Pakar Sejarah: Perang Anti Fasis Dimulai dari Perang Rakyat Tiongkok Anti Agresi Jepang
  2015-08-28 14:11:31  Kantor Berita Xinhua

Kapan meletusnya Perang Dunia II? Hal ini bukanlah definisi waktu secara sederhana, tetapi di dalamnya terkandung penilaian sejarah terhadap bangsa Tionghoa yang tak takut kekerasan dan bangkit berjuang. Sekretaris Jenderal Lembaga Sejarah Internasional Robert Frank melalui penelitian membuktikan bahwa Tiongkok merupakan titik tolak Perang Dunia II.

Pada tanggal 1 September tahun 1939, Jerman Nazi mengagresi Polandia. Para sarjana yang menganut asas eurosentrisme berpendapat, peristiwa tersebut merupakan titik awal meletusnya Perang Dunia II. Selama 70 tahun pasca Perang Dunia II, kalangan ilmu sejarah internasional mengenal kembali arti perang perlawanan Tiongkok, dan mulai mendefinisikan kembali titik tolak Perang Dunia II. Sejumlah sarjana ilmu sejarah yang terkenal berpendapat, Perang Dunia II mulai dari Asia, sedangkan perang dunia anti Fasis dimulai dari perang rakyat Tiongkok melawan agresi Jepang.

Dalam Konferensi Ilmu Sejarah Internasional ke-22 yang sedang digelar di Kota Jinan, Provinsi Shandong, Tiongkok, karya terbaru sarjana ilmu sejarah yang terkenal Robert Frank yang berjudul "1937-1947: Perang Dunia" telah mengundang perhatian umum.

Frank dalam bukunya menulis, "Ketika Jepang mulai mencoba menaklukkan Tiongkok pada bulan Juli tahun 1937, perang sudah meletus di Asia. Tak diragukan lagi bahwa peristiwa spesial itu terjadi pada dua tahun sebelum Eropa memasuki keadaan perang.

Dari tahun 2013 hingga tahun 2014, karya Profesor Eana Mitter dari Universitas Oxford berturut-turut diterbitkan di Inggris dan Amerika Serikat. Bukunya itu berjudul "Sekutu Yang Dilupakan: Tiongkok Dalam Perang Dunia II Pada 1937-1945". Buku tersebut segera mengundang perhatian media utama Inggris dan Amerika Serikat dan dinilai sebagai buku tahunan oleh majalah The Economist dan harian Financial Times. Dengan demikian, pandangan yang menganggap titik tolak Perang Dunia II berada di Tiongkok telah menyebar lebih luas.

Robert Frank mengatakan, perselisihan tentang titik tolak Perang Dunia II di kalangan ilmu sejarah Barat mulai mencapai kesepakatan secara berangsur-angsur. Frank dan sarjana lainnya dalam karyanya masing-masing dengan jelas mengemukakan pandangan bahwa Perang Dunia II lebih awal dimulai dari Asia dan Tiongkok, sehingga fakta sejarah tersebut mulai populer dan meluas di kalangan warga Eropa dan Amerika Serikat.

Pengenalan kembali atas titik tolak Perang Dunia II bertujuan untuk "menilai kembali" korban dan sumbangan maha besar rakyat Tiongkok dalam perang dunia anti Fasis.

Frank menunjukkan, ternyata sangat penting sumbangan Tiongkok dalam melawan agresi Fasis selama Perang Dunia II. Pada awal berdirinya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), ada 4 negara tetap Dewan Keamanan, salah satunya adalah Tiongkok. Frank mengatakan, "Tiongkok adalah korban pertama dalam Perang Dunia II, hal ini dapat dipastikan". Namun, tekad perjuangan yang diperlihatkan Tiongkok jauh lebih dari ambisi kaum agresor, juga karena pendudukan Jepang, maka berbicara tentang Perang Dunia II, kita harus menyebutkan kesengsaraan yang diderita oleh Tiongkok.

Sebagai sarjana ilmu sejarah, Eana Mitter dalam bukunya menulis, "kita harus mengingatkan diri sendiri bahwa negara itu telah melakukan perlawanan yang kuat dan tragedi selama 1930-an hingga 1940-an abad yang lalu, sedangkan perlawanan itu tidak saja merupakan kehormatan dan kelangsungan hidup negaranya sendiri, tetapi juga berjuang untuk kemenangan Timur dan Barat dan untuk melawan kekuatan yang paling gelap dalam sejarah".

Stop Play
Terpopuler
• Xi Jinping Temui Pangeran Andrew Edward
• Xi Jinping Sebut Tiongkok Akan Berkembang dalam Lingkungan Keterbukaan
• Xi Jinping Memimpin Sidang Pertama Komisi Pekerjaan Urusan Luar Negeri Komite Sentral PKT
• Tiongkok Siap Berikan Pembalasan Terhadap Tarif Impor Baru AS
• Wang Yi Temui Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong Ho
• Xi Jinping Adakan Pembicaraan dengan Presiden Zimbabwe
Indeks>>
Komentar Pembaca
• Surat dari pendengar setia Bpk. Rudi Hartono
5 tahun sudah berlalu saya bersama rekan H Sunu Budihardjo mengunjungi Kota Beijing dimana telah terukir  kenangan terindah dalam kehidupan saya dalam memenangkan Hadiah Utama 60 tahun hubungan diplomatic Tiongkok – Indonesia dan 60 tahun berdirinya China Radio International. Saya bersama rekan H Sunu Budihardjo menuju Beijing pada 12 Juli 2010 disambut hangat oleh salah satu penyiar CRI, Nona Nina di Bandara International Beijing.  Kami pun menginap di salah satu hotel di Beijing untuk melakukan perjalanan wisata kota Beijing. Berikut tempat wisata yang kami kunjungi adalah :
• 0062813****0007
1. CRI (Bahasa Indonesia) disiarkan melalui Elshinta. Sekarang pindah gelombong berapa ? 2. Apa CRI (Bahasa Indonesia) tdk diadakan lagi di Indonesia ? Mohon balasan !
• 0062813****2398
halo,sy orang china yg belajar di indonesia, tadi sy mendengar acara LENTERA, judulnya Hunan. dalam perbincangan ini, mereka bilang di China ada 31 propinsi, informasi ini salah,sebenarnya di negara sy ada 34 propinsi.
• 0062852****5541
bpk maliki yangdhsebut roh papaptlimo pancer semua itu roh goep kalao orang yang ber agama itu beri nama para dewa itusemua menyatu dengan alam papat nomer satu aer yang disebut kakang kawa dua adik ariari tiga puser empat gete atau dara yang alam papat aer bumi angen api makanya kalau sembayang harus aranya kesitu itu yang benar roh empat itu yang menjaga manusia tiga alam semua meyakinni agama menyimpang dari itu sekarang alam suda rentan karena manusia suda menyimpang dari itu orang kalau jau dari itu tidak bisa masok suargo yangdi sebut suargo artinya sokmo masok didalam rogo manusia lagi bareng sama
Indeks>>
© China Radio International.CRI. All Rights Reserved.
16A Shijingshan Road, Beijing, China. 100040