Sekjen baru PBB Antonio Guterres pada pertengahan Februari ini mengadakan kunjungan perdana di enam negara Timur Tengah dan menyampaikan dua sinyal kepada dunia. Ia berniat mengadakan komunikasi langsung dengan negara besar di kawasan dan bersuara mengenai isu panas di kawasan. Akan tetapi, situasi Timur Tengah dewasa ini menunjukkan, tantangan yang dihadapi Guterres akan menjadi lebih sulit dibandingkan Sekjen PBB sebelumnya.
Guterres mengadakan kunjungan di Turki, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Oman, Qatar dan Mesir mulai dari tanggal 9 hingga 16 Februari.
Opini berpendapat, tujuan utama kunjungan Guterres di Timur Tengah kali ini ialah mengadakan komunikasi dengan negara besar di kawasan mengenai sejumlah isu panas. Kunjungan Guterres ke Turki bertujuan untuk mengetahui pendirian pihak Turki pada masalah Suriah dan Irak, dan fokus kunjungannya ke Arab Saudi adalah masalah Yaman, sedangkan kunjungannya ke Mesir berfokus pada perundingan damai Palestina-Israel dan masalah Libia.
Tujuan lainnya ialah menyelaraskan pendirian dengan Turki dan Mesir mengenai masalah pengungsi dan imigran ilegal. Turki kini menampung banyak pengungsi Suriah, sedangkan Mesir adalah negera sumber sekaligus tujuan imigran ilegal. Guterres pernah memimpin Program Pengungsi PBB dan sangat berpengalaman pada masalah tersebut, maka ia tahu bahwa kebijakan terkait PBB perlu mendapat dukungan kedua negara tersebut.
Guterres dalam kunjungannya secara eksplisit memaparkan pendapatnya mengenai isu-isu panas di kawasan sehingga mengundang perhatian berbagai kalangan.
Dalam pertemuan dengan Presiden Turki Recep Tarrip Erdogan, Guterres menyatakan, masalah Suriah harus diselesaikan secara politik, jika tidak, aksi anti-teror di Suriah sulit berhasil. Dalam kunjungannya di Arab Saudi, ia berupaya mendukung Utusan Khusus PBB untuk Yaman, yang dikecam dua pihak yang berkonflik di Yaman. Ia juga menyatakan penyesalan atas veto yang dilakukan AS terhadap calon Utusan Khusus PBB untuk Masalah Libia.
Pernyataan sikap Guterres tersebut telah menyampaikan pendirian PBB dan dirinya sendiri, sementara itu, juga menunjukkan ketetapan hatinya untuk secara sungguh-sungguh menjalankan misinya.
Akan tetapi, para pakar secara umum berpendapat, masalah-masalah yang mengganggu Timur Tengah selama bertahun-tahun yaitu terorisme, perang saudara dan pengungsi masih terus berlanjut, ditambah sejumlah faktor baru, seperti perubahan arah politik kekuatan di Barat, maka tantangan yang dihadapi Guterres di Timur Tengah akan menjadi lebih sulit dibandingkan Sekjen sebelumnya.