Menurut hasil survei terbaru yang diumumkan sebagian media utama Jepang, dukungan untuk kabinet PM Jepang Shinzo Abe baru-baru ini merosot ke level terendah, yaitu telah jatuh di bawah 30 persen, dan telah memasuki 'zona bahaya'. Demi menarik kembali hati rakyat, Shinzo Abe telah berupaya semaksimal mungkin, termasuk membentuk kembali kabinetnya pada bulan depan, namun hasilnya sangat sulit diperkirakan. Para analis berpendapat, jika kondisi tingkat dukungan untuk kabinet Shinzo Abe dan Partai kekuasaannya yaitu Partai Demokrat Liberal (PDL) terus melemah dan tidak dapat membaik, maka kekuasaan Shinzo Abe mungkin akan mengalami pukulan berat, dan situasi politik Jepang akan bertambah pada ketidakpastian yang baru.
Pada tahun ini, Shinzo Abe kurang bereaksi positif pada skandal Gakuen Moritomo dan Institut Pendidikan Kake, dan kurang membatasi anggota kabinet dan ajudan yang dipercayanya dalam berkelakuan buruk dan berkata buruk, bahkan menutupi kesalahan mereka, serta tidak mempedulikan keinginan rakyat, secara paksa meluluskan rancangan UU 'Konpirasi Bersama' dan mengeluarkan jadwal revisi UUD. Serangkaian masalah tersebut mengakibatkan dukungan untuk kabinet Shinzo Abe terus merosot.
Laporan Stasiun Televisi Asahi menunjukkan, bahwa sejak Shinzo Abe menjabat sebagai PM kembali, tingkat dukungan untuk kabinetnya sempat merosot ketika membahas 'UU Perlindungan Rahasia Istimewa' dan UU Keamanan Baru, namun kemudian tingkat dukungan kembali pulih ke level sebelumnya. Sedangkan penyebab yang mengakibatkan tingkat dukungan merosot kali ini tidak sama dengan dua kali sebelumnya, dan bukan karena suatu peristiwa atau kebijakan tertentu, tetapi karena sikap kekuasaan keras kabinet Shinzo Abe telah mebuat rakyat tidak suka.
Yang patut diperhatikan ialah, meski dukungan untuk Shinzo Abe dan PDL merosot, namun partai oposisi terbesar yang selalu mengkritik kekuasaan Shinzo Abe, yaitu DPP tidak mendapatkan keuntungan karenanya, tingkat dukungan mereka juga ikut menurun, dan tetap jauh dari PDL. Menurut data survei media Jepang, dukungan untuk partai oposisi agak rendah pada umumnya.
Para analisis menyatakan, keadaan ini mencerminkan bahwa partai oposisi sekarang belum dapat merebut kepercayaan rakyat dan belum dapat menggantikan PDL. Sementara itu, Partai Tomin First yang dipimpin oleh Gubernur Tokyo Yuriko Koike dalam pemilihan parlemen Tokyo memperoleh kemenangan besar, dan partainya telah menjadi partai pilihan pengganti PDL dalam pemilihan regional. Jika di level nasional juga mengalami keadaan yang serupa, mereka dapat menjadi kekuatan politik pengganti PDL, akan terjadi perubahan besar pada situasi politik Jepang.