Perdana Menteri Inggris Theresa May kemarin (18/4) mengumumkan, Inggris akan mengadakan pemilihan umum dini pada tanggal 8 Juni, agar pemerintah baru dapat mengadakan perundingan "Brexit" dengan Uni Eropa (UE).
Analis berpendapat, Theresa May menjabat perdana menteri setelah referendum "Brexit" pada tahun lalu dengan menggantikan pemimpin Partai Konservatif David Cameron, jabatannya tidak dipangku melalui pemilihan umum. Pemilihan umum dini bertujuan agar Theresa May memperoleh "kuasa" dari para pemilih Inggris. Kini, tingkat dukungan Partai Konservatif dalam jajak pendapat jauh mendahului Partai Buruh. Kalau tidak terjadi hal yang di luar dugaan, maka Theresa May akan terus memangku jabatan perdana menteri setelah pemilu, kalau Partai Konservatif dapat memanfaatkan keunggulannya sekarang dan memperoleh lebih banyak kursi Parlemen dalam pemilu, maka partainya akan menghindari situasi "pengekangan" partai oposisi dalam perundingan "Brexit".