Selama puluhan tahun, pembangunan Indonesia terpusat di Pulau Jawa. Lebih dari 60 persen penduduk Indonesia bermukim di Pulau Jawa, sehingga Pulau Jawa menjadi pulau dengan populasi terpadat di seluruh dunia. Ibukota Jakarta, sebagai pusat Pulau Jawa sekaligus merupakan sebuah metropolitan multi-fungsi baik di bidang politik, ekonomi, maupun sosial dan budaya. Jakarta menarik begitu sumber daya dari daerah di sekitar hingga pulau-pulau lainnya, misalnya Kalimantan dan Sulawesi, sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan pembangunan yang parah di seluruh negeri. Data investasi paruh pertama yang diumumkan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) baru-baru ini menunjukkan bahwa meskipun pulau-pulau lain tengah mempercepat pembangunan infrastruktur, namun pulau Jawa tetap menjadi pilihan utama sebagian besar investor. Tingkat pertumbuhan investasi di pulau-pulau lain pada tahun ini hanya naik 0,5 persen dibandingkan tahun lalu. Selain itu, laporan penelitian tersebut mencatat pula bahwa permukaan laut di bagian utara Jakarta mengalami kenaikan setinggi 25cm setiap tahun, sementara itu bencana banjir yang semakin parah di kota Jakarta juga merupakan masalah yang sangat memusingkan pemerintah setempat setiap musim hujan tiba.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia, Bambang Brodjonegoro menyatakan bahwa titik berat studi kelayakan tersebut ialah tingkat kesulitan pembebasan lahan dan pendanaan di kota kandidat, tingkat kelengkapan infrastruktur, tingkat kekayaan sumber daya alam di sekitarnya, serta tingkat ketahanan terhadap bencana alam.
Namun tidak sedikit pendapat yang menentang rencana pemindahan ibukota. Salah satunya adalah Ketua MPR RI Zulkifli yang menghimbau pemerintah Jokowi menunda rencana pemindahan ibukota.