Kosa kata "peralihan" dan "rebalancing" merupakan kata-kata untuk melukiskan kebijakan Asia-Pasifik pemerintah AS yang lalu. Deputi Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Asia Timur Susan Thornton hari Senin menyatakan kepada wartawan bahwa pemerintah Trump mempunyai rencananya sendiri mengenai kawasan Asia-Pasifik dan kini hanya belum berbentuk.
Kebijakan baru pemerintah Trump mengenai Asia-Pasifik masih dalam pertimbangan, maka perlu mengingatkan Trump mengenai kenyataan sebagai berikut: Pada masa vakun kebijakan "Kembali ke Asia Pasifik" Obama kini sudah berlalu dan kebijakan baru Trump mengenai Asia Pasifik belum dikemukakan, di Asia-Pasifik belum terjadi kepincangan malah sebaliknya direalisasi rebalancing yang sungguh-sungguh. Ketegangan di Laut Tiongkok Selatan cenderung mereda, kerja sama Jalan Sutera Maritim berkembang makmur, kerja sama RCEP dan Zona Perdagangan Bebas Asia-Pasifik didorong maju dengan stabil, dan kerja sama Asia Timur yang terganggu kebijakan "Kembali ke Asia-Pasifik" AS itu juga berharapan masuk kembali ke rel yang tepat.
Kebijakan "Kembali ke Asia-Pasifik" Obama sejak dikemukakan telah diragukan berbagai pihak. AS tak pernah meninggalkan Asia-Pasifik, kenapa disebut kembali lagi? Padahal, AS adalah negara terbesar dan ekonomi terbesar di dunia, kestabilan dan kemakmuran Asia-Pasifik tak terlepas dari AS. Tiongkok menyambut AS terus memainkan peranan positif di Asia Pasifik. Presiden Xi Jinping dengan pernyataan bahwa Samudera Pasifik cukup besar untuk menampung Tiongkok dan AS menyampaikan niat baik Tiongkok kerja sama Tiongkok-AS demi kemakmuran Asia-Pasifik.
Yang menyesalkan, perhatian kelewatan AS terhadap Asia-Pasifik tak saja menimbulkan kepincangan di Asia-Pasifik dan juga mendatangkan ketidak-seimbangan di dalam negeri AS. Apa yang disebut "Kembali ke Asia-Pasifik" yang menyerbu di depan bukan ekonomi dan politik melainkan militer. TPP sebagai metode politik AS untuk Kembali ke "Asia-Pasifik" gagal, dan cara politik AS untuk menimbulkan perselisihan antar negara-negara di kawasannya demi mengontrol Tiongkok itu juga mulai gagal. Hanya kapal dan pesawat militer AS di bawa dukungan kebijakan "Kembali ke Asia-Pasifik" itu berkeliaran di Asia-Pasifik dengan menghabiskan ongkos militer dalam jumlah besar dan menamakannya "kebebasan perlayaran". Suara dari Markas Besar Pasifik tentara AS pada sejumlah masalah Asia-Pasifik sempat lebih tinggi daripada Gedung Putih. Dilihat dari warisan kebijakan "Kembali ke Asia-Pasifik" pemerintah Obama itu, semuanya negatif pada pokoknya antara lain TPP yang gagal, lelucon di Laut Tiongkok Selatan, THAAD yang konversial.
Pemerintah Trump ketika mempertimbangkan kebijakan Asia Pasifik yang baru diharapkan dapat menarik pelajaran strategi "Kembali ke Asia Pasifik" Obama dan bersama dengan negara-negara lain di kawasannya memelihara keseimbangan, kestabilan dan kemakmuran Asia Pasifik.