XINHUA: Setelah pertempuran sengit selama lima bulan lamanya, tentara pemerintah Filipina akhirnya merebut kembali kota Marawi dari kelompok militan di bagian selatan Filipina. Akan tetapi perjuangan melawan terorisme masih menjadi tugas jangka panjang mengingat kawasan Asia Tenggara sudah lama menjadi sarang baru teroris.
Presiden Filipina Rodirgo Duterte pada hari Selasa (17/10) dalam kunjungannya kota Marawi mengumumkan pembebasan kota Marawi dan akan memulai pembangunan kembali di kota tersebut. Pada hari Senin atau sehari sebelum Duterte berkunjung ke kota Marawi, gembong kelompok militan Abu Sayyaf, Snilon Hapilo dan salah satu gembong Grup Moute, Omar Maut ditembak mati oleh tentara pemerintah. Penembakan mati kedua gembong tersebut menandai aksi pemberantasan terorisme telah mencapai kemenangan besar.
Setelah berakhirnya perang di kota Marawi, kelompok militan di Filipina telah mendapatkan pukulan berat, dan diyakini tidak sanggup lagi melancarkan serangan atau menduduki sebuah kota dalam beberapa tahun ke depan. Akan tetapi, ini tidak berarti Filipina dan negara-negara lainnya di kawasan Asia Tenggara sudah dapat menanggalkan kewaspadaan, karena akar dari ekstremisme masih belum dimusnahkan. Para analis berpendapat bahwa kemiskinan dan tingkat pengangguran yang tinggi di bagian selatan Filipina masih berkemungkinan memaksa sejumlah penduduk melakukan tindak kejahatan bahkan kegiatan ekstremis. Bantuan dana dari luar negeri memungkinkan kelompok militan tetap mampu memperluas keanggotaannya sehingga ekstremisme akan tetap hadir di negeri ini.
Seiring dengan kegagalan beruntun yang dialami ISIS di kawasan Timur Tengah, kaum militan dari kawasan tersebut tengah berpindah ke kawasan Asia Tenggara. Mereka tidak hanya menyebarkan pemikiran ekstremis melalui internet, juga terus merekrut anggota dan mendirikan cabang di daerah setempat. Sejumlah ekstremis juga akan membawa pulang pengalaman yang didapatkan di kawasan Timur Tengah. Jika kawasan Asia Tenggara ingin terhindar dari amukan terorisme, maka negara-negara di kawasan ini harus memberantas terorisme secara tegas untuk menghapuskan pengaruh eksternal dari kawasan Timur Tengah. Di samping itu, negara-negara di kawasan ini juga perlu berusaha memusnahkan akar lahirnya terorisme, termasuk menghapuskan konflik antar agama dan ras, secara bertahap mempersempit kesenjangan ekonomi dan perselisihan politik. Sementara itu, negara-negara di kawasan Asia Tenggara juga perlu mengembangkan peranan ASEAN sebagai organisasi regional untuk mengusahakan kerja sama antiterorisme melalui pembentukan mekanisme antiterorisme regional.