Dewan Keamanan PBB kemarin (25/9) pagi waktu setempat mengadakan rapat darurat mengenai masalah Suriah. Perwakilan Rusia dan AS berkonfrontasi dan saling menuding mengenai siapa yang harus bertanggung jawab atas situasi buntu dewasa ini. Wakil Tetap Tiongkok untuk PBB Liu Jieyi dalam konferensi menyatakan, tugas yang mendesak saat ini adalah berbagai pihak Suriah melaksanakan resolusi terkait DK PBB, dan memastikan Rusia dan AS melaksanakan persetujuan gencatan senjata mengenai Suriah.
Rapat darurat tersebut diadakan atas permintaan AS, Inggris dan Perancis.
Liu Jieyi mengharapkan dilaksanakannya persetujuan gencatan senjata yang sebelumnya dicapai Rusia dan AS. Selain itu, ia juga menyatakan, kompleksnya situasi Suriah dewasa ini menunjukkan pentingnya penyelesaian melalui jalur politik.
Utusan Khusus Sekjen PBB Mengenai Masalah Suriah Staffan de Mistura dalam rapat tersebut memperkenalkan keadaan bentrokan militer di Aleppo. Ia menganggap meningkatnya pertempuran memberikan pengaruh negatif bagi bantuan kemanusiaan PBB dan kehidupan warga setempat.
Sekjen PBB Ban Ki-moon Sabtu lalu (24/9) mengumumkan pernyataan bahwa ia merasa terkejut terhadap meningkatknya situasi pertempuran di Aleppo, dan Aleppo sedang menghadapi serangan bom yang paling lama dan paling intensif sejak dimulainya bentrokan Suriah.
Wakil Tetap Rusia untuk PBB Vitaly Churkin dalam konferensi mengatakan bahwa kini Suriah hampir tidak mungkin mewujudkan gencatan senjata, dan menuduh golongan oposisi sebagai pihak yang melanggar persetujuan gencatan senjata.
Wakil AS Samantha Power mengatakan pihak Rusia tidak sebagaimana adanya melaporkan aksi dan maksudnya di Suriah, dan menuduh Rusia melakukan pengeboman di Aleppo secara kejam. Wakil-wakil dari sejumlah negara termasuk Perancis bahkan mengklaim aksi Rusia di Suriah boleh digolongkan sebagai kejahatan perang.