundang perhatian karena diikuti Pasukan Bela Diri Jepang.
Latihan militer juga diadakan di di Timur Tengah pada tanggal 5 bulan ini, yakni di Yordania dengan diikuti sekitar 10 ribu tentara dari 18 negara termasuk AS, Pakistan, Yordania dan Perancis.
Pada tanggal 20 hingga 30 bulan April lalu, latihan militer bersama AS-Filipina meski merupakan latihan militer reguler, namun skalanya merupakan yang terbesar dalam 15 tahun terakhir dengan diikuti lebih dari 11 ribu tentara dan diadakan di beberapa tempat di Filipina.
Pada bulan Maret lalu, dalam latihan bersama skala besar AS-Korea Selatan yang diadakan tiap tahun juga telah diadakan latihan pendaratan besar-besaran.
Apa sebenarnya tujuan strategis AS dengan latihan militer yang begitu gencar? Analis berpendapat, melalui latihan militer, AS ingin menunjukkan kekuatan militernya dan mengukuhkan dominasi AS di dunia. Diketahui umum, ekonomi AS melesu sejak penyerangan yang dilakukannya di Irak dan Afganistan. Melalui latihan militer yang gencar ini, AS baru dapat mempertahankan dominasinya yang sudah semakin goyah di dunia. Di pihak lain, AS ingin menarik sekutunya dan memperkokoh blok melalui latihan militer dan menggertak lawan yang diantisipasinya. Selain itu, melalui latihan militer ini, AS juga bermaksud mendorong berbagai negara mempercanggih senjata dan mempersiapkan perang, mempromosi senjata AS demi menambah pendapatan keuangannya.
Analis berpendapat, AS mencoba mendorong Tiongkok dan Rusia mengadakan perlombaan persenjataan, namun akhirnya AS malah terjerumus dalam lingkaran setan penumpukan perlengkapan militer. Pengeluaran ongkos militernya mencapai 700 miliar dolar Amerika setiap tahun yang merupakan sekitar 50 persen jumlah total ongkos militer global dan menyebabkan keuangan AS tertekan, sehingga sulit keluar dari krisis.